sambungan dari sebelum nya~~~
[***]

Setelah kejadian tidak mengenakkan tadi, Cindy beralih mengajak Citra untuk belanja ke supermarket, kata wanita 3 orang anak itu, mumpung lagi banyak orang dirumah sekalian masak banyak. Kapan lagi bisa ngumpul rame-rame gitu.
Citra senang, tampaknya Cindy sangat menyukai nya. Ibu Irham itu membuatnya mengingat akan almarhumah ibu nya, saat dirumah hanya memakai daster, mengajak berbelanja ke pasar dan sering mengelus rambutnya. Dari pertama kali bertemu, Cindy selalu menyambutnya dengan senyum. Bukan nya Unyak tidak pernah memperlakukan nya selayak anak sendiri, namun mendapati orang asing yang sama sekali tidak punya hubungan apa-apa memperlakukan nya segitu baiknya membuat nya terharu.
"Tadi Irham bilang nggak sih mau makan apa dia ?" tanya Cindy sambil memilah-milah sayur yang akan Ia beli.
"Nggak ada Bu, Cuma Kang Ares tadi katanya mau dimasakin daging masak merah." Sahut Citra lalu mendorong troli mendekati rak yang terdapat sumber makanan hewani. Ia memilah-milah daging dan juga ayam.
"Ambil aja daging sama ayam nya, nanti ayam dibikin ayam goreng aja." Kata Cindy sambil menaruh beberapa sayur yang telah Ia pilih ke dalam troli.
"Ok bu," sahut Citra, "Kak Irham suka makanan apa bu ?" tanya Citra pada Cindy. Wanita paruh baya itu terkikik singkat lalu memandang nya jahil.
"Uluh-uluh, mau dimasakin buat Irham ya ?" tanya Cindy.
"Nggak bu, Cuma mau tahu aja." Kilah Citra berusahan menahan semburat merah jambu di pipi nya. Padahal dalam hati nya sudah tersusun rencana-rencana unyu yang mana nanti Ia membawa bekal hasil masakan tangan nya sendiri dan diberikan untuk lelaki pekerja bengkel itu.
"Halah, iya juga nggak apa-apa." Balas Cindy lagi lalu tertawa singkat.
Lihatlah wanita paruh baya itu, sama seperti anak nya, Cindy sangat suka menggoda Citra, membuatnya gelagapan menjawab pertanyaan mereka yang kadang tidak ada jawaban nya itu.
"Irham suka makan nasi padang, kari bebek, soto ayam pakai bihun, sambel-sambelan juag suka, makanan yang agak pedas juga suka, hm apa lagi ya ?!" kata Cindy panjang lebar sambil berjalan bersisian dengan Citra menuju rak yang ada cemilan nya. "Pokoknya dia banyak makan anak nya."
"Tapi Kak Irham nggak gemuk ya Bu, padahal makan nya porsi kuli." Kata Citra jujur.
Ingat hari dimana Citra dibawa berkunjung ke rumah nenek Irham saat hari tunangan Arkan dan Widya ? Lelaki itu meminta dimasakkan makanan lagi pada Irsyad setelah makan banyak di tempat acara. Citra takjub dengan kemampuan lambung Irham yang sukar kenyang itu. Dan satu lagi, tubuh lelaki biasa-biasa aja, nggak gemuk sama sekali walau porsi makan nya kayak orang kesurupan.
Cindy tertawa lagi mendengar pernyataan Citra, "Suka olahraga juga dia, nge-gym sama adik-adiknya, kadang juga main futsal mereka itu. makanya badan nya nggak memperhatinkan."
Perbincangan tentang Irham berlanjut hingga mereka berjalan keluar dari super market. Semakin jauh, Citra merasa sama sekali tidak menyesal mengenal keluarga Irham ini. Mereka sangat unik dan punya daya aura menenangkan, siapa pun dari keluarga Irham itu semuanya punya sifat yang mudah membuat orang nyaman dan bahagia.
Langkah Cindy terhenti saat ada seseorang menyapa nya, "Bu Cindy." sapa wanita itu. Saat Citra menyadari siapa yang menyapa ibu dari lelaki yang Ia kagumi nya, wajah nya langsung pucat pasi dan bergerak menyembunyikan dirinya di balik tubuh Cindy.
"Aaah, halo Bu Wirastya." Balas Cindy lalu menyambut cupika-cupiki dari orang tersebut. Wanita itu adalah Ibu dari Mahasiswa perwalian nya Cindy, sering bertemu saat sang Ibu mengecek nilai dan mengontrol kinerja kuliah sang anak. Posesip amat.
Dalam hati, Citra menahan rasa jengkel nya. Saat Ia sedang bahagia dan merasa senang bersama dengan Cindy, datang pengganggu. Wirastya adalah Ibu dari Bastian, mantan pacarnya. Wanita itu yang meluluhlantakkan hati dan jiwa nya, mulut pedas wanita itu sudah berhasil mengoyak hati dan kepercayaan dirinya. Pasti sekarang wanita itu mau mengolok-olok Citra lagi. Kandas nya hubungan Citra dan Bastian salah satu nya karena terhalang restu dari ibu nya itu, Wirastya Gurmono.
Wirastya menangkap siluet Citra di belakang Cindy lalu tersenyum sinis, "Lama tidak bertemu, Dokter Citra." Kata Designer nomor satu di Indonesia itu sambil berusaha melihat sosok Citra yang bersembunyi dibalik tubuh Cindy.
Citra tidak membalas sapaan Wirastya, Ia hanya menganggukan kepalanya singkat dan mengeratkan pegangan nya pada baju gamis Cindy.
"Oh Ibu mengenal mantu saya." Seloroh Cindy dengan senyum lebar.
Mantu ?
God bless you, Ibu Cindy. Ujar Cindy dalam hati. Setelah dihina-hina sekian rupa, datang Cindy mengangkat derajat nya dengan mengatakan kalau dirinya adalah mantu dari Cindy.
"Mantu ? Bu Cindy nggak salah pilih mantu nih ?" tanya Wirastya dengan nada sinis. Matanya memindai Citra dengan tatapan tajam dan menusuk. Jelas, aura permusuhan dari wanita 50th itu sangat terasa.
"Nggak dong, kualitas hidup anak saya meningkat setelah bersama Citra, mantu saya." Kata Cindy bangga walau hanya sandiwara, rasanya Cindy mengetahui situasi apa yang sedang Citra hadapi sehingga membela gadis yang belum tentu benar-benar jadi mantu nya itu setengah mati.
Masih dengan wajah tak suka, lagi-lagi Wirastya melayangkan serangan, "Ibu nggak tahu ya kalau Citra ini Cuma anak angkat, asalnya Cuma anak petani miskin dari pelosok. Nggak takut apa ketularan miskin nya ?!"
"Ooooh, maaf ya Bu." Kata Cindy dengan nada tegasd dan nyolot, "Citra bukan sekedar anak angkat, dia adalah ponakan dari keluarga angkat nya yang artinya masih sedarah. Jangan lupa, dia membawa nama Wiratmaja dibelakang nya." tambah Cindy. Ibu dari mantan pacar Citra itu langsung terdiam saat Cindy memaparkan fakta yang mungkin tidak diketahui nya itu.
Dari situ Citra terperangah dan ikut terdiam, dari mana Bu Dosen cantik itu tahu silsilah keluarga nya ? Wah, parah nih. Malah bawa-bawa nama Wiratmaja yang tersohor itu.
"Permisi !" Cindy beralih menarik tangan Citra menjauh dan berlalu ke parkiran.
God, Cindy tampak keren sekali setelah mampu menutup mulut besar Wirastya Gurnomo, design nomor satu di Indonesia yang nampak ramah di layar kaya namun bersifat seperti iblis dibalik layar.
Mampus lu nenek tua.
Citra terdiam seribu Bahasa, enggan bertanya dan juga dirinya diliputi rasa segan membuka mulut saat Cindy masih mendumel kesal bahkan setelah menempatkan bokong nya di mobil.
"Kamu ini sama banget kayak Irham, selalu nutup jati diri. Terus diinjak-injak sama orang-orang songong kayak gitu." Celoteh Cindy saat mobil yang mereka tumpangi sudah melaju membawa mereka ke rumah. "Bilang sama dia kalau kamu itu Wiratmaja , biar kicep tuh." Tambah Cindy berapi-api.
Nama belakang Wiratmaja mungkin ada banyak di Indonesia, namun Wiratmaja yang punya nama tersohor itu adalah salah satu keluarga terkaya di Indonesia nomor 3, rasa nya harta 7 keturunan tak akan pernah habisnya dan sepertinya itu terbukti deh. Tak heran, saat Ibu nya memilih hidup susah dengan bapaknya yang Cuma petani, keluarga Wiratmaja ini membuang ibu nya serta membenci nya hingga ke akar-akar nya. hampir seluruh anak cucu Wiratmaja menikah dengan orang kaya dan terpandang, hanya Ibu nya saja yang menyeleneh selera nya.
"Tapi Bu, saya kan nggak pakai Wiratmaja . Bapak saya benaran petani miskin kayak Bu Wira bilang. Saya nggak merasa bagian Wiratmaja."
"Sama aja, Ibu kamu kan Wiratmaja . Pokoknya, Ibu masih nggak terima mantu ibu dipandang sinis gitu sama orang lain." Kata Cindy masih cerewet, Ia masih kesal dengan designer terkenal itu, mandang orang kok dari harta nya. Cih.
Mata Cindy berkaca-kaca, Ia sangat terharu dengan sikap Cindy yang judes pada Wirastya serta membela nya mati-matian tadi saat ada yang menghina nya. Ia memeluk Cindy penuh haru, "Makasih ya bu, Ibu baik banget. Padahal kita baru kenal, malah Citra bukan siapa-siapa." Citra berucap dengan suara rendah. Ia senang disebut mantu oleh Cindy namun kenyataan kalau dirinya dan Irham tidak memiliki hubungan apa-apa juga tidak bisa di tepis.
Cindy mengelus rambut Citra sayang, "Kamu mantu Ibu pokoknya. Kalau pun kamu nggak jodoh sama anak Ibu nanti, yaudah. Pokoknya kamu itu mantu Ibu." Keukeuh Cindy santai. "Pokoknya, lain kali kamu harus pamer nama Wiratmaja kalau dihinaa-hina sama orang ya." Nasehat Cindy meleneh.
Citra tergelak pelan mendengar perkataan Cindy, betapa Ia sudah menemukan orang baru yang menyayanginya seperti anak nya sendiri.
"Ibu kok tahu tentang Wiratmaja itu ?" tanya Cindy.
"Heuh, tolong ya. Ini Cindy Nur Aisyah. Radar intel nya tinggi." Canda wanita itu.
"Ih ibuuuu, bisa aja."
Kapan hari, Cindy bertemu dengan Atta di mall dan mengalirlah cerita-cerita tentang Citra ini. Cindy yang merasa penasaran menanyakan Citra sampai ke akar-akarnya pada Atta dan saat tahu Wiratmaja melekat dibalik nama Atta dan Citra, Cindy langsung merasa segan dan kecil. Ia hanya orang biasa walau berasal dari keluarga berada dan juga pebisnis, namun kerjaan bisnis keluarga nya tidak sebesar dan sehebat Wiratmaja punya.
Namun dua versi dari Wiratmaja itu, Atta maupun Citra tidak memakai nama Wiratmaja dibelakang nya dan mengatakan bahwa tidak ada yang perlu di segani, segala ke rendahan hati melekat pada mereka berdua.
"Bu, Citra udah Atta anggap adik kandung sendiri, sama kayakIbu, Atta juga udah nganggap Ibu sebagai Ibu nya Atta sendiri. Irham emang udah kayak adik sendiri. Boleh kan kalau misalnya Ibu kasih kesempatan buat Citra dekat dengan Irham, biar kita benar-benar jadi keluarga ! Atta sayang Citra." Kata Dokter Gigi tampan itu kala itu saat bertemu dengan Cindy.
"Boleh Ta, Kalau jodoh nggak kemana. Ibu restu kalau mereka sama-sama." Senyum Atta kian mengembang dan menyalim tangan Cindy mengucapkan terimakasih.
"Makasih Bu."
[***]

Part ini udah duluan ketulis, rencana mau up 2 kali malam minggu ini tapi aku lagi atit nih dan dingin banget di daerah ku. 24 derajat. ATIT MAGER
jadi, pending dulu ya SE-PART LAGI. senin atau malming selanjutnya DI POST.
SEE YOU WHEN I SEE U
VOTE KELEN JANGAN LUPA YA ?!