webnovel

Dilemma

.

.

.

Pria berkulit tan dengan senyum kotak khasnya saat ini tengah berjalan ke arah ruangan CEO di perusahaan SG Group.

Dengan wajah datarnya ia terus berjalan melewati para karyawan perusahaan itu meski banyak yang menyapanya namun pria itu tak menghiraukan sama sekali.

Setelah sampai di depan sebuah pintu yang bertuliskan 'CEO', tanpa mengetuk pintu pria itu masuk dan menemukan seseorang yang ingin ia temui yang saat ini sedang sibuk memeriksa berkas di depannya.

"Nona choi, berkasnya belum selesai. Kembali lagi nanti." Pria yang akan di temui pria berkulit tan adalah seung gi. Namun seung gi sepertinya belum menyadari bahwa yang datang ke ruangannya bukanlah sekertaris nya.

"Seung gi."

Sebuah suara berat menyapa gendang telinga sung gi yang masih memeriksa berkas-berkas itu seketika seung gi mendongakkan kepalanya menatap ke depan.

"Taehyung? Kau ke sini? duduk lah" Ucap seung gi yang kini berdiri dan melangkah ke arah sofa di ruangannya dan mempersilahkan taehyung untuk duduk bersamanya.

"Bagaimana jimin?" Ucap taehyung langsung ke intinya.

"Eoh? M-maaf tae, sepertinya rencana pernikahan kalian akan batal. Karena kakek menjodohkan jimin dengan putra dari sahabatnya." Seung gi merasa tak enak hati pada taehyung karena tidak bisa mempertahankan kesepakatan yang ia buat dengan taehyung. Memang pernikahan taehyung dan jimin di rencanakan bukan karena bisnis perusahaan melainkan untuk menjauhkan jimin dari jungkook dulu. Namun semuanya berantakan karena jimin telah menerima jungkook juga sebaliknya.

Dan sekarang muncul lagi masalah baru, tuan Lee menentang akan hubungan jimin dengan jungkook dan jimin sekarang akan di nikahkan dengan pria lain. Seung gi benar-benar pusing menghadapi masalah sepupu manisnya itu.

"Tidak bisa seperti itu seung gi-ah.. Apa kau tak tahu aku sudah terlanjur mencintainya. Aku terima atas keputusanmu itu."

"Aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa tae, mengerti lah.." Taehyung mulai tersulut emosi akibat ucapan seung gi. Taehyung dengan cepat meraih kerah kemeja seung gi.

"Kau benar-benar brengsek! Aku tak percaya kau semudah itu memutuskannya dan tak mau mengerti perasaan ku! Dengar ini seung gi! Aku tak akan tinggal diam, aku akan mengambil jimin dari kalian." Taehyung melepaskan seung gi dan mendorongnya sampai seung gi terjatuh ke sofa itu dan segera berbalik melangkah kearah pintu.

"KU PERINGATKAN KAU! JANGAN PERNAH KAU MENYENTUH JIMIN, KIM TAEHYUNG!!!" Namun taehyung tak menghiraukan teriakan dari seung gi dan pergi begitu saja meninggalkan gedung perusahaan itu.

Taehyung pun sudah berada di dalam mobil. Dia terlihat tak baik-baik saja. Taehyung terlihat menahan amarahnya, rahangnya mengeras tatapannya menajam dan tangannya pun terkepal erat.

"Brengsek!" Taehyung memukul setir kemudi dengan keras melampiaskan emosinya.

"Aku akan mengambil jimin dari kalian, lihat saja nanti!" Taehyung pun menjalankan mobilnya pergi dari tempat parkir perusahaan milik seung gi dan mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Hai, bisa kah kita bertemu?"

"....."

"Tidak, hanya rindu padamu. Apa boleh?"

"....."

"Ne.. Ne.. Kita akan bertemu di restoran xxxxx pukul 3 sore."

"....."

"Aku harap kau datang."

"....."

Seseorang di sana memutuskan sambungan itu. Taehyung pun menyeringai .

"Lihat saja aku akan dengan mudah membawanya pergi dari mereka."

.

.

.

Di dalam kamar bernunsa biru langit dan putih itu jimin duduk di pinggir ranjang sedang menyusui putra kecilnya jungmin sambil bibirnya bersenandung untuk membantu putranya lekas terlelap.

Jimin mengusap kepala jungmin dengan lembut menyalurkan rasa kasih sayangnya.

"Jungmin, apa kau juga merindukan papa? Mommy sangat merindukannya.." Lirih jimin pada putranya yang kini telah masuk ke alam mimpi.

Setelah dirasa jungmin sudah benar-benar nyenyak tertidur jimin melepas mulut jungmin dari putingnya. Setelahnya jimin mengecup kening putranya dan menidurkan putranya ke dalam box bayi. Setelah jimin merapikan pakaian yang ia kenakan setelah menyusui jungmin tadi, jimin pun melangkah ke arah pintu kamarnya. Namun saat akan membuka pintu ponsel jimin berbunyi dan jimin pun melihat nama penelepon itu pada layar ponselnya. Jimin tersenyum senang setelah mengetahui siapa yang menghubunginya.

"Yeoboseo.."

"𝘚𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘣𝘢𝘳𝘮𝘶?"

"Aku baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana kabarmu kookie?"

"𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯.." Terdengar suara jungkook tak bersemangat. Jimin pun mengernyit khawatir.

"Ada apa kookie? Kau sakit?"

"𝘔𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯? 𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶. 𝘈𝘱𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶?"

"Aku akan coba untuk keluar. Kita akan bertemu pukul 3 sore nanti. aku akan datang ke apartementmu."

"𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶."

"Ne.. Sampai jumpa kookie."

Jimin pun mengakhiri sambungan telponnya dan meletakkan ponselnya ke atas nakas. Namun saat akan melangkah, ponsel jimin berbunyi lagi.

"Aishh.. Siapa lagi yang menelepon?" Gerutu jimin. Namun saat ia melihat nama di layar ponselnya jimin mengernyit bingung.

"Eoh? Taehyung-hyung?" Tanpa pikir panjang jimin pun mengangkat telepon nya.

"Yeoboseo..."

"𝘏𝘢𝘪, 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶?"

"Bertemu? Untuk apa hyung?"

"𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶. 𝘈𝘱𝘢 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩?"

"Eoh? Entahlah hyung karena aku juga akan bertemu dengan kookie nanti."

"𝘕𝘦.. 𝘕𝘦.. 𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘥𝘪 𝘳𝘦𝘴𝘵𝘰𝘳𝘢𝘯 𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹 𝘱𝘶𝘬𝘶𝘭 3 𝘴𝘰𝘳𝘦."

"Eh hyung, aku..."

"𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨."

"Aish.. Terserah."

Jimin pun mengakhiri sambungan itu. Jimin bingung dengan taehyung kenapa pria itu memaksa sekali? Padahal jimin hari ini ingin bertemu dengan jungkook.

Jimin bingung karena dalam waktu bersamaan ia tak mungkin berada di dua tempat berbeda. Jimin pun menghela nafasnya kasar.

Jimin pun kembali meraih ponselnya dan meng'𝘬𝘭𝘪𝘬' icon pesan pada ponselnya.

/𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨, 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘢𝘧 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘱𝘶𝘬𝘶𝘭 3 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 . 𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘱𝘶𝘬𝘶𝘭 6 𝘴𝘢𝘫𝘢./

𝙎𝙚𝙣𝙙

Setelah mengirim pesan itu jimin pun bergegas bersiap karena saat ini sudah pukul 02.38pm.

"Aish.. Kenapa aku tak sadar kalau sudah jam segini."

Kini jimin mulai melangkah ke arah dapur mencari lee ahjuma yang biasanya jimin memintainya tolong untuk menjaga jungmin.

"Ahjuma, aku titip jungmin ne, Aku akan keluar rumah sebentar ke perusahaan seung gi hyung.."

"Ne tuan muda tenang saja." Ucap lee ahjuma dengan tersenyum.

"Terima kasih ahjuma.." Jimin pun bergegas pergi dari mansion keluarga Lee. Jimin segera naik ke dalam taksi yang telah ia pesan dan menunjukan alamat yang ia tuju kepada sopir taksi itu. Taksi itu pun segera beranjak meninggalkan mansion keluarga Lee menuju ke tempat tujuan.

Tak berapa lama Jimin sampai ke apartemen jungkook. Setelah jimin turun dan membayar taksinya ia bergegas masuk ke dalam apartemen jungkook.

Setibanya jimin di depan pintu apartemen jungkook.jimin menekan password pintu apartemen jungkook. Setelah membuka pintu jimin bergegas masuk dan tak lupa kembali menutup pintu itu.

Jimin berlari ke arah kamar jungkook dan membuka pintu kamar itu. Saat jimin membuka pintu itu ia mendapati jungkook yang sedang mengotak atik laptopnya dan terlihat keadaan jungkook baik-baik saja.

"KOOKIIIIIIIIE!!!!"

"Eoh sayang kau sudah datang.." Jungkook dengan senyum manisnya menyambut jimin yang berdiri di depan pintu dengan geram.

"S-sayang kau kenapa?" Jungkook mendekati jimin dengan perasaan sedikit gugup karena melihat raut wajah jimin yang menatap geram padanya.

"Kau bilang kenapa huh.." Dengan cepat jimin menerjang jungkook, menarik rambut jungkook gemas dan memukul lengan jungkook bertubi-tubi sambil meracau kesetanan.

"Akhh.. Kookie!! Kau membuatku gila! Kau sekarang tanya kenapa? Kau membuat ku khawatir kookie!!!"

"Aw! Aw! Jimin! Sayang! Aw! Yak! Yak!"

"Kau.. Hiks.. Kau membuatku.. Hiks.. Khawatir.. Kookie.. Hiks..hiks.." Jimin akhirnya menangis karena rasa khawatirnya mengalahkan amarahnya dan jungkook segera membawa jimin ke dalam pelukannya.

"Sssttt.. Sayang maaf kalau aku membuatmu khawatir. Aku sangat merindukanmu bukan maksud ku membuatmu jadi seperti ini. Maafkan aku ya sayang.." Jungkook pun mengecup kepala jimin berkali-kali dan jimin pun mengangguk di depan dada jungkook. Jimin pun mengeratkan pelukannya pada jungkook entah mengapa hari ini jimin tidak ingin meninggalkan jungkook.

Setelah beberapa waktu jimin dan jungkook menghabiskan waktu berdua mereka jimin pun akhirnya pamit pada jungkook beralasan jungmin mencarinya.

"Kookie aku akan pulang dulu ne.. Mungkin jungmin mencariku."

"Ne baiklah. aku janji jimin, aku akan berusaha menyelesaikan masalah keluarga kita agar kita bisa bersama."

"Ne kookie semoga cepat semua ini terselesaikan. Aku pergi ne.." Jimin pun mengecup bibir jungkook dan memeluknya. Jungkook pun mengeratkan pelukannya setelah beberapa detik dengan tak rela jungkook melepaskan pelukannya.

"Aku pergi sekarang."

"Em, hati-hati sayang." Jimin pun mengangguk kemudian berjalan ke arah pintu apartemen jungkook namun saat jimin akan meraih kenop pintu tiba-tiba jungkook memeluknya dari belakang.

"Sayang jangan pergi. Perasaanku entah kenapa tak enak.."

"Kookie aku tak apa.. Tenang saja ne.." Jimin pun meyakinkan jungkook bahwa dia baik-baik saja.

" Hah.. Baiklah.. Jika sudah sampai kabari aku ne.." Jimin pun membalikkan tubuhnya dan mengusap pipi kiri jungkook lembut.

"Pasti sayang, baiklah aku pergi." Jimin pun akhirnya pergi meninggalkan jungkook yang menatap punggung sempit jimin sampai sosok kekasih mungilnya itu menghilang dari pandangannya.

Jungkook pun masuk ke dalam apartemennya dan menutup pintunya dan entah kenapa perasaan tak enak masih menyambangi hatinya.

"Tenang lah jungkook jimin akan baik-baik saja.. Yah, akan baik-baik saja."

.

.

.

Setelah 15 menit jimin pun sampai di cafe tempat yang di tunjukkan taehyung. Kini ia sedang menunggu kedatangan taehyung karena jimin tiba 5 menit lebih awal.

Namun setelah menunggu sampai 10 berlalu, taehyung belum terlihat batang hidungnya. Dan tak lama jimin mendapat telepon dari taehyung.

𝘿𝙧𝙧𝙧𝙩𝙩 𝘿𝙧𝙧𝙧𝙩𝙩𝙩

"Yoboseo.. Hyung kenapa belum datang?"

"Jimin, maaf aku tidak bisa datang karena tiba-tiba saja aku merasa tidak enak badan. Tapi, ada sesuatu yang harus ku bicarakan dengan mu. Apa kau bisa datang ke apartemenku?"

"Eh? Hyung sakit? Baiklah hyung berikan alamatmu aku akan datang ."

"Baiklah aku akan tutup teleponnya dan mengirim alamat ku padamu."

"Ne hyung."

Sambungan pun di akhiri oleh taehyung. Jimin pun pergi keluar dari cafe itu dan menunggu sebuah taksi untuk mengantarnya.

𝙏𝙞𝙣𝙜

Sebuah pesan akhirnya masuk ke ponselnya.

/𝘨𝘢𝘯𝘨𝘯𝘢𝘮 𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹 𝘯𝘰 46. 𝘊𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨/

Setelah mendapat alamat itu jimin pun bergegas masuk ke dalam taksi yang ia hentikan dan menunjukkan alamat yang di tuju pada sopir taksi itu.

10 menit jimin pun sampai di apartemen taehyung dan jimin pun akhirnya turun dari taksi setelahnya jimin pun segera mencari keberadaan apartemen taehyung setelah betanya pada resepsionis.

Tak berapa lama jimin pun menemukannya jimin sampai pada pintu apartemen taehyung. Jimin pun mengetuk pintu itu dan jimin pun mendengar suara langkah kaki dari dalam sana dan tak berapa lama orang yang ada di dalam itu pun membuka pintunya.

"Jimin kau sudah datang rupanya, masuklah!" Taehyung pun senang bukan main akan keberadaan jimin di dalam apartemennya dan taehyung pun mempersilahkan masuk.

"Duduklah dulu, kau ingin minum sesuatu?" Taehyung pun menawarkan minuman pada jimin.

"Air putih saja hyung." Ucap jimin.

"Baiklah tunggu sebentar ya.." Taehyung pun pergi ke arah dapur dan memawa dua buah gelas di tangannya. Taehyung pun memberikan satu gelas yang berisi air putih pada jimin dan di gelas satunya yang ber isi kopi untuk dirinya sendiri.

"Terima kasih hyung." Ucap jimin yang selesai meminum air putihnya dan tersisa setengah.

"Hyung mau membicarakan apa?" Tambah jimin. Namun taehyung masih asik dengan minumannya tanpa menghiraukan jimin.

"Hyung kau.. Akhh.. Sshh.. Hyung kepala ku kenapa sakit sekali?" Ucap jimin sambil memegang kepalanya yang terasa sakit. Namun taehyung tak menghiraukannya dan malah menyeringai di saat ia meminum minumannya.

𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠

Dan tak berapa lama jimin pun akhirnya tak sadarkan diri di atas sofa ruang tamu apartemen taehyung.

"Ah... Akhirnya aku mendapatkan mu jimin." Ucap taehyung menyeringai sambil tangannya mengusap wajah cantik jimin.

.

.

.

𝙏𝙗𝙘

ตอนถัดไป