Randika kemudian mengambil kembali lauk berwarna hitam yang seharusnya telur dadar itu.
Ketika dia menggigitnya, rasa asin yang begitu luar biasa langsung menggelegar, terlebih masih ada garam yang tidak larut dalam telur.
ASIN!
Benar-benar asin!
Apa Inggrid memakai 1 kg garam?
Randika hampir saja muntah, namun ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat wajah Inggrid yang sedang tersenyum dan bahagia.
GLEK!
Dengan susah Randika menelannya, setelah itu dia langsung meminum susu satu gelas dalam satu kali teguk.
Syukurlah susu yang diminumnya itu tidak diapa-apakan oleh Inggrid, kalau tidak dia sudah pasti mati sekarang.
Melihat Randika memakan makanannya, Inggrid tersenyum. "Makannya jangan cepat-cepat begitu, tersedak kan jadinya? Kalau kamu masih lapar, aku akan buatkan lagi kok."
Mendengar kata-kata ini, keringat dingin mulai membanjiri punggung Randika. Dia lalu tersenyum pahit. "Sayang, nanti malam kita makan apa?"
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com