webnovel

Sebagai Prioritas

Kenzo menyambut Alona dengan senyuman dan pelukan hangat. "Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat kusut begitu bertemu denganku?" tanya Kenzo dengan lembut kemudian perlahan meregangkan pelukannya dari tubuh Alona.

"Kenapa kau selalu datang lebih dulu dariku? Padahal aku sudah berusaha untuk datang lebih cepat agar aku bisa menyambutmu datang," jawab Alona dengan wajah cemberut.

Kenzo mencubit gemas kedua pipi Alona, "Harusnya kau senang. Karena itu artinya kau selalu menjadi prioritasku saat ini," jawab Kenzo dengan senyuman.

Alona masih tertegun menatapnya, lalu tersenyum kemudian dengan malu-malu.

"Akh… Hatiku sangat sakit, Aw… ugh…" mendadak Kenzo kesakitan dan memegangi bagian dadanya. Sontak saja Alona panik dan cemas melihat Kenzo demikian secara tiba-tiba.

"Ken, ada apa? Kenapa? Kau sakit?" tanya Alona sungguh panik.

"Yah, disini. Ini sangat sakit," jawab Kenzo sambil menunjuk ke bagian dadanya.

Dengan sigap Alona menyentuh dada Kenzo, "Ke-kenapa tiba-tiba sakit, jika kau tidak sehat kenapa memaksa untuk menemuiku sore ini, kau bisa istrahat dulu di rumah," ujar Alona kian cemas dan tampak wajahnya begitu sedih.

"Jantungku mendadak sakit setelah melihatmu tersenyum manis padaku seperti tadi," sahut Kenzo dengan lirih.

Seketika Alona menatap wajah Kenzo dengan tertegun, lalu pandangannya berubah kesal kemudian memukul-mukul tubuh Kenzo dengan gemas, Alona mendecak kesal akan sikap Kenzo barusan yang ternyata hanya mengerjainya saja.

"Hahaha… Ampun, aduh… Maaf, iya ampun, Sayang. Aku hanya mengerjaimu saja," ujar Kenzo merintih menahan pukulan kecil dari Alona di sertai dengan omelan Alona padanya.

"Sayang, ampun!" kata Kenzo lagi sambil menangkap kedua tangan Alona saat ini, mereka saling berhadapan dan Alona mendongakkan kepalanya menatap tajam wajah Kenzo saat ini di sertai dengan napas yang terengah-engah.

Cup!

Kenzo mengecup kening Alona dengan sangat lembut dan hangat di rasakan oleh Alona saat ini, seakan dia merasakan kembali bagaikan aliran listrik yang menjalar di sekujur tubuhnya. Detak jantungnya berdebar semakin meningkat, dia tampak tersipu malu kemudian.

"Maafkan aku, aku hanya bercanda tadi. Tapi jujur rasanya sangat menggelitik jantung dan hatiku setiap kali melihatmu tersenyum seperti tadi," ujar Kenzo dengan lirih.

"Cih, kamu selalu menggombaliku." Alona kembali mendecak kesal, namun kali ini dia tampak jauh lebih menggemaskan dengan kedua pipinya yang merona.

Kenzo berusaha menahan tawanya untuk tidak kembali membuat Alona kesal karena sudah di kerjainya tadi. Lantas Kenzo mengajak Alona mencari tempat untuk duduk berdua bersama, lantaran mengalihkan kekesalan Alona untuk segera mereda. Meski sejujurnya di dalam lubuk hati Alona yang terdalam, dia begitu bahagia mendapat perlakuan hangat dan manis dari lelaki yang di cintainya.

"Hah, kita duduk disini saja!" ujar Kenzo begitu menemukan sebuah pohon yang rindang dan menyejukkan.

Alona mengangguk dan tersenyum tipis lalu duduk di sisi Kenzo yang sudah lebih dulu duduk di bawah pohon tersebut. Alona duduk dengan sedikit canggung dan salah tingkah meski jarak antara mereka tidak begitu dekat. Kenzo sengaja sedikit menjauh dari sisi Alona dan memberikan tempat untuk Alona.

Tapi bukankah jatuh cinta memang begitu kenyataannya? Setiap kali berdekatan dengan orang yang di cintai akan selalu merasakan detak jantung kita berdebar meningkat dari biasanya, sungguh aneh tapi nyata di rasakan.

"Bagaiamana kegiatanmu di sekolah?" tanya Kenzo bersuara lebih dulu. Sejujurnya dia juga merasakan detak jantungnya sudah tidak beraturan, namun dia tak ingin membuat Alona sadar akan hal itu sehingga nantinya suasana jadi tidak mengasyikkan.

"Ehm, yah… Begitulah, tidak ada yang berbeda dari biasanya. Hanya saja, Jihan selalu meledekku karenamu."

"Maafkan aku, andai saja saat itu aku tidak mengakui hubungan kita di depan semuanya mungkin saja kau tidak akan selalu di ganggu oleh Jihan," jawab Kenzo menimpali.

"Ih, jadi kau tidak mau mengakui hubungan ini di depan teman-temanmu?" tanya Alona dengan sedikit cetus, seolah dia terlihat kecewa akan jawaban Kenzo barusan.

Kenzo menahan napasnya sejenak, dalam hati dia mengeluh merasa telah salah berbicara. Lantas dia mengubah posisi duduknya dengan tegak dan meraih kedua tangan Alona dalam genggamannya.

"Aku selalu ingin membuatmu merasa nyaman dan aman meski kita berada di tempat yang berbeda, jika kau berpikir aku tidak ingin mengakui hubungan ini di depan semua teman-temanku, itu sangat tidak benar. Apa kau tahu, Alona. Aku bahkan ingin seluruh dunia tahu, kau cintaku, kau wanitaku, dan kau segalanya bagiku, kau juga duniaku!"

Mendengar hal itu tampak kedua mata Alona berkaca-kaca, dia merasa cinta yang begitu dalam dari ungkapan hati Kenzo saat ini. Alona mengatupkan kedua bibirnya rapat-rapat seraya tersenyum penuh haru, Alona tidak mampu mengelurkan kata-kata lagi. Akan tetapi, seketika Alona memeluk tubuh Kenzo dengan sangat erat.

"Aku mencintaimu, Ken!" ucapnya dengan lirih sambil mengeratkan pelukannya di tubuh Kenzo.

Dengan senyuman bahagia serta napas dalam Kenzo memeluk erat pula tubuh Alona, wangi semerbak aroma parfum segar Alona begitu tercium jelas ketika Kenzo mengusap lembut rambut Alona yang terurai panjang. Kenzo sungguh merasakan ketenangan dan kedamaian yang begitu dalam ketika memeluk tubuh Alona.

"Aku juga mencintaimu, Alona…" lirih Kenzo dengan lembut.

Next chapter