webnovel

Tim Pencari

Aldero sedang duduk di luar markas bandit Cahaya tersebut, bandit-bandit itu sudah di urus oleh tim nya Dairly.

Dirinya sedang kesal dengan Regia dan Dairly, Aldero kesal karena telah menipunya. Dia benar-benar kesal ketika diberi lelucon seperti ini apalagi berkaitan dengan anak-anak panti asuhan.

Aldero sedang memandang langit malam yang dipenuhi bintang-bintang seorang diri. Stacey menghampiri nya, bukan karena memiliki perasaan khusus pada Aldero melainkan dia tak terlalu suka dengan keramaian, lagipula Stacey ditemani oleh Jason.

Aldero menatap kedatangan Jason dan Stacey, membiarkan keduanya duduk disampingnya.

"Apa kau marah?" Stacey membuka mulut untuk bertanya pada Aldero.

Aldero menggelengkan kepalanya perlahan,

"Tidak, hanya saja.... Kesal." Jawab Aldero tanpa menggerakkan kepalanya menghadap Stacey.

Jason diam, menikmati indahnya pemandangan langit di malam hari yang memanjakan mata. Stacey mencoba berbincang ringan dengan Aldero yang ditanggapi dingin oleh lawan bicaranya. Tak menyayat hati namun membuatmu menyerah untuk berbicara dengannya lagi.

Tanpa ketiganya sadari, Dairly, Regia serta Legia mengawasi mereka diam-diam. Menguping pembicaraan mereka.

"Sikap dingin mu selalu sama ya." Cetus Dairly yang keluar dari tempat menguping nya.

"Bukan urusanmu." Dingin bak es batu, tak ada keramahan sedikit pun di nada bicaranya.

Dairly melangkahkan kakinya menuju Aldero, berencana untuk duduk di sampingnya.

Legia dan Regia berdiri di belakang Aldero, memandang langit yang sama.

"Kau masih bersedih?" Dairly bertanya pada Aldero, nada bicaranya tak seceria sebelumnya.

"Tidak, ayo kembali." Aldero beranjak dari duduknya, Stacey mengikutinya karena Aldero adalah boss nya.

Yang lainnya pun mengikuti Aldero, kembali ke dalam pesta. Bersenang-senang seakan masalah hidup mereka hilang bersama lantunan lagu yang di putar.

Mereka bernyanyi, berdansa, gelak tawa mereka juga terdengar bahagia. Melupakan kejadian menyayat hati yang menimpa beberapa hari lalu.

Tiba-tiba Aldero mendekati Stacey yang sedang berbincang dengan kawan-kawan nya. Aldero mengajak Stacey ke luar daerah pesta dengan alasan ada yang ingin dibicarakan nya, hanya berdua saja, ya hanya berdua.

Stacey menerima ajakan Aldero, beberapa siulan keluar dari mulut lelaki dari anak buah Aldero.

"Aku sudah mengetahui nya, tentang masa lalu mu, tentang perjalanan mu." Aldero berkata, memandang wajah Stacey dengan serius.

Stacey menundukkan kepalanya, menunggu Aldero untuk melanjutkan kalimatnya.

"Ayahmu itu orang yang hebat, aku hanya ingin bilang itu saja. Kembalilah, Hari sudah semakin dingin." Aldero melanjutkan kata-katanya, menyuruh Stacey pergi secara halus sedangkan dirinya masih berdiam diri di luar sini.

Stacey melangkahkan kakinya dengan tegas untuk kembali ke teman-temannya, membiarkan Aldero sendirian di dalam keheningan malam.

●●●

Anggota guild Rafoxa yang berada di dalam istana mereka di kumpulkan di suatu tempat oleh Aldero, membicarakan sebuah rencana dan menunggu kedatangan seseorang.

Orang itu datang bersama bawahannya, lebih lama daripada yang di rencanakan.

Mereka adalah, guild Silvrast. sebuah guild yang berada di tim pencari data. Ketua tim mereka, Rainbow, seorang wanita dengan kharisma tinggi.

Dengan langkah anggun namun tegas, Rainbow menuju Aldero. Baju lab nya selalu di kenakan di manapun dan kapanpun itu.

"Mereka sangatlah berbahaya dan aku sangat yakin bila mereka sudah mengetahui bahwa kami memata-matai mereka." Rainbow berterus terang ketika sudah hadir dihadapan Aldero.

Rainbow menuju meja bundar kecil dan menaruh selembar kertas berisikan peta markas FREENITY. Ketua guild Silvrast itu menjelaskan tentang anak buah yang berjaga, jumlah dan kekuatan. Tak ada celah kelemahan dari mereka yang artinya mereka bukan melawan sembarang orang, Aldero sudah menduga hal ini.

Markas mereka hanya satu, tetapi kekuatan mereka setidaknya bisa menghancurkan kerajaan ini. Aldero dan Rainbow mendiskusikan suatu hal.

Aldero memutuskan bahwa guildnya akan kembali ke kota Almond. Tujuannya ke kota Almond adalah menggali informasi tentang FREENITY sebanyak mungkin, karena sebelumnya mereka belum selesai menjalankan tugas disana.

Rainbow akan menemui guild lainnya untuk membahas hal ini, Aldero memang sengaja bertemu dan berdiskusi tentang hal ini bersama Rainbow terlebih dahulu karena Aldero malas untuk bertemu ketua guild lainnya.

"Berhati-hatilah, jangan sampai kota Almond menjadi peristirahatan terakhir untukmu." Kata Rainbow sebelum berlalu.

Rainbow, rambutnya tak memiliki warna pelangi, Rainbow adalah manusia biasa dengan mata warna pelangi yang sangat indah. Rainbow pergi bersama anak buahnya, menuju istana kerajaan untuk membahas hal penting yang tadi ia sampaikan dengan Aldero.

FREENITY benar-benar menjadi ancaman, Aldero tampak geram ketika memikirkan tentang FREENITY. Kematian Parish membuatnya merasa bersalah dan marah terhadap FREENITY.

Guild Rafoxa segera bersiap-siap dan pergi menuju kota Almond. Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di kota tersebut.

Guild Rafoxa beraksi, mereka menanyakan tentang FREENITY ke masyarakat sekitar, mencari tau jejak keberadaan, hingga membuat sayembara tentang FREENITY.

"Bagi siapapun yang melihat atau pernah bertemu dengan orang berjubah dan terdapat logo mawar merah di jubahnya segera hubungi pihak keamanan. Jika kalian membawa kepala anggota FREENITY akan di hadiahi 300.000 keping emas." Sayembara itu sudah tersebar luas di seluruh kerajaan ini,

"Bukankan rakyat biasa akan menjadi korban disini?" Amanda berkata demikian setelah membaca sayembara tersebut.

"Hanya pemburu dan petualang yang akan menyerang mereka, kau ingat kematian Parish? Rakyat biasa menyadari betapa kuatnya musuh kita dan mereka tak berani untuk membunuh bahkan mendekati FREENITY." Jawaban yang logis keluar dari mulut Aldero, Amanda dan orang yang berpikiran demikian langsung terdiam menyadari betapa benarnya perkataan Aldero.

Setelah sayembara itu disebar luaskan, beberapa pergerakan yang nampaknya disengaja oleh FREENITY. Tak ada yang tau alasan dibalik hal tersebut, satu yang pasti mereka menunjukkan betapa berbahayanya fraksi mereka.

Beberapa guild kecil pun hampir dibuat tumbang oleh mereka, ini saatnya untuk guild-guild besar beraksi. Aldero dan anak buahnya yang saat ini masih berada di kota Almond, mereka segera kembali ke markas mereka. Mempersiapkan sesuatu untuk perang yang tak pasti.

Dengan cepat mereka kembali ke markas guild Rafoxa karena menggunakan jalur teleportasi, Aldero berhenti sejenak ketika sudah sampai di depan gerbang guild Rafoxa. Menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkan nya, pintu gerbang terbuka mulus, Aldero disambut oleh wajah-wajah asing bagi Stacey dan teman-temannya terkecuali Alexador dan Zedva.

Orang yang tak dikenali Stacey itu menundukkan badannya, sepertinya anggota rahasia guild Rafoxa.

"Pemberhentian selanjutnya adalah pemberhentian terakhir." Ujar Aldero di depan 10 orang berwajah asing itu.

"Dimengerti." 10 orang itu berkata lantang secara bersamaan lalu menghilang dalam kedipan mata, seolah mereka menghilang terbawa angin yang berhembus.

Anggota guild Rafoxa yang telah sampai di markas, mereka semua memutuskan kembali ke kamar masing-masing. Beristirahat setelah menggerakkan tubuh terlalu banyak. Berharap tak ada kejadian buruk yang menimpa mereka.

ตอนถัดไป