webnovel

Perselingkuhan

Aiden Atmajaya, putra konglomerat Bima Atmajaya dan juga CEO Atmajaya Group, kepergok berada di hotel bersama dengan seorang wanita.

Headline berita itu menjadi berita terpanas sejak pagi hari dan menarik perhatian semua orang. Bagaimana tidak? Aiden Atmajaya adalah sosok pria yang sangat terkenal di kota ini. Ia jarang sekali muncul ke publik dan sangat berhati-hati dalam menjaga namanya. Tetapi pagi ini tiba-tiba saja namanya tercantum di halaman utama berita karena masalah perselingkuhan!

Aiden Atmajaya sudah memiliki tunangan, tetapi ia berada di hotel bersama dengan wanita lain!

"Ternyata semua pria memang sama saja! Menjijikkan!"

"Bukankah itu salah wanita penggodanya? Pasti wanita itu menginginkan kekayaannya! Dasar wanita murahan!"

"Natali Tedjasukmana seharusnya membatalkan pertunangannya. Untuk apa bertunangan dengan tukang selingkuh!"

"Benar sekali. Natali tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini!"

"Aiden Atmajaya memang benar-benar buta. Apa coba kurangnya Natali? Cantik, kaya, anggun ... Ia malah dengan seorang wanita murahan!"

Laman berita itu dipenuhi dengan berbagai komentar. Semua komentar itu ditujukan untuk menghina Aiden dan wanita murahan yang menggodanya. Tidak sedikit juga orang yang mendukung Natali dan mengasihaninya.

Saat ini, Aiden sedang berada dalam perjalanan menuju perusahaannya. Ia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna hitam, sementara jasnya terlipat rapi di sampingnya. Seperti biasa, kacamata hitam bertengger di wajahnya, membuatnya tampak lebih keren. Sayangnya, semua orang berpikir bahwa Aiden buta, sehingga mereka semua merasa bahwa kacamata itu bertujuan untuk menutupi kelemahannya.

Ia duduk di kursi tengah dengan santai sambil memandang ke luar jendela mobil. Ia bersama dengan supir kepercayaannya, Abdi, dan juga Harris yang sedang duduk di kursi depan. Harris membacakan berita yang beredar luas di internet dan juga komentar-komentar yang menyudutkan Aiden sambil menanti perintah dari Tuannya.

"Tuan, apakah Anda mau menghapus semua berita ini?" tanya Harris.

Sebagai salah satu keluarga yang berpengaruh di kota ini, menghapus sebuah berita bukan hal yang sulit bagi Aiden. Namun, Aiden hanya menggelengkan kepalanya.

"Biarkan saja." Aiden tidak peduli dengan berita ini. Toh, dengan adanya berita ini, ia juga terbantu karena bisa membatalkan pertunangannya dengan Natali tanpa harus mencari alasan. Selain itu, semua orang akan tahu bahwa ia memiliki hubungan dengan Anya. Anya adalah miliknya!

"Umumkan saja bahwa aku membatalkan pertunanganku dengan Natali." kata Aiden.

Harris ragu sejenak mendengar kata-kata Aiden. Membatalkan pertunangan adalah keputusan yang besar. Tidak hanya pertunangan mereka berdua saja yang akan batal, tetapi kerja sama antara dua keluarga pun akan kacau.

"Tuan, membatalkan pertunangan adalah keputusan yang beresiko. Apakah Anda tidak mau memikirkannya lagi?" Harris berusaha untuk menekan rasa takutnya dan menasihati Aiden.

Aiden hanya mengibaskan tangannya untuk menjawab nasihat Harris dan menyuruhnya untuk pergi. "Cari tahu informasi lengkap mengenai wanita yang bersamaku semalam!"

Sementara itu di kediaman Keluarga Tedjasukmana, Ibu Natali, Mona Wijaya, melihat berita terkini melalui ponselnya. Tangannya gemetaran ketika membaca apa yang telah terjadi. Ia mencengkeram gelas anggurnya dengan erat seolah ingin melempar dan memecahkan gelas itu.

Ia merasa sangat geram!

Ia sudah susah payah mendapatkan seorang pria kaya raya dan berkuasa untuk menjadi menantunya, namun semua rencananya itu hancur berantakan hanya karena seorang wanita jalang!

Kondisi perusahaan suaminya saat ini tidak terlalu baik. Perjanjian pernikahan itu adalah satu-satunya cara agar mereka bisa terus menikmati harta kekayaan yang berlimpah dan kehidupan yang nyaman. Namun, semuanya telah kacau karena wanita itu!

Ia segera menggedor kamar putrinya. "Nat, apa yang terjadi?"

Natali jelas merasa sangat senang. Rencananya telah berhasil.

Ia tidak ingin memiliki calon suami yang buta seperti Aiden. Meskipun Aiden memang sangat tampan dan gagah, tetapi apa gunanya ketampanan jika pria itu cacat. Ia harus mengurus pria itu seumur hidupnya dan teman-temannya akan merendahkannya karena ia memiliki seorang suami yang buta.

Dengan rencana yang telah disusunnya, ia bisa keluar dari masa depannya yang suram, tanpa terlihat kejam. Malah orang-orang akan bersimpati dan mendukungnya. Setelah itu, ia bisa mencari pria pujaan hatinya sendiri yang gagah, tampan dan tentu saja tidak cacat.

Tidak ada satu orang pun yang mengetahui rencana ini, termasuk ibunya. Ibunya terlalu gila dengan harta sehingga mengorbankan putri semata wayangnya untuk dinikahkan dengan pria buta demi memastikan kekayaan mereka.

Uang, uang dan uang, hanya itu yang ada di otak ibunya!

Tetapi, Natali tidak mau disalahkan oleh ayah dan ibunya. Ia harus berpura-pura bahwa ia lah yang telah dikhianati dalam hubungan ini dan mendapatkan simpatik dari semua orang.

Saat ia mendengar ketukan pintu kamarnya, ia segera mencubit tangannya dengan sangat keras hingga air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia membuka pintu kamar sambil menangis sejadi-jadinya.

"Ma… Anya …" katanya sambil terbata-bata, langsung memeluk ibunya.

Mendengar nama wanita itu sekali lagi membuat Mona naik pitam. Ia bahkan sama sekali tidak sadar bahwa putrinya sedang berakting dan langsung berkata, "Tenang saja, mama yang akan memberi pelajaran padanya." Katanya sambil mengelus kepala putrinya. Mona tidak tahu bahwa putrinya itu sedang tersenyum licik di dalam pelukannya. Mudah sekali mengelabui ibunya!

"Anya sungguh keterlaluan, Ma. Sebenarnya apa salah kita, Ma?" katanya sambil menangis sesunggukkan. "Dulu, Anya pernah mencelakai mama. Sekarang, ia merebut tunangan Nat. Padahal, Nat tidak pernah melakukan apa pun kepadanya."

"Memang sejak dulu, anak itu pembawa sial. Seharusnya ia dibiarkan terlantar saja di jalanan. Apa gunanya kita memberi bantuan dan tempat tinggal kepada anak itu. Pada akhirnya, kita lah yang menderita. Kali ini, mama sendiri yang akan turun tangan dan menghajarnya!"

Siasat Natali sungguh luar biasa. Berita mengenai perselingkuhan Aiden dan Anya sudah menyulut api kemarahan Mona. Natali sengaja mengungkit-ungkit masa lalu untuk membuat ibunya makin terbakar amarah.

Tidak akan ada yang curiga kepadanya. Ia telah menghapus semua bukti-bukti yang ada. Ia juga sudah menutup mulut semua orang yang terlibat. Semua orang akan menyalahkan Anya dan membelanya.

Anya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Saat ini, ia sedang menuju ke rumah Natali, ingin meminta penjelasan atas semua yang telah terjadi. Ia bahkan tidak sempat untuk mengecek ponselnya, apalagi membaca berita.

Perasaannya begitu campur aduk.

Ia merasa bingung dan marah atas apa yang dilakukan Natali kepadanya. Ia juga merasa sakit hati dan kecewa atas pengkhianatan Natali. Mengapa Natali melakukan ini kepadanya? Apa sebenarnya tujuan Natali?

Selain itu, pikirannya terkadang juga tertuju pada pria yang bersamanya semalam. Siapa sebenarnya pria itu? Mengapa pria itu mengetahui namanya? Apakah pria itu mengenalnya? Tetapi mengapa ia sama sekali tidak mengingat pria itu?

Pemikiran-pemikiran ini membuat kepalanya terasa pening. Untuk sementara ini, ia akan menuntut penjelasan terlebih dahulu pada Natali.

Kakinya terus melangkah dengan cepat dan rumah Natali mulai terlihat. Rumah itu tetap terlihat mewah seperti sebelumnya. Rumah yang dulu pernah menjadi tempatnya bernaung, namun tempat itu sudah bukan miliknya lagi.

Dulu, rumah itu adalah istananya, di mana ia adalah putrinya dan ibunya adalah ratunya. Sampai suatu hari, perceraian ibu dan ayahnya membuat mereka harus pergi dari tempat itu.

Pagarnya berwarna hitam, dililit ukiran-ukiran emas yang menambah kemewahannya. Di balik pagar itu, terdapat mobil-mobil mewah berjejeran dan juga sebuah taman yang indah.

Sekarang, rumah ini ditinggali oleh Ayahnya dan juga keluarga barunya. Sementara itu, ia dan ibunya harus tinggal di rumah kecil dan kumuh, sambil memutar otak dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Ditambah lagi, sekarang ibunya sedang berada di rumah sakit …

ตอนถัดไป