"K-kookie"
Sebuah suara terdengar seperti bisikan menyapa gendang telinga jungkook. Jungkook yang yang awalnya menunduk kini mendongak mencari asal suara. Ia pun menatap jimin dengan pandangan penuh tanya.
"Jimin? Kau kah itu? Apa kau yang memanggilku? Jimin?" Namun yang ia dengar hanya suara pendeteksi jantung di ruangan itu dan tak mendapati respon apapun dari jimin. Jungkook mengusap rambut jimin dengan lembut ia masih memikirkan tentang suara yang ia dengar beberapa menit yang lalu. Jungkook sangat yakin suara yang ia dengar adalah suara jimin.
"Jimin, cepatlah sadar." Jungkook menitikkan air matanya merasakan penyesalan yang kini menghantuinya.
.
.
.
Kini jungkook berada di apartemennya. Saat ini ia sedang tidur telentang di atas ranjang king size nya. Matanya menatap langit-langit kamarnya ingatan tentang jimin berputar di otaknya seakan jimin memang berada di dekatnya.
"Hah.. Aku merindukanmu." Jungkook menghela nafasnya lelah dan akhirnya ia menutup matanya.
"Kookie..." Sebuah suara yang mirip suara lembut jimin masuk ke telinganya namun ia mencoba mengabaikannya karena ia pasti salah dengar.
"Kookie~" Suara itu terdengar kembali dengan nada merajuk membuat jungkook yang masih memejamkan mata mengernyit heran karena ia mendengar kembali suara jimin.
"Kookie, kau mengabaikan ku?" Kini jungkook membuka matanya betapa terkejutnya dia saat melihat jimin berada di sampingnya dengan tersenyum lebar sampai mata sipitnya tenggelam menampilkan senyum khas bulan sabitnya.
"J-jimin?"
"Kenapa kau terkejut? Seperti melihat hantu saja. Sudah waktunya makan malam ayo ke meja makan." Jimin menarik lengan jungkook keluar dari kamar menuju meja makan. Di Sana telah tersaji beberapa hidangan yang sangat menggugah selera.
"Makanlah kookie, kau belum makan dari pagi kan. Makanya aku membuat banyak masakan untukmu." Jungkook masih tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini Jimin berada di depannya? Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Jimin apa ini benar kau? Maksudku, bukankah kau tadi pagi masih terbaring di ranjang rumah sakit bahkan kau belum sadar." Jimin yang mendengar ucapan jungkook mengulas senyum manis.
"Tapi, lihat lah sekarang aku di depanmu kookie. Sudah jangan pikirkan hal itu lagi sekarang makanlah dulu aku akan lihat bayi kita dulu."
"Eh, dia sini?"
"Iya kookie, sebentar aku akan membawanya ke sini sudah waktunya minum susu." Jimin pun beranjak dari ruang makan menuju kamarnya tak berapa lama jimin kembali membawa bayinya kembali ke ruang makan.
"Jungkook lihatlah dia tersenyum." Jimin yang tengah menggendong bayi itu tertawa melihat putranya yang sangat lucu saat tersenyum.
"Benarkah? Boleh aku menggendongnya?"
"Tentu saja kookie kau papanya tentu saja boleh. Benarkan sayang?" Ucap jimin pada jungkook yang kemudian beralih pada bayinya sambil mengecup pipi chubby putranya.
Jungkook pun mengambil alih putranya dari jimin dan kini bayi itu sudah berada di gendongan jungkook.
"Kookie, berikan nama untuknya aku ingin kau yang memberikan nama untuknya."
"Bolehkah?"
"Tentu saja." Ucap jimin yang kini tersenyum lembut kemudian mengecup lembut kening putranya.
"Bagaimana dengan jungmin? Nama itu ku ambil dari nama kita. Jung untuk jungkook dan min untuk jimin. Bagaimana baby?"
"Ne kookie, aku menyukainya." Ucap jimin yang terlihat sangat senang.
"Baiklah, kita tidurkan jungmin dulu." Jungkook membawa jungmin yang terlelap ke arah kamar jimin.
Jungkook menidurkan tubuh jungmin ke ranjang king size milik jimin dan tak lupa memberikan selimut agar tetap hangat. Setelah itu jungkook bangkit dari ranjang itu dan duduk di pinggir ranjang kemudian menarik tangan jimin dengan lembut membawa tubuh jimin duduk di atas pangkuannya dan meletakkan ke dua tangannya ke pinggang ramping jimin.
"Jimin, maafkan aku atas apa yang selama ini aku lakukan padamu. Karena aku sudah keterlaluan memperlakukanmu tak manusiawi. Dulu aku yang membencimu sekarang aku mulai mencintaimu Mungkin ini karma untuk ku karena perlakuan buruk ku selama ini padamu. Beri aku kesempatan untuk bisa bersamamu dan biarkan aku menebus semua penderitaan mu yang selama ini ku berikan. Aku berjanji akan membahagiakan mu dan juga jungmin."
"Aku sudah memaafkan mu kookie, jangan mengungkitnya lagi aku tak ingin mengingatnya."
"Ne jimin aku tak akan membahasnya lagi. Dan aku ada satu keinginan yang harus terwujud."
"Apa itu kookie? Katakan saja." Ucap jimin sambil menatap wajah jungkook.
"Aku ingin kita menikah. Menjalani kehidupan baru bersama mu dan jungmin." Ucap jungkook dengan senyum lebar membuat jimin terkekeh.
"Ne, kita pasti melakukannya." Ucapan jimin membuat jungkook mengangkat ke dua alisnya.
"Eh benarkah? Aku tak salah dengarkan?" Jimin menangkup ke dua sisi wajah jungkook.
"Ne kookie kau tak salah dengar tapi..... kita akan menikah setelah aku terbangun.." Jungkook mengernyit bingung.
"Apa maksudmu jimin?" Jimin hanya tersenyum dan meletakkan tangannya ke depan mata jungkook dan saat jungkook membuka matanya jimin sudah tidak ada di depannya. Jungkook menoleh ke sampingnya dimana jungmin yang terlelap di atas ranjang namun, yang ia lihat hanya ranjang kosong. Hanya bantal dan selimut yang masih tertata rapi.
Jungkook bangkit dari ranjang itu dan mencari keberadaan jimin dan jungmin namun tak menemukannya. Ia pun memanggil nama jimin namun tak kunjung mendapati sahutan dari jimin.
"Jimin? Jimin! Jangan bercanda kau dimana?" Jungkook pun mencari di seluruh ruangan apartemennya namun tak mendapati sosok jimin dimana pun.
"Jimin... Jimin...
"Jimin! Kau dimana? Jimin.. JIMIN!!!" Jungkook terbangun dengan nafas memburu dan keringat membasahi tubuhnya. Jungkook mengusap wajahnya kasar.
"Apa semuanya hanya mimpi? Tapi, terlihat sangat nyata." Jungkook terlihat sangat frustasi. Ia pun melihat jam yang ada di dinding kamarnya yang menunjukan pukul 05.00am.
"Aku harus datang ke rumah sakit. Semoga saja jimin sudah sadar." Ucap jungkook yang kini beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah 10 menit jungkook keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melilit pinggangnya kemudian jungkook berjalan ke arah lemari pakaiannya dan mengambil sebuah kemeja dan celana jeans.
Setelah ia siap, jungkook keluar dari apartemennya tak lupa membawa dompet dan kunci mobilnya.
Kini jungkook sudah berada di dalam mobil ia mulai menjalankan mobilnya ke arah rumah sakit dimana jimin di rawat.
Setelah sampai di rumah sakit, Jungkook memarkirkan mobilnya dan setelah itu ia segera turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam rumah sakit itu.
Saat jungkook sampai di ruang ICU jungkook mengernyit heran karena tak terlihat seung gi, jong suk dan taehyung di depan ruang ICU itu.
Saat melihat seorang suster yang lewat di sampingnya, jungkook bertanya padanya.
"Suster maaf, kemana pasien yang di rawat di ruangan ICU?"
"Pasien sudah di pindahkan tuan. Tadi pukul 5 pagi pasien telah melewati masa kritisnya dan sudah sadar. Kami memindahkan pasien ke ruangan VVIP di lantai 3."
"Baiklah, terima kasih suster."
"Sama-sama tuan. Saya permisi."
Jungkook pun berlari ke arah lift dan segera masuk saat pintu lift terbuka jungkook pun menekan tombol angka 3 untuk sampai kelantai 3. Setelah sampai ke lantai tiga jungkook pun mencari ruangan VVIP yang di tempati jimin.
Kini jungkook sudah berada di depan ruangan yang ia tuju. Perlahan jungkook membuka pintunya dan masuk ke dalam sana.
"J-jimin.."
Jungkook gugup di depan sana jimin sudah sadar ia sedang duduk bersandar dengan kepala menoleh ke arah jendela. Jungkook pun berjalan mendekat. Dengan perasaan campur aduk jungkook perlahan meraih tangan mungil jimin.
"Jimin." Jimin pun menolehkan kepalanya ke arah jungkook dan mengulas senyum tipis pada jungkook.
"Kookie.. Kau datang?"
"Ne, aku datang, aku tak sabar ingin melihatmu. A-aku.. Aku.." Jungkook tanpa sadar menitikkan air mata karena tak percaya jimin di depannya telah bangun.
"Ssttt.. Kookie, kau sudah mengatakan semuanya. Tidak perlu mengatakannya lagi." Jungkook mengernyit bingung karena ia belum mengatakan apapun saat ini.
"Apa maksudmu jimin?"
"Semalam kau sudah mengatakan semuanya. Dan juga aku menyukai nama pemberianmu pada putra kita, jungmin."
"Darimana kau bisa tau? Bukan kah itu hanya mimpi?"
"Entahlah kookie, sepertinya kita mendapat mimpi yang sama dan di mimpiku terlihat sangat nyata."
"Jadi, kau masih ingat keinginanku di mimpi semalam."
"Ne kookie."
"Kau sudah bangun sekarang apa kau bisa memberi jawaban yang nyata kali ini?"
"Ne kookie aku mau." Ucap jimin yang kini menunduk dan merona.
Setelah mendapat jawaban itu jungkook menarik jimin kedalam pelukannya. Jimin pun membalas pelukan jungkook dengan senyuman yang merekah di balik dada jungkook. Jungkook pun memeluk jimin erat dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya dan sesekali mengecup kepala jimin berkali-kali. Tanpa jungkook dan jimin sadari pemandangan itu tengah di tatap dua pasang mata dari balik pintu ruangan itu dengan salah satunya mengepalkan tangannya menatap tak suka dua orang yang berada di dalam sana.
Tbc