webnovel

Be in Panic

Pagi itu Jungkook sedang menikmati sarapan paginya dengan Jimin dan baby Jungmin. Terlihat Jungmin sedang di suapi oleh sang Mommy dengan ocehan lucu yang terlontar dari mulut penuhnya.

"Mi mi mi.. Dek mu ain ma tak.. Kekeke.." Ucap nya dengan bahasa bayi yang kali ini mendapat tatapan bingung dari Jimin.

"Apa Jungmin? Mommy tidak mengerti sayang."

"Ada apa Jimin?" Jimin pun menoleh pada jungkook yang saat ini tengah menatap tanya padanya.

"Entahlah kookie, —jimin pun beralih kembali menatap pada putranya yang juga menatapnya— Jungmin sayang, bilang pada Daddy, Jungmin tadi berkata apa hum?" Ucap Jimin lembut sambil mengusap pipi gembil Jungmin sayang. Jungmin pun menoleh pada Daddy nya yang menatapnya dengan senyuman.

"Jungmin sayang katakan pada Daddy tadi Jungmin bilang apa hum?" Jungmin yang mengerti ucapan sang Daddy dan Mommy nya kini menoleh ke arah perut Jimin yang sudah sangat besar.

"Cu di, dek iyang mu ain ma tak.. Di.." Ucapnya masih menatap perut Mommy nya dan jungmin bergerak mendekat pada Jimin dengan tangannya terulur ke arah perutnya.

"Eh Jungmin mau apa sayang?"

"Baby, coba kau dekatkan Jungmin pada perutmu. Mungkin dia mau menyapa adiknya." Ucap jungkook.

Jimin yang mulai mengerti menyeret kursinya maju agar ia bisa duduk lebih dekat pada Jungmin dan benar saja setelah perutnya berada di dekat Jungmin, bocah kecil itu langsung memeluk perutnya dengan erat.

"Yeayy.. Dek eyuk tak. Dek au ain ma tak min?" Ucap Jungmin dengan antusias dan itu menjadi pemandangan yang menggemaskan untuk Jimin dan Jungkook.

Setelah sarapan selesai, jungkook mendekati jimin yang berada di sofa dengan jungmin yang masih memeluk perut buncitnya.

"Baby, aku berangkat sekarang. Aku sudah menghubungi Eomma agar menemanimu. Aku tak tenang jika meninggalkanmu sendirian." Ucap jungkook sambil mengusap pipi jimin yang semakin berisi sejak kehamilannya.

Jimin pun tersenyum. Ia sangat bahagia mendapat perhatian lebih dari suaminya, Lantas jimin pun menganggukkan kepalanya guna meyakinkan suaminya yang tampak khawatir, "Ne kookie, jangan khawatir. Aku dan Jungmin akan baik-baik saja."

"Hah... Baiklah sayang, kalau begitu aku berang dulu." Jungkook pun mengecup kening jimin. Kemudian beralih pada putra tampannya yang saat ini tengah asik memeluk perut buncit Mommy nya.

"Jung-min sayang, jaga Mommy ne. Daddy pergi ke kantor dulu ne." Jungkook pun mencium puncak kepala Jung-min

"Hati-hati di rumah sayang, sebentar lagi eomma datang."

"Ne kau juga hati-hati." Setelah itu jungkook pun berangkat ke kantornya. Sedang jimin saat ini masih duduk di sofa dengan Jung-min yang masih tak beralih dari memeluk perut mommy nya.

"Jungmin-ah, kenapa hum? Tidak ingin sesuatu?"

"Em,.. Min itak cu mi!!" Ucap Jung-min yang seperti nya merasa haus.

"Susu? Baiklah Mommy buatkan dulu ne?" Jimin pun akan beranjak dari duduknya namun Jung-min menggelengkan kepalanya membuat jimin mengerutkan kening bingung.

"Eung.. Ndak auuu.. Min auuu cu miii."

"Iya Moomy mau buatkan jungmin susu." Jung-min kembali menggeleng.

"Min auuu cu tuu!!" Ucap jungmin lagi sambil menunjuk ke arah dada jimin.

"Eh? Jungmin sudah besar sayang..." Jungmin pun semakin merengek dan tetap menunjuk ke arah dada jimin. Dan akhirnya jimin menghela nafas kemudian menggendong jungmin membawanya masuk ke dalam kamarnya.

"Baiklah.. Baiklah.. Sekarang jungmin tidak boleh menangis lagi ne." Ucap jimin dengan tersenyum menatap jungmin yang kini bersorak karena Mommy nya menuruti permintaannya.

Setelah sampai kamar jimin menidurkan jungmin di atas ranjangnya di ikuti dengannya yang ikut merebahkan tubuh nya di samping jungmin.

"Miiii... Aiyooo miii.. min I..ntak ucuuu..!!!"

"Iya sayang sebentar ne." Jimin tersenyum melihat jungmin yang tak sabaran. Setelah berada di posisinya jimin pun membuka tiga kancing kemejanya. Kemudian jungmin memekik senang dan bergerak mencari yang ia inginkan setelah sang Mommy memiringkan tubuh nya ke arahnya.

𝙂𝙮𝙪𝙩

"Akh!.. Jungmin pelan-pelan sayang. Jangan di gigit." Protes jimin saat merasakan gigi jungmin mengenai putingnya saking senangnya. Jungmin pun menikmati acara menyusunya pada jimin. Menikmati setiap tetes asi yang keluar dari dada Mommy nya meski tak selancar dulu karena hamil. Jimin tersenyum melihat jungmin yang mulai terlelap sambil salah satu tangan mungil jungmin berada di puting satunya yang bebas dan kaki kecil itu melingkari perut buncit nya dan hanya sampai sebatas pinggangnya.

Setelah di rasa jungmin benar-benar terlelap dimana posisi putranya yang sudah berubah telentang, jungmin pun perlahan turun dari ranjang putranya. Kemudian berlalu ke arah dapur setelah menutup pintu kamar jungmin.

"Sebaiknya aku melanjutkan pekerjaan rumah yang tertunda." Jimin pun melangkah ke arah dapur kemudian jimin melanjutkan pekerjaannya mencuci piring.

Setelah selesai mencuci piring, jimin beranjak ke arah kamar mandi di dekat dapur dimana ia akan mencuci baju dengan mesin cuci yang ada di sana. Oh ya, kalian pasti bertanya kenapa di apartemen itu tak ada maid? Tentu saja ini keinginan jimin sendiri. Dia ingin semuanya di lakukan sendiri dari memasak, mencuci piring, mencuci baju hingga membersihkan seluruh ruangan apartemen itu jimin sendiri yang melakukannya. Meski jungkook sering membujuknya dengan alasan kelelahan selalu saja jimin memberi jawaban yang sama '𝘒𝘰𝘰𝘬𝘪𝘦~ 𝘬𝘢𝘶 𝘭𝘶𝘱𝘢? 𝘈𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶 𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘢𝘨𝘢 𝘬𝘶 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪, 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘦𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯.' Berakhirlah dengan sang suaminya yang menghela nafas dan hanya bisa meng-iya kan saja.

"Aish.. Kenapa banyak sekali baju jungmin di sini? Apa aku lupa mencucinya kemarin?" Jimin pun menaikkan bahunya acuh kemudian melanjutkan mengambil baju-baju kotor yang ada di keranjang ke dalam mesin cuci dengan sedikit kesusahan karena besar perutnya saat ini. Namun saat jimin akan mengambil baju yang ada di paling bawah di dalam keranjang itu, tiba-tiba saja ia merasakan sakit pada perutnya.

"Akh.. Sshh.. K-kenapa sakit sekali? Sshh..." Jimin meringis kesakitan sambil meremas kemeja yang menutupi perutnya dengan sangat erat.

"Aw.. Akhh.. I-ini sangat s-sakit.. Hiks.. K-kookie.. Hiks akh.. Hiks.." Jimin mencoba berjalan keluar dari sana dan menuju ke kamarnya untuk mengambil ponsel miliknya guna menghubungi jungkook. Dengan tertatih jimin mencoba terus berjalan namun, saat akan sampai, seketika kakinya terasa lemas hingga kini jimin hanya bisa duduk bersandar dengan mencengkeram  kemejanya sambil merasakan rasa sakit pada perutnya akibat kontraksi pasca melahirkan.

"K-kookie.. Hiks.. Sshh.. S-sakit.. Hiks.. Akh..."

***

Di sisi lain, Seokjin saat ini sudah berada di dalam lift yang menuju ke lantai di mana apartemen putra dan menantunya berada. Ia sedikit terlambat karena tadi terhalang oleh macet karena ada sebuah kecelakaan yang tengah terjadi di jalan raya.

"Aish.. Terlambat 10 menit. Semoga tidak terjadi apa-apa pada jimin karena entah kenapa perasaanku tidak enak saat ini." Monolognya.

Kini Seokjin sudah berada di depan pintu apartemen putranya kemudian ia segera menekan tombol angka pada password pintu itu. Tentu saja ia mengetahuinya karena ia sangat sering datang ke apartemen itu guna menemani jimin menantu manisnya dengan cucu kesayangannya.

𝙋𝙞𝙥.. 𝙋𝙞𝙥.. 𝙋𝙞𝙥..

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

"Jimin Eomma datang!!" Pekik Seokjin saat memasuki apartemen itu. Kemudian ia di buat heran saat Seokjin sudah berada di dalam karena tampak sangat sunyi.

"Jimin? Jungmin? Kalian dimana sayang?" Hening tak ada jawaban.

"Kemana mereka?" Seokjin mengerutkan keningnya. Kemudian ia beranjak ke arah dapur.

"Jimin? Sayang? Apa kau-ASTAGA JIMIN!!" Seokjin berlari mendekat ke arah jimin yang sedang duduk bersandar di dekat pintu dapur sambil menangis dan meringis kesakitan. Dengan tangan yang memegang perut dan meremas kemejanya dengan kuat. Jangan lupakan di sekitarnya telah menggenang cairan bening ketuban yang sudah keluar dari selangkangannya.

"E-eomma s-sakit.. Sshh.."

"Iya sayang sebentar Eomma akan menghubungi ambulan dan juga suami mu ne." Ucap Seokjin yang kini panik dan sebentar mengusap kening jimin yang basah akibat keringatnya.

Seokjin pun mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya guna menghubungi ambulance dan juga putranya.

Setelah menghubungi ambulance, Seokjin pun segera menghubungi putranya.

"Ayo.. Cepat angkat jungkook." Ujarnya dengan panik sambil menggenggam tangan jimin dengan erat.

"𝘠𝘦𝘰𝘣𝘰𝘴𝘦𝘰.."

"Jungkook!"

"𝘕𝘦 𝘦𝘰𝘮𝘮𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘱𝘢?"

"Kook jimin kontraksi, ia akan melahirkan! Cepat kau pulang!"

"𝘈𝘱𝘢?! 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘌𝘰𝘮𝘮𝘢?!" Ucap jungkook yang terdengar terkejut dan khawatir.

"Iya. Tapi, kalau anakmu sudah ingin keluar mau bagaimana lagi! Cepat pulang!"

"𝘐-𝘪𝘺𝘢 𝘌𝘰𝘮𝘮𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨!"

𝙏𝙪𝙩

Sambungan pun dimatikan oleh jungkook. Kemudian Seokjin pun kembali menoleh ke arah jimin.

"Sebentar ya sayang, tahan ne.. 5 menit lagi ambulance datang. Apa jungmin tidur sayang?"

"N-ne.. shh.. D-dia akh.. tidur E-eomma."

Seokjin pun mulai menitikkan air matanya saat melihat menantu kesayangannya kesakitan dan sesekali menghapus keringat yang mengalir dari kening menantu nya.

Ambulance akhirnya datang. Jimin pun segera di angkat ke atas tandu oleh beberapa perawat dan secepat mungkin untuk segera di bawa ke rumah sakit untuk segera mendapat penanganan mengingat air ketuban telah keluar. Sedangkan Seokjin kini ikut ke dalam mobil ambulan bersama Jungmin yang ia bangunkan untuk menemani jimin ke rumah sakit dan ia pun sudah menghubungi jungkook untuk segera ke rumah sakit saja.

Di dalam mobil ambulance, jungmin menangis saat melihat Mommy nya tampak kesakitan.

"Huweeee.. Miii.. Angan angiss miii.. Hiks.. Dik atal yaa... Huwee.." Jimin tersenyum meski ia akan kembali meringis karena rasa sakitnya semakin terasa dan tangannya pun terulur untuk mengusap air mata jungmin yang mengalir.

"Ssssttt.. T-tidak sayang.. Shh.. A-adik jungmin tidak nakal kok s-sayang. A-adik jungmin.. S-sudah ingin k-keluar dan bermain d-dengan jungmin oppa." Ucap jimin sambil meringis kesakitan.

"Huweee miii.. Emoniii.. Huwee.. Dik atal..."

"Tidak sayang, Mommy sudah bilang kan kalau adik bukannya nakal tapi, adik sudah ingin keluar dan bertemu jungmin oppa." Ucap Seokjin menenangkan cucunya.

"Cinca?"

"Ne sayang."

𝙏𝘽𝘾

ตอนถัดไป