webnovel

Dipecat

Tristan dan Christian berdiri di taman belakang rumah. Izham, sang ayah menyuruh mereka untuk berbicara masalah mereka berdua. Izham sebenarnya merasa penasaran kenapa tiba-tiba Christian ingin tinggal di rumah Tristan, tetapi Izham bukanlah orang tua yang suka mencampuri urusan pribadi anak-anaknya. Izham yakin ada sesuatu yang terjadi diluar pemantauannya.

Tristan mengajak Christian bicara berdua di taman belakang. Selama sepuluh menit lebih mereka hanya saling berdiam. Sampai akhirnya Tristan membuka suara lebih dulu.

"Apa sebenarnya maksud Kakak? Sejak kapan Kakak jadi suka mencampuri urusanku?"

"Aku tidak mau kamu membuat kesalahan. Menyekap seseorang di rumahmu adalah tindakan ilegal. Mengenai kenapa aku ikut campur karena … dia Haruna. Jika wanita yang kau sekap bukan Haruna, aku mungkin tidak peduli. Aku menyukai Haruna karena itulah aku ikut campur," ucap Christian secara terang-terangan. 

Deg!

Seperti ada jarum yang menusuk hati Tristan. Entah kenapa Tristan merasa seperti itu. Jelas-jelas ia mengganggu Haruna karena ingin membalas dendam, tetapi kenapa mendengar ada yang menyukai Haruna hati Tristan merasa tidak rela.

"Aku tidak peduli walaupun Kakak menyukai Haruna. Dia akan tetap tinggal di rumahku dan Kakak … aku tidak mengizinkan Kakak tinggal bersamaku. Jangan sampai aku membuat Kakak menyesal," ancam Tristan. 

"Kau sedang mengancam kakakmu?" tanya Christian tersenyum. 

"Terserah apa tanggapan Kakak. Yang jelas, aku akan membuat Kakak menyesal jika tetap meminta izin pada Papa untuk pindah ke rumahku!" Tristan berlalu pergi setelah menegaskan ucapannya.

Christian menatap punggung Tristan yang menjauh. Ia sangat tahu seperti apa sifat Tristan. Jika dia sudah mengatakan sesuatu, maka dia akan melakukannya. Demi keamanan Haruna, Christian pun mengurungkan niatnya untuk tinggal di rumah Tristan. Christian akan mencoba cara lain untuk membantu membebaskan Haruna. 

Di balik jendela kamarnya, Izham melihat wajah kedua putranya yang bersitegang. Izham menatap wajah Tristan saat pergi meninggalkan Christian.

"Lan!" ucap Izham pada asisten pribadinya.

"Ya, Tuan besar."

"Kirim seseorang untuk menyelidiki apa yang membuat Tristan dan Christian seperti itu! Laporkan secara menyeluruh padaku. Aku sangat penasaran. Chris yang biasanya selalu diam dan penurut, hari ini meminta sesuatu yang aneh. Dulu saat aku menyuruhnya tinggal bersama Tristan, dia menolak. Sekarang dia sendiri yang ingin tinggal di rumah Tristan."

"Akan saya kirim seseorang untuk mengawasi Tuan muda Tristan. Saya permisi, Tuan." Herlan keluar dari kamar Izham dan menelepon seseorang untuk mengawasi Tristan. 

***

Haruna tiba di depan rumahnya. Ia segera turun dan berlari masuk ke dalam rumah. 

"Ma, Pa, Kia, Vivi. Dimana mereka?" Haruna masuk ke ruang tamu dan ruang keluarga, tetapi mereka tidak ada. Haruna berlari ke ruang makan dan ternyata mereka sedang duduk melamun di ruang makan. Mereka hanya menatap  makanan di meja tanpa menyentuhnya. Saat Haruna memanggil mereka, mereka terkejut dan segera berlari memeluk Haruna.

"Mama, Papa, Vivi, Kia."

"Haruna!" Kamal dan Anggi menyahut bersamaan.

"Kakak," ucap Vivi.

"Mama!" Kiara memeluk Haruna dengan erat begitupun Kamal dan Anggi. Sementara Vivi menangis berdiri di belakang Kamal dan Anggi. Haruna menatap Vivi yang berdiri di belakang kedua orang tuanya. Ia pun melambai memanggil Vivi agar mendekat dan mereka berempat memeluk Haruna bersamaan. Mereka berpelukan erat seolah Haruna telah pergi bertahun-tahun lamanya. Mereka melepaskan pelukannya dan mengajak Haruna duduk.

"Kamu baik-baik saja kan, sayang?" tanya Anggi. 

"Haruna baik-baik saja. Tristan hanya menyuruh Haruna memasak untuknya. Haruna juga masih diizinkan bekerja di bank. Jika Mama, Papa, Vivi atau Kia kangen, datang saja ke bank di jam istirahat. Sekarang Haruna harus kembali bekerja, kalian jangan bersedih lagi. Lanjutkan hidup dengan semangat agar kita segera bisa melunasi hutang dan terbebas dari Tristan," ucap Haruna. 

"Papa tenang kalau dia tidak berbuat macam-macam padamu. Papa akan bersemangat membuka kembali kedai kita dan mengumpulkan uang untuk membayar hutang kita."

"Vivi juga akan mencari pekerjaan dan menabung, Kak."

"Mama tidak bisa membantu kalian, hiks hiks." 

Anggi terisak mendengar ucapan mereka. Apalah daya, Anggi sudah tidak bisa mencari pekerjaan. Fisiknya yang lemah membuat dia hanya bisa melakukan kegiatan ringan saja di rumah. Haruna memeluk Anggi dan memberinya semangat. 

"Mama juga sangat membantu. Mama harus membantu Vivi dan Papa agar selalu sehat dengan makanan bergizi dan menyehatkan. Percayalah! Kita bisa melalui ini semua," ucap Haruna. Haruna pun pergi setelah kembali brrpelukan dengan keluarganya. Ia kembali ke tempat kerjanya dengan taksi yang sama. Haruna sengaja menyuruh taksi itu menunggunya agar ia tidak repot-repot mencari taksi lagi untuk kembali ke bank.

***

"Dimana Haruna?" tanya Tristan pada sekretarisnya, Aulia.

"Saya tidak tahu, Presdir. Saat makan siang tadi, Haruna tiba-tiba pergi menggunakan taksi."

"Ya, sudah. Kembali bekerja!"

"Saya permisi, Presdir." Aulia keluar dari ruangan Tristan. Ia semakin penasaran dengan Haruna. "Ada hubungan apa antara Haruna dan Presdir Tristan? Kenapa Presdir sepertinya marah mendengar Haruna tidak ada? Jangan-jangan … oh, tidak! Mereka benar-benar menjalin hubungan di luar sana. Apa mungkin?" Aulia menceracau sendiri sambil memandang lurus ke arah laptop. Aulia melihat Haruna selalu terlihat kesal saat melihat wajah Tristan karena itulah Aulia berpikir Haruna dan Tristan mungkin sedang bertengkar.

Tristan menatap layar laptop dan memperhatikan meja teller tempat Haruna bekerja masih kosong. Ia melirik jam dinding, waktu istirahat makan siang sudah berlalu. Sudah jam satu lewat lima belas menit dan Haruna masih belum datang. Setelah jam setengah dua siang, Haruna baru datang.

"Siapkan surat pemecatan untuk Haruna!" ucap Tristan dengan marah sambil memerintah pada Levi.

"Baik, Tuan muda." Levi pergi ke bagian HRD dan meminta mereka membuat surat pemecatan untuk Haruna.

"Pak Levi, bukankah sebelum memecat seorang karyawan harus ada surat SP dulu? Kami mana mungkin langsung memecat Haruna karena satu kali terlambat," ucap Nadya, Kepala HRD.

"Tuan muda hanya memberi dua pilihan, memecat Haruna atau memecat Anda Mbak Nadya," jawab Levi dengan senyum dingin.

Nadya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Nadya sudah lama mengenal Haruna karena hampir sepuluh tahun bekerja di bank itu sama seperti Haruna. Ada rasa tidak enak hati, tetapi ia juga harus tetap mempertahankan pekerjaannya. Sebagai seorang ibu tunggal, Nadya harus tetap bekerja demi menghidupi dirinya dan putranya. Dengan berat hati Nadya pun menyanggupi perintah Levi.

"Baik, Pak Levi, saya akan memecat Haruna."

Levi tersenyum dan menunduk sebentar lalu keluar dari ruangan Nadya. Nadya segera mengetik surat PHK. Nadya hanya berharap semoga saja Haruna mengerti dan memaklumi posisi Nadya saat ini. Meskipun Nadya ingin mempertahankan Haruna, tetapi kuasa tertinggi tetap ada pada pemilik bank.

Next chapter