Aodan selalu suka melihat hal-hal baru di peradaban yang aneh ini, meski banyak hal yang membingungkan dirinya, ia tetap tidak memiliki keberanian untuk bertanya pada Luna.
Luna saat ini berada dalam suasana hati yang buruk, dibalik riasan wajahnya ia berusaha untuk menenangkan tangannya yang gemetar, jantungnya berdegup dengan kencang.
Ia sangat gugup, sekaligus antusias untuk pergi ke pernikahan Gerald dan Rachel.
Mobil taksi yang membawa mereka berdua melaju ke jalan menanjak di wilayah Primrose Hill, salah satu distrik elit di Britania Raya.
Samar-samar suara musik yang merdu mengalun, seakan euforia pesta telah dirasakan dari luar, Aodan mendekatkan wajahnya ke kaca jendela, melihat banyak mobil yang terparkir diluar dan beberapa orang melangkah dengan gaun mereka yang indah.
Semua manusia di peradaban ini sepertinya memiliki selera berpakaian yang bagus, sayang warna yang mereka pakai sangat mencolok di mata sang kadal.
"Ini tempatnya, Nyonya?" Supir taksi melirik Luna yang sedari tadi diam.
Luna yang duduk di samping Aodan berdecak, ia menoleh dan memelototi laki-laki itu.
"Bukankah sudah kubilang jangan bertingkah yang aneh, dasar kadal!"
"Maaf?" Supir taksi melirik Luna dan Aodan.
"Aku tidak berbicara denganmu."
Luna mendengkus, lalu membuka pintu mobil, supir taksi yang mengantarkan keningnya dan menatap Aodan dengan aneh.
Mungkin dia pikir, Aodan adalah tipe suami yang takut istri dan Luna saat ini sedang dalam mode PMS.
Aodan menggelengkan kepalanya dengan cepat, ingin membalas perkataan Luna tapi ia ingat janjinya. Ia mengikuti Luna keluar dari dalam mobil sambil sebelah tangannya bergerak menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Jangan bertingkah aneh lagi, tidak ada manusia yang menempelkan wajahnya di kaca mobil." Luna menarik napas dalam-dalam dan mengipasi wajahnya.
Ternyata Luna marah hanya karena kelakuannya itu?
"Ingat!" Luna memperingatkan sekali lagi, Aodan mengangguk tanpa kata berkali-kali.
Luna memutar bola matanya, ia harus bertemu dengan Gerald secepatnya sembari memamerkan Aodan pada semua orang, jika tidak laki-laki itu akan segera berubah menjadi kadal.
Aodan mengikutinya dengan mata yang tidak berhenti melirik ke sekitar.
Para tamu undangan memiliki pakaian yang rapi dan elegan, Luna menggandeng lengan Aodan dan membawa laki-laki itu melangkah masuk ke mansion milik Gerald.
Aodan berjalan di samping Luna, ia tidak merasa gugup sama sekali atau merasa takut sama sekali.
Begitu mereka masuk ke dalam mansion mereka telah disambut dengan puluhan bunga mawar putih yang berjejer di sepanjang jalan. Beberapa pelayan mengenakan gaun putih yang indah menyambut mereka dan mempersilakan masuk.
Luna mengedarkan pandangannya, ia membawa Aodan berdiri di sudut yang tidak terlalu terlihat banyak orang. Seorang pelayan datang dan menawarkan gelas berisi anggur di nampan yang ia bawa.
"Oh!" Aodan berbisik dengan kaget, ia segera menutup mulutnya dan melirik Luna yang melotot padanya, laki-laki itu mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
Suasana hati Luna semakin memburuk, ia semakin khawatir dengan tingkah Aodan dan menarik gelas sebelum laki-laki itu menyesapnya.
Luna menegakkan tubuhnya dan menemukan sosok Gerald dan Rachel yang tengah bergandengan tangan dengan mesra.
"Orang-orang sialan," umpat Luna dalam suasana hati yang buruk.
Luna mengabaikan Aodan yang matanya mulai jelalatan melihat jejeran makanan yang ada di atas meja, terlihat sekali ia ingin mencuri-curi kesempatan mencomot kue di atas meja tanpa sepengetahuan Luna.
Wanita yang berdiri di samping Aodan masih mengamati Gerald dan Rachel yang berbincang-bincang dengan para tamu yang datang silih berganti.
Mereka berdua terlihat sangat bahagia.
Berbeda dengan pernikahan Luna dulu dengan Gerald yang terkesan seadanya dan memakai konsep pesta kebun. Pesta pernikahan Gerald dan Rachel memiliki konsep yang lebih mewah dan elegan.
Dekorasi pesta terlihat sangat bersemarak dengan bunga-bunga mawar merah yang menghiasi setiap sudut ruangan, kursi dan meja dilapisi dengan kain sutra halus dan aneka makanan tersaji di meja panjang. Alunan musik klasik bergema di sudut ruangan dan seorang wanita bergaun merah menyanyi dengan suaranya yang syahdu.
Semakin membandingkannya, semakin hati Luna terasa panas, ia tidak cemburu atau sakit hati seperti beberapa waktu yang lalu sebelum Aodan datang, tapi lebih ke perasaan dendam yang semakin membara.
Luna menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk tidak terlihat seperti orang yang paling menyedihkan di pesta ini, bagaimana pun juga kesedihan dirinya adalah keinginan Rachel.
Gerald tiba-tiba menoleh ke arahnya, diikuti dengan tatapan penuh tanda Rachel. Luna menelan ludahnya dan tersenyum kikuk, sebelah tangannya langsung meraih lengan Aodan agar mendekat. "Ingat yang aku katakan? Tidak usah banyak bicara pada Gerald, seperlunya saja."
"Hah?! Bukannya aku tidak boleh ...."
Aodan mengerutkan kening hendak protes, tapi pinggangnya dicubit oleh Luna dan mau tidak mau mengalihkan pandangan pada pasangan yang mendekat ke arah mereka berdua.
"Luna," sapa Gerald dengan senyum sumringah. "Tidak kusangka kau benar-benar datang."
Luna berusaha untuk tetap tenang, ia menganggukkan kepalanya dengan anggun dan menatap Rachel dari atas sampai ke bawah.
Sahabatnya itu mengenakan gaun berwarna biru muda dengan manik-manik mutiara yang di ujungnya, rambutnya ia tata ke atas dan ia mengenakan riasan yang alami.
Sekilas ia terlihat seperti seorang Cinderella yang beruntung bertemu dengan seorang pangeran berkuda putih. Tapi bagi Luna, Rachel seperti seekor itik buruk rupa yang merebut bulu angsa untuk dipakai di tubuhnya.
Sangat menjijikkan.
"Tentu saja aku benar-benar datang," balas Luna sambil melirik Aodan di sebelahnya. "Kenalkan dia adalah kekasihku, Aodan Emanuel."
Aodan mencibir dalah hati, sejak kapan namanya bertambah menjadi Emmanuel?
Melihat Aodan yang tidak segera menjawab, Luna kembali mencubit pinggang Aodan.
"Ah, halo!" Aodan tersenyum tipis, ia sudah belajar banyak dari televisi dan mengerti apa yang harus ia lakukan.
Laki-laki itu mengulurkan tangannya dan menyalami Gerald dengan mantap.
Di mata Aodan, Gerald tidak ada ubahnya dengan seekor serangga yang ingin ia makan. Laki-laki tidak bermoral yang hobinya mempermainkan seorang wanita tidak layak mendapatkan kebahagiaan.
Dibandingkan dengan Gerald terlihat lebih matang dan dewasa karena gaya berpakaian dan lingkungan. Aodan yang terlihat lebih tinggi dan ketampanannya bukan ketampanan yang biasa dilihat membuatnya menjadi pusat perhatian semua orang dalam waktu singkat. Laki-laki itu mengeluarkan aura yang membuatnya terlihat seperti seorang bangsawan, bahkan tanpa ia mengatakan apa pun.
Aodan tersenyum miring, melirik Rachel yang menatapnya.
"Luna … kau yakin dia kekasihmu? Aku pikir dia lebih terlihat seperti laki-laki bayaran." Rachel mencibir, suaranya terdengar nyaring. Seolah memastikan bahwa semua orang mendengarnya.
Tangan Luna yang memeluk tangan Aodan bergetar, sepertinya Rachel sengaja memanas-manasi Luna agar wanita itu mempermalukan dirinya sendiri di sini.
"Kudengar kau adalah mantan suami Luna," kata Aodan tanpa bisa Luna cegah, ia kembali menatap Gerald dan tersenyum miring. "Beruntung sekali dia berpisah denganmu, laki-laki tidak bermoral yang tidak tahu diri."
Senyum Gerald langsung luntur dan wajahnya mengeras, ia berdehem pelan dan mendekati Aodan.
"Maaf, apa yang kau katakan?"