webnovel

Wawancara

"Fuuuuuhhhhh~" Jack duduk bersila, menenangkan dirinya lalu menyelaraskan pernafasannya. Ia memusatkan perhatiannya pada perut bagian bawah dan mencoba untuk merasakan Mana Sentralnya. Setelah beberapa detik ia merasakan sesuatu. "Huh?" ia merasakan ada sesuatu di perut bagian bawahnya dan konsentrasinya buyar. Inikah yang dinamakan Mana Sentral, perutku terasa sedikit aneh. Aku akan mengulanginya lagi.

Setelah percobaan ketiganya, ia mulai terbiasa dengan perasaan itu. Anehnya ia langsung dapat mengontrol mana itu dengan mudah dan mencoba memutarnya di area Mana Sentralnya.

Menurut buku tadi aku harus berlatih sedikit demi sedikit untuk dapat mengontrolnya. Hehehe, ternyata aku cukup berbakat dalam bidang ini. Ia pun mengulangi latihannya beberapa kali sebelum mendengar sebuah suara dari perutnya.

Kruk, kruk. Apa mereka menjual makanan juga di sini? Jack memikirkannya sambil bangun dan berjalan menuju meja di dekat tangga untuk memesan sesuatu.

"Selamat siang tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya gadis cantik bermata cokelat yang berada di belakang meja itu.

"Ada menu apa saja?" Tanya Jack sambil melihat-lihat tempat itu.

"Kami hanya menyediakan minuman seperti jus buah, kopi dan teh dengan harga dua koin perunggu, untuk makanannya hanya ada sandwich. anda dapat memilih untuk mengisinya dengan daging atau telur, harganya tiga dan dua koin perunggu". Pelayan itu menjelaskan sambil memperhatikan baju compang-camping yang dipakai Jack, senyumnya sedikit memudar, ragu kalau ia akan membelinya.

"Ah, kalau begitu aku pesan jus nanas dan sandwich daging. Tempat dudukku di pojok sebelah sana" Jack berkata sambil menyerahkan lima koin perunggu kepada gadis bermata cokelat itu. Ia tidak ragu untuk mengeluarkan uang karena sudah mempunyai cara untuk mendapatkannya dengan mudah.

"Baik tuan, akan segera saya antarkan" Senyum gadis itu pun kembali seperti semula.

Setelah kembali ke tempat duduknya, ia baru sadar kalau selain dirinya, hanya ada tiga orang lain yang berada di ruangan itu. Hmm, ternyata orang-orang di dunia ini belum sadar pentingnya ilmu pengetahuan. Jack menggelengkan kepalanya lalu duduk, ia mencoba menghafalkan jalur mana yang ia baca tadi.

Setelah beberapa menit pesanannya pun datang. Ia penasaran bagaimana rasa sandwich di dunia ini. Daging panggang yang ada di sendwich itu rasanya alot walaupun tipis, Jack menduga kalau di dunia ini belum ada kecap. Ia pun memasukkannya ke dalam rencana barang yang ingin ia buat. Setelah selesai memakannya, ia berdiri lalu mengembalikan kedua buku tersebut ke tempatnya semula di lantai satu dan berjalan menuju meja resepsionis untuk menemui pak tua yang tadi mengobrol dengannya.

"Sudah selesai anak muda? Apa kau menemukan yang kau cari? Apa ada yang ingin kau tanyakan lagi?" pak tua itu bertanya padanya terlebih dulu sebelum ia sempat menyapanya.

"Kurasa cukup untuk sekarang. Oh iya, aku belum tahu siapa namamu?" Jack baru ingat kalau dia belum mengetahui nama pak tua itu.

"Namaku Izack Newtown, panggil saja aku pak tua Izack, hahaha" kata pak tua itu sambil mengulurkan tangannya.

Ia menjabat tangan pak tua Izack sambil mengedutkan bibirnya. Pantas ia tahu di mana letak buku tadi, ternyata ia sendiri yang menulisnya. Rasa hormat Jack padanya sedikit turun.

"Kembalilah ke sini setalah kau mendapat lencana Adventurer, supaya aku dapat mencatat nomor serinya" pak tua Izack berkata sambil tersenyum.

Jack pun mengangguk dan membalas senyumannya itu sebelum berjalan ke arah pintu keluar. Setelah mengambil semua barang yang ia titipkan, ia pun kembali ke Adventurer Guild untuk menunggu wawancaranya dimulai. Saat berjalan menuju ke sana, ia baru sadar bahwa sebenarnya ia tidak perlu membawa tombaknya yang panjang itu ke mana-mana karena ia sudah berada di kota yang aman. Ia menepuk jidatnya lalu menggelengkan kepalanya.

Gedung Adventurer Guild sangat ramai siang itu, ada orang yang sedang melihat papan besar yang berada di tembok untuk mencari misi yang ingin mereka kerjakan. Beberapa orang sedang mengantre di Guild resepsionis untuk mendaftarkan misi yang mereka pilih. Ada yang sedang mengambil atau menyetorkan uangnya di bank, dan ada juga yang sedang menikmati makanan sambil mengobrol dengan rekan-rekan Adventurer mereka.

Jack berjalan melewati mereka dan berjalan menuju ke arah tangga dan naik ke lantai dua. Di sana ia melihat beberapa orang sedang duduk menunggu dan ada satu orang yang sedang berbicara dengan resepsionis yang ada di sana, ia pun mengantre di belakan orang itu.

Setelah mendengar percakapan mereka ia akhirnya tahu kalau orang di depannya itu sedang mengambil uang hadiah dari misi yang telah ia selesaikan. Setelah selesai orang itu berbalik dan melihat ke arah Jack dengan mata cokelatnya saat berpapasan dengannya.

Gadis resepsionis yang sedang berjaga menyapanya. "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?".

"Aku sedang menunggu untuk wawancara apa sudah bisa dimulai?" Jack bertanya tanpa basa basi.

"Wawancara?" perempuan tersebut terlihat sedikit kaget, orang orang di sekitar tempat itu juga terlihat sama, mereka melihat ke arah Jack seperti melihat orang gila yang tiba-tiba bernyanyi di tengah pasar. Bahkan orang yang tadi berpapasan dengannya berbalik dan memberi tatapan yang sama.

Terlihat seperti mengingat sesuatu, gadis itu pun menjawab pertanyaan Jack tadi, "Ah, maaf. Anda bisa langsung masuk ke ruangan di depan sana. Petugas kami sudah siap, wawancaranya dapat segera dimulai".

Jack hanya tersenyum dan sedikit mengangguk kemudian cepat-cepat pergi dari tempat itu karena ia merasa sangat canggung dengan tatapan orang-orang di sekitarnya. Ia pun mengetuk pintu ruangan yang ditunjuk oleh resepsionis tadi.

"Masuk" terdengar suara laki-laki dari dalam ruangan itu. Ia pun membuka pintu itu dan melihat seorang pria paruh baya yang memiliki rambut keriting berwarna pirang. Mata birunya menatap Jack dengan hangat.

"Anda Jack yang mendaftar menjadi Adventurer baru itu? Perkenalkan, namaku Francis" Ia berkata sambil mengulurkan tangannya.

"Betul, saya Jack" jawab Jack sambil menjabat tangannya.

Ia pun berkata sambil menunjuk ke arah sebuah kursi, "Silakan duduk"

"Tidak usah tegang, santai saja" Francis menenangkannya sambil tersenyum.

"Aku hanya akan bertanya tentang hal-hal umum saja. Tolong letakkan tanganmu di atas bola kristal ini, tangan yang mana saja boleh" Francis berkata sambil mendorong bola kristal berwarna biru yang terlihat jernih itu ke arah Jack.

Hati Jack mulai berdebar, ia khawatir pemilik asli tubuhnya sekarang adalah seorang kriminal. Tapi ia merasa lebih baik setelah ingat kalau ia pernah melihat di jendela statusnya kalau tubuhnya itu adalah seorang budak. Sambil menyentuh bola kristal itu dengan tangan kirinya, ia merenungkan apa yang akan ia katakan kepada pria di depannya itu, ia sedang memegang lebaran kertas berwarna kuning kecokelatan yang tadi pagi di isi olehnya. Jujur, Jack hanya mengisi kolom nama dan keterangan saja, yang lainnya hanya ia beri tanda (-).

"Mari kita mulai Jack. Namamu Jack Walker, benar? Dari mana asalmu?" sambil tetap tersenyum Francis mulai bertanya.

"Ehem" Jack berdeham dan mulai menjawab pertanyaan itu, "Betul, namaku Jack Walker tapi jujur aku tidak mengetahui dari mana aku berasal. Hal terakhir yang kuingat di dunia ini adalah saat aku terbangun di sebuah hutan, dan aku yang seorang budak. Setelah berjalan di hutan itu aku menemukan mayat seseorang. Mungkin dia majikanku, sepertinya rombongan kami diserang oleh serigala karena aku melihat mayatnya tercabik-cabik seperti ada yang memakannya. Karena ketakutan aku lari dari tempat itu setelah mengambil kantong uang yang dibawa mayat tadi, dan akhirnya aku sampai di sini. Karena tidak tahu harus kemana dan tidak punya tujuan lain, aku memutuskan untuk menjadi seorang Adventurer untuk mencari dari mana tubuh ini berasal". Ia tidak berani berbohong karena curiga kalau bola kristal yang ia pegang adalah alat pendeteksi kebohongan. Ia sering melihatnya di film-film, saat sedang ditanya atau diinterogasi pihak yang menginterogasi pasti memiliki alat untuk mendeteksi kebohongan. Ia hanya menambahkan kata 'mungkin' dan 'sepertinya' untuk hal-hal yang ia belum yakin, lalu mengatakan kata 'tubuh ini' untuk menekankan bahwa ia benar-benar tidak mengingat dari mana ia berasal sekaligus sebagai alasan untuk menjadi seorang Adventurer.

Untung aku ingat adegan pada sebuah novel dimana tokoh utamanya juga diinterogasi. Aku ingat bagaimana dia dapat menjawab semua pertanyaan interogatornya tanpa harus berbohong.

"Apa kau melihat mayat orang lain selain mayatnya?" Francis bertanya sambil menyipitkan matanya.

"Ada beberapa"

Iya, beberapa ratus orang. Jack menambahkan di dalam hati.

Francis mengangguk saat mendengar jawaban Jack sambil mengamati tidak ada perubahan pada bola kristal di depannya.

Setelah berpikir sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja, Francis melihat ke arah Jack dan tersenyum. "Selamat Jack, kau sudah resmi menjadi seorang Adventurer sekarang" Ia berkata lalu bangun dan mengulurkan tangannya ke arah Jack.

Tapi reaksi yang diberikan oleh Jack bukan rasa lega tapi terkejut. Eh, hanya itu? ia tidak menyangka hanya itu yang diperlukan untuk menjadi seorang Adventurer. Apa mereka tidak perlu mengetes kekuatanku?

Setelah beberapa detik ia baru tersadar, bangun dan menjabat tangan Francis.

"Sepertinya kau terkejut? Kau boleh bertanya kepadaku kalau ada sesuatu yang masih kau ragukan atau belum mengerti" Francis bertanya setelah melihat reaksi dari anggota baru mereka itu.

"Emm, apa tidak ada tes kekuatan atau yang lain? Tes tertulis mungkin?"

"Hahahaha. Tidak, tidak perlu. Semua orang boleh menjadi seorang Adventurer, kualifikasi terendahnya adalah bisa baca tulis, kecuali kau mempunyai kemampuan di bidang lain yang patut diperhitungkan. Kekuatan seseorang juga bukan standar kami, bahkan banyak departemen kita yang fokus untuk untuk melakukan penelitian. Seperti Departemen Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kami. Persyaratan yang lainnya adalah kejujuran dan tidak bergabung karena ada niat jahat, dan kau sudah membuktikannya tadi saat menjawab pertanyaanku sambil memegang bola kristal ini"

"Jika merasa belum cukup kuat atau pintar, kau juga dapat belajar di Akademi Adventurer kami. Kami selalu menerima anggota yang ingin belajar, baik secara rutin maupun hanya sekali waktu saja tergantung waktu dan budget yang mereka punya. Kami juga menyediakan paket pelajaran tertentu, misalnya kau ingin belajar menggunakan pedang, maka kau hanya akan mendapatkan latihan pedang, selain itu kau juga bisa memilih siapa yang mengajarimu selama jadwalnya masih belum penuh".

Hmm, ternyata sistem yang ada di sini sudah berkembang sebaik ini walaupun teknologi mereka belum dapat dikatakan berkembang. Jack memikirkannya sambil mengelus janggutnya.

Setelah hening selama beberapa saat, Francis berkata dengan ekspresi serius "Ada beberapa hal yang harus kau perhatikan sebagai seorang Adventurer"

ตอนถัดไป