webnovel

Lingkaran Sihir

"Syarat? Apa syaratnya profesor?" Jack tidak menyangka ia akan mengajukan sebuah syarat.

Izack berkata sambil mengacungkan satu jarinya, "Syarat pertama. Aku tidak suka orang yang mengingkari janji, jadi aku tagih janjimu kemarin. Katanya kau akan memberiku kertas yang lebih baik dari yang kupunya sekarang, mana buktinya?"

Jack mengerutkan dahinya dan menjawab, "Tidak mungkin secepat itu profesor, kami masih dalam proses pembuatan alat dan pencarian bahan yang sesuai."

"Kami? Hmm, sepertinya kau bergabung dengan sebuah workshop. Workshop yang mana Jack?"

Jack mengeluarkan lencana workshop miliknya dan menunjukkannya kepada Pak tua Izack, "Dragon Hammer? Workshop milik Tarud. Pilihan yang menarik."

Pak tua Izack membelai jenggot putihnya sambil mengangguk, sebelum Jack sempat berbicara ia menambahkan. "Ia orang yang jujur dan setia kawan, lebih mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadinya. Pilihanmu tepat Jack, sepertinya peringkat Dragon Hammer akan segera naik." Puji Pak tua Izack sambil terkekeh.

"Kalau begitu lupakan syarat tadi. Kalau kau ingin menjadi muridku, jangan panggil aku profesor, dan jangan berbicara terlalu formal denganku. Sopan boleh tapi jangan terlalu formal. Sebenarnya aku tidak suka dan muak saat orang-orang terlalu sopan denganku. Mereka terlihat seakan ingin menjilatku saja. Panggil saja aku Pak tua." Ia melihat ke arah Jack setelah mengatakannya, seperti ingin segera mengetahui reaksinya.

"Oke Pak tua" Jack berkata sambil mengacungkan jempolnya.

Pak tua Izack sedikit kaget dengan reaksi Jack, "Cepat sekali kau beradaptasi Jack?"

Jack terkekeh dan menjawab, "Aku juga tidak begitu suka bahasa formal pak tua."

"Bagus, bagus. Cepat habiskan makananmu, kita akan mulai belajar di ruang kerjaku di lantai tiga."

"Oke" Jack mengunyah sisa sandwich di tangannya dan meminum jus nanas itu dengan tergesa-gesa. Setelah selesai, mereka pun berdiri dan berjalan menuju ke lantai tiga bersama-sama.

Ruangan kerja Izack Newtown sangat luas, sekitar sepuluh kali lima meter. Tapi ruangan itu penuh dengan rak-rak tinggi, bukan piala atau perhiasan yang disimpan di sana, melainkan buku-buku tua berwarna cokelat kekuningan.

Sambil masih merasa takjub dengan pemandangan yang dilihatnya, Jack mengajukan sebuah pertanyaan. "Apa ini semua buku karanganmu pak tua?"

"Well, tidak semua. Sebagian besar." Pak tua Izack menjawab sambil mencari buku di rak paling kiri.

"Karena kau telah membayar satu koin emas, aku akan mengajarimu sebuah teknik langka yang wajib dimiliki oleh seorang penyihir, Penglihatan Mana." Sambil tersenyum lebar, Pak tua Izack memperlihatkan sebuah buku berjudul 'Panduan Teknik Penglihatan Mana' kepada Jack.

"Penglihatan Mana? Aku sudah mengetahui teknik itu pak tua."

"Eh? Sejak kapan kau mengetahuinya? Siapa yang mengajarimu?" Pak tua Izack kaget dan hampir menjatuhkan buku yang ada di tangannya itu.

Setelah berpikir sejenak, Jack menjawab, "Hmm, kurasa sejak aku melihatmu yang kedua kalinya. Saat kau menumpahkan teh yang sedang kau minum ke atas buku. Malam itu, saat aku mencoba mengalirkan mana ke mataku tiba-tiba mataku terasa sakit sekali, setelah sakitnya mereda aku bisa melihat mana yang ada di sekitarku." Mata Pak tua Izack membilak, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Tanpa menunggu pak tua itu merespons, Jack menambahkan "Dari reaksimu, sepertinya aku cukup berbakat menjadi seorang penyihir," ledek Jack sambil terkekeh.

Pak tua Izack mengembalikan buku yang ada di tangannya kemudian berjalan ke rak buku di sebelah kanan dan mengambil dua buah buku. "Coba lihat buku ini. Bagi orang awam buku ini akan terlihat kosong, tapi jika kau memang sudah bisa menggunakan Penglihatan Mana, kau akan dapat melihat sesuatu." Kata Pak tua Izack sambil menyerahkan salah satu buku di tangannya.

Jack menerima buku itu dan mulai membukanya, "INI! Lingkaran sihir? Di setiap halaman buku ini terdapat gambar lingkaran sihir." Jack tersentak kaget, lingkaran sihir yang menurut informasi sangat sulit didapatkan sekarang ada di depan matanya. Bahkan tidak hanya satu, tapi ada sekitar empat puluh lingkaran sihir yang ada di buku itu.

Pak tua ini memang bukan orang sembarangan, benar dugaanku kalau dia salah satu penyihir kuat yang dimiliki oleh Adventurer Guild, Jackpot!. Tunggu dulu!

Saat melihat lingkaran sihir itu lebih teliti ia menyadari sesuatu. Ini… bukankah ini Aksara Jawa?

Matanya melebar, tidak percaya kalau di dalam lingkaran sihir itu terdapat huruf-huruf yang ia kenal. Aksara Jawa adalah aksara turunan dari Aksara Kawi, yang merupakan turunan dari Aksara Brahmi. Di dalam Aksara Jawa, terdapat dua puluh aksara dasar yang disebut juga dengan Hanacaraka atau Carakan. Selain aksara dasar tersebut, Aksara Jawa juga memiliki aksara swara, aksara rékan, dan sandhangan.

Aksara swara merupakan aksara yang digunakan untuk menulis sebuah suku kata yang tidak memiliki awalan konsonan, atau dengan kata lain sebuah suku kata yang hanya terdiri atas vokal.

Kemuidian sebuah aksara tambahan yang digunakan untuk menulis bunyi asing yang tidak dapat ditulis dengan aksara Jawa biasa atau dinamakan aksara rékan.

Sedangkan sandhangan adalah tanda khusus yang melekat pada sebuah aksara untuk mengubah vokal/bunyi aksara tersebut.

Apa benua ini berada di samudra Hindia dan belum ada seorang pun yang menemukannya? Tidak… tidak mungkin, tapi kenapa aksara Jawa bisa ada di sini?

Karena melihat Jack yang bengong dan melamun saat melihat buku itu, Izack mengomentarinya, "Heh heh, kaget? Itu hanya sebagian kecil dari koleksiku." Pak tua itu mengatakannya dengan bangga.

"Karena kau sudah menjadi muridku, bahkan sudah bisa menggunakan penglihatan mana. Aku akan memberimu satu lingkaran sihir agar kau bisa melindungi dirimu sendiri. Ayo ikut aku." Pak tua Izack berjalan ke arah pintu yang ada di ujung ruangan itu, mengeluarkan kunci kuningan lalu membukanya.

Di dalam ruangan itu terlihat berbagai macam benda yang Jack tidak pernah lihat sebelumnya. Ada peralatan alkimia seperti tabung reaksi, pipet tetes, alat pengukur, timbangan, bahkan ia melihat beberapa batu mana tergeletak di atas meja.

Setelah sampai di depan meja panjang yang menempel pada dinding di seberang pintu masuk itu ia berkata dengan nada yang serius, "Duduklah, aku akan menorehkan lingkaran sihir di kedua telapak tanganmu. Lingkaran sihir ini adalah senjata standar yang dimiliki oleh seorang penyihir. Kau dapat menembakkan bola api yang meledak saat mengenai sesuatu. Tapi ingat, jangan gunakan sihir ini untuk main-main."

"Baik." Jawab Jack tegas, ia sangat gembira dan bersemangat karena akhirnya dapat mencoba menggunakan sihir. Ia pun duduk di kursi yang ada di sebelah Pak tua Izack.

Pak tua Izack mengeluarkan sebuah botol kaca berisi carian berwarna biru kehitam-hitaman dari sebuah brankas yang berada di bawah meja tersebut, lalu berkata, "Cairan ini dibuat dari campuran logam khusus dan batu mana dengan perbandingan tertentu. Saat aku menulisnya di telapak tanganmu kau tidak boleh bergerak sedikitpun, karena kalau sampai proses penulisan ini gagal sedikit saja, kita harus mengulanginya dari awal meskipun hanya kurang satu titik saja. Dan rasanya akan lebih sakit dibandingkan dengan yang pertama."

Jack menghela nafas panjang lalu menjawab, "Oke."

"Masukkan tangan kananmu di alat ini, pastikan untuk mengikatnya sekencang mungkin sampai kau tidak bisa menggerakkan telapak tanganmu." Pak tua izack menunjuk sebuah alat untuk mengikat tangan seseorang. Alat itu terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama untuk mengikat lengan dan bagian lain untuk mengikat masing-masing jari.

Jack hanya mengangguk dan mulai mengikatkan tangan kanannya kencang-kencang sampai ia benar-benar tidak bisa bergerak.

Melihat Jack telah selesai mengikatkan tangan kanannya, Pak tua Izack bertanya, "Apa kau siap?"

Jack menghela nafas panjang, melihat ke arah pak tua itu dan mengangguk. Ia melihat Pak tua Izack menggunakan mananya untuk mengambil cairan biru itu dari dalam botol kaca yang ia letakkan di atas meja. Dengan mana yang terlihat seperti hidup ia mulai menggambar sebuah lingkaran di telapak tangan Jack.

Jack merasa tangannya terbakar seperti bara api merah sedang diletakkan di telapak tangannya. Mukanya memerah, keringat mulai muncul di keningnya dan otot-otot keluar di lehernya karena menahan rasa sakit itu. Jantungnya berdetak kencang, satu menit yang ia lewati terasa seperti satu hari.

Akhirnya, setelah lima belas menit berlalu Pak tua Izack mengangkat tangannya lalu duduk di sebelah Jack, "Selesai, sekarang kau boleh melepaskan ikatannya lalu rendam tanganmu di ember itu selama beberapa saat." Ia menghela nafas sambil mengelap keringat yang ada di dahinya.

Jack membuka ikatan di tangan kanannya itu dengan terburu buruk karena ingin segera mencelupkan tangannya yang serasa terbakar itu ke dalam air.

"Ahhhhhh …"

Dengan nafas yang masih ngos-ngosan ia pun terduduk di sebelah ember air itu setelah memasukkan tangannya.

Ia sedikit terkejut saat mengangkat tangannya dari ember itu karena tidak merasakan sesuatu yang berbeda. Saat melihatnya dengan penglihatan mana, ia dapat melihat sebuah lingkaran sihir yang memancarkan sinar redup berwarna biru yang tersusun rapi di telapak tangannya. Sambil tersenyum ia berkata di dalam hati. Akhirnya!

"Sekarang tangan kirimu."

Jack mengulangi proses tadi sekali lagi, hanya saja kali ini terasa lebih sakit dari sebelumnya. Ia harus menahan rasa sakit dua kali lebih besar dari tangan kanannya karena tangan kirinya bengkak setelah berlatih dengan Nardar tadi pagi.

"Selesai." Setelah mendengar kata itu, Jack bergegas melepas ikatan di tangan kirinya lalu berlari ke arah ember yang berada di sudut ruangan.

Pak tua Izack tertawa lalu bertanya, "Bagaimana rasanya Jack?" ia mengelap keringat yang ada di wajahnya.

"Luar biasa! Apa tidak ada cara lain untuk melakukannya pak tua?" jawab Jack sambil merendam tangan kirinya yang gemetaran.

"Belum ada. Atau lebih tepatnya, belum ditemukan." Pak tua Izack berdiri kemudian berjalan ke meja bundar di tengah ruangan itu, lalu menuangkan secangkir air dan meminumnya.

"Selalu monitor mana yang kau punya dan jangan menembakkan sihir secara membabi buta, keluarkan kalau kau yakin dapat mengenai musuhmu. Bahkan lebih baik lagi jika tidak banyak orang yang tahu, sehingga kau dapat mengecoh musuh yang akan menyerangmu. Pedang dan tameng yang kau miliki adalah kedok yang sempurna. Coba pikir, saat musuhmu hendak menyerang, tiba-tiba ia melihat sebuah bola api muncul dari balik tameng lalu mengarah ke wajahnya dan kata-kata terakhir yang ia dengar adalah 'Kejutan' Hahaha. Lucu sekali bukan."

Saat mendengar lelucon Pak tua Izack, Jack sedang memikirkan lingkaran sihir yang ada di tagannya itu. Sistem yang ada pada diriku tidak dapat membaca sihir ini? Apa prosesnya gagal? Atau karena bukan aku sendiri yang mempelajari sihir itu? Mungkin karena lingkaran sihir ini lebih tepat disebut sebagai 'alat' untuk mengubah mana yang kupunya menjadi sebuah sihir, jadi sistem yang kupunya tidak membacanya sebagai sihir yang aku pelajari.

"Bagaimana Jack? Apa kau siap untuk menembakkan sihir pertamamu?"

ตอนถัดไป