webnovel

Perpustakaan Alexandrium

Gedung megah berbentuk persegi panjang dengan jendela kaca buram warna-warni memenuhi dinding luar bangunan itu. Seperti sebuah maha karya agung dengan gaya klasik yang eksotis. Lebarnya sekitar seratus meter dengan tiga lantai dan panjang tiga ratus meter.

Jack tersentak kagum, ia tidak menyangka dengan teknologi yang ada sekarang mereka dapat membangun gedung yang dapat disetarakan dengan keajaiban dunia itu, ia pun berdiri terpaku di sana selama beberapa menit.

Gila, berapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk membuat ini. Dan hal pertama yang ia pikirkan adalah uang. Maklum, ia datang dari dunia di mana segala sesuatu dapat dinilai dengan uang, ehem, hampir semua.

Saat tersadar, ia mengusap mukanya dan merapikan bajunya yang sudah robek di beberapa tempat itu. Ia pun berjalan menuju pintu masuk perpustakaan, berbeda dengan gedung Adventurer Guild, pintu masuk di sini dijaga dengan ketat. Ada empat pria kekar dan seorang pemuda yang sedang duduk di belakang meja, persis di sebelah pintu masuk sambil mengamati orang yang keluar masuk dari gedung tersebut.

"Maaf, anda tidak dapat membawa tas atau senjata ke dalam perpustakaan, silahkan masukkan barang bawaan ada di kotak penyimpanan ini, jangan lupa untuk mengunci dan membawa kuncinya. Anda dapat mengambilnya lagi saat anda akan keluar" Kata pria muda berbadan kurus yang memakai kacamata tebal di belakang meja, ia terlihat seperti orang yang terpelajar. Di sebelahnya terdapat lemari besar tinggi yang terbagi ke dalam pintu-pintu kecil seperti pintu loker yang biasa ia lihat di kolam renang atau pusat perbelanjaan di bumi. Di pintu itu terdapat kunci menggantung yang menandakan loker itu masih kosong.

"Ah, baiklah. Saya ingin tanya tentang..." sebelum sempat menyelesaikan pertanyaanku pria berkacamata tadi menyela dengan nada yang ketus, "Kalau ingin bertanya tentang buku di sebelah sana" sambil menunjuk ke meja panjang yang melengkung seperti busur di dalam perpustakaan itu.

Dingin sekali orang ini. Tombaknya sudah ia taruh di luar pintu masuk karena di sana terdapat tulisan tidak boleh membawa senjata besar masuk, dan di sebelahnya ada tempat untuk menaruh senjata. Aku tidak mungkin menaruh pisauku di sana kan, kalau tombak sih tidak masalah. Jack pun memilih loker yang dekat dengan penjaga itu agar lebih aman, ia menaruh bungkusan beserta kedua pisau di pinggangnya kemudian menguncinya. Ia berjalan menuruni tangga dan sadar kalau ruangan perpustakaan itu sebagian berada di bawah tanah.

Tinggi ruangan itu sekitar lima meter, dengan lantai batu yang ditata rapi untuk mencegah rayap masuk, serta jendela-jendela buram warna-warni membuat ruangan itu terlihat terang walaupun setengahnya berada di bawah permukaan tanah. Ia terkesima melihat rak setinggi empat meter memenuhi ruangan perpustakaan yang luas itu. Rak-rak tersebut penuh dengan buku, eh, lebih terlihat seperti kain karena bentuknya yang mengulung. Untuk meraih buku yang berada di rak paling atas kita harus menggunakan tangga khusus. Sayangnya hanya beberapa orang yang terlihat berada di ruangan sebesar itu, Selain tiga pustakawan yang ada meja resepsionis, Jack hanya melihat empat orang yang sedang berada di antara lautan rak buku itu, terlihat sedang memilih buku.

Di belakang meja seorang pustakawan yang rambut panjangnya sudah memutih sedang membaca gulungan kertas berwarna kuning kecokelatan. Jack pun menghampiri dan bertanya kepadanya.

"Maaf, apa saya harus mendaftar terlebih dahulu sebelum membaca buku di sini?" pria tua itu tidak bereaksi sedikitpun, Jack pun berdeham dan mengulangi pertanyaannya sekali lagi dengan suara yang lebih keras.

"Maaf, apa saya harus mendaftar terlebih dahulu sebelum membaca buku di sini?"

"Ohh, maaf anak muda, sepetinya aku terlalu fokus membaca buku ini, hehehe, silakan duduk" pria tua itu menunjuk ke sebuah kursi kayu bundar di sebelah Jack.

"Kau ingin jadi anggota? Ah, apa kau seorang Adventurer? Bajumu terlihat sobek, apa kau sedang terluka anak muda?" pria tua itu menghujani Jack dengan pertanyaan.

Sempat sedikit kaget, Jack sesaat menata pikirannya sebelum menjawab, "Aku tidak apa-apa kek, hanya luka ringan. Betul saya ingin menjadi anggota di sini, tadi saya sudah mendaftar menjadi Adventurer tapi baru akan diwawancara siang nanti, apa tidak apa-apa kek?"

"Tidak masalah, tidak masalah. Wawancara itu cuma formalitas saja, selama kau jujur dan tidak berencana jahat pasti kau akan lolos. Kalau begitu aku akan menulis namamu dulu, saat kau sudah memiliki lencana Adventurer kau hanya perlu menunjukkannya padaku saat masuk ke sini" pria tua itu mengambil sebuah buku, pena dan botol tinta, saat akan menulis ia melihat ke arah Jack lagi.

"Oh iya, aku lupa menanyakan namamu anak muda, siapa nama lengkapmu?"

"Jack, Jack Walker"

"Baiklah" setelah selesai menulis ia berkata kepada Jack, "Perpustakaan ini dibagi menjadi tiga bagian, bagian depan dibuka untuk umum, sedangkan bagian tengah perlu lencana Adventurer untuk memasukinya, untuk masuk ke bagian belakang kau memerlukan izin khusus dari Guild" pria tua itu menjelaskan sambil menunjuk dengan jarinya.

"Lantai dua adalah ruang baca, ah, jangan lupa untuk mencuci tanganmu sebelum menyentuh buku anak muda. Di sana kau bisa memesan berbagai macam minuman seperti kopi, teh, jus buah, dll. Tapi hati-hati, jangan sampai minumanmu mengotori buku yang sedang kaubaca. Kau juga bisa membeli ataupun memesan buku di sana, harga per bukunya berkisar antara 3 sampai 8 koin perak, tergantung dari kertas yang dipakai dan banyaknya isi buku tersebut. Tentu saja memakai perkamen akan jauh lebih mahal daripada kertas bambu. Buku seharga 8 koin perak adalah buku yang sudah dijilid dengan tali, bentuknya bagus, rapi dan lebih mudah untuk di bawa ke mana-mana. Bagaimana? Sangat murah kan?" pak tua itu tersenyum kepada Jack setelah mengatakannya.

Gila, mahal sekali buku di dunia ini!... Bisa dimaklumi sih, karena kertas yang digunakan di dunia ini masih dibuat secara manual, mereka membutuhkan banyak tenaga dan waktu untuk membuatnya. Selain itu mereka juga harus menyalin buku tersebut secara manual menggunakan tangan.

"Lantai teratas adalah tempat seminar dan pertemuan, minimal sekali setiap bulan para peneliti dari Departemen Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Adventurer Guild akan memaparkan hasil penelitian serta buku baru yang mereka tulis di sana, datanglah sesekali anak muda. Mereka juga membahas dan mengkajinya di sana, bahkan kadang sampai larut malam. Para peserta seminar itu akan diberi kesempatan untuk bertanya atau menyampaikan pendapatnya"

Setelah berhenti beberapa saat pak tua itu melanjutkan, "Buku apa yang ingin kau baca anak muda?"

Setelah berpikir sejenak, Jack menjawabnya dengan sebuah pertanyaan"Apa ada buku yang membahas tentang mana?"

Pak tua itu tertawa saat mendengarnya, "Hahaha, Perpustakaan Alexandrium adalah perpustakaan yang paling lengkap di benua Palonia. Semua buku dan gulungan tentang mana dapat kau temukan di ruang tengah di rak T-21, kau akan menemukannya rak paling atas. Ah, ada yang lupa kusampaikan. Kau hanya boleh membawa dua buku ke lantai dua untuk di baca di sana, dan jangan lupa untuk mencuci tanganmu dulu sebelum memegang buku itu".

Jack terkesan ketika mendengar bahwa pria tua itu tahu letak buku yang dicarinya, padahal ada ratus ribuan bahkan mungkin jutaan buku di sana.

"Oke, terima kasih kek" Jack membungkuk untuk memberi hormat pada kakek itu sebelum berbalik dan berjalan ke tempat cuci tangan yang menempel di dinding.

Baru berjalan tiga langkah kakek tua itu memanggilnya, "Anak muda. Ah, Jack. Ada yang terlupa lagi". Jack pun berbalik dan kembali ke depan meja resepsionis itu.

"Iya kek"

"Kau harus membayar biaya pendaftaran dulu, hahaha. Beginilah kalau umurmu sudah tua anak muda. Dua koin perak" kakek tua itu berkata sambil mengulurkan tangannya.

Jack dengan enggan memberikan uang itu kepada kakek tersebut. "Kalau kau butuh sesuatu atau ingin bertanya datanglah ke sini, akan kujawab semampuku" Ia membuka laci kemudian memasukkan uang itu kedalamnya.

Saat Jack sedang berjalan mendekati tempat cuci tangan, ia menengok ke belakang beberapa kali, merasa pak tua itu akan memanggilnya lagi.

Saat berjalan menuju ke ruang tengah Jack tidak henti-hentinya merasa takjub. Rak-rak yang menjulang tinggi berisi gulungan buku-buku dengan kertas kuning kecokelatan yang tersusun rapi di dalamnya. Sungguh pemandangan yang sangat luar biasa.

Sebagian besar buku yang ada di rak itu adalah gulungan kertas bambu, hanya beberapa yang terbuat dari perkamen dan lebih sedikit lagi buku yang dijilid dengan tali. Kondisi ruangan ini juga didesain agar selalu kering tapi tidak terlalu panas, selain itu kelembaban udara juga selalu dijaga. Sirkulasi udara di ruangan itu sangat baik, sampai Jack merasakan semilir angin yang bergerak di antara rak-rak tersebut saat berjalan melewatinya.

Sesampainya di rak T-21 Jack mengambil tangga yang berada di rak sebelah dan menggunakannya untuk mencari buku di rak paling atas. Saat sudah naik ke atas ia kebingungan melihat ratusan buku berbentuk gulungan kertas. Bagaimana aku memilihnya kalau gulungan ini tidak ada judulnya? Ia pun mencoba mencari buku yang sudah dijilid di rak tersebut. Ternyata ia hanya menemukan dua buah buku di rak sepanjang lima meter itu, Jack menggelengkan kepala saat mengetahuinya. Buku itu cukup besar dan tebal, sampul depannya berwarna cokelat kekuningan dan terbuat dari kulit yang diikat dengan tali.

Dua buku itu berjudul, 'Teori Mana' dan 'Tutorial Penggunaan Mana Yang Baik dan Benar'. Mulut Jack berkedut saat membaca judul buku itu.

Buku ini pasti buku terbaik yang ada di sini, kalau tidak penulisnya orang kaya. Untuk membuat buku ini saya butuh 8 koin perak, ckckck. Sangat disayangkan. "Hmmm" Jack tiba-tiba mendapat sebuah ide cemerlang. Kenapa aku tidak membuat kertas saja, dengan beberapa percobaan aku yakin bisa membuat kertas yang lebih baik dari ini, akan kucoba nanti kalau aku punya waktu, hehehe. Selain kertas banyak hal yang belum ditemukan di dunia ini, seperti mesin uap, pena, lampu, listrik, bahkan permainan seperti catur dan permainan kartu juga boleh. Dengan begitu aku tidak perlu khawatir lagi dengan masalah keuanganku. Meskipun aku tidak memiliki cukup pengetahuan untuk membuat sebuah mesin uap dan bola lampu, setidaknya aku punya gambaran bagaimana cara benda-benda itu bekerja. Hmmm, aku perlu mencari orang yang dapat kupercaya untuk menjadi rekan bisnisku, lebih baik kalau dia orang yang pintar. Aku akan bertanya kepada pak tua itu cara agar bisa menjadi anggota Departemen Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Adventurer Guild.

Sambil melamun ia pun membawa kedua buku itu ke lantai dua agar bisa membacanya dengan tenang.

ตอนถัดไป