•
•
•
Sinar mentari pagi menembus jendela kaca yang masih tertutup. namun kaca yang tak tertutupi tirai itu membiaskan cahayanya menerpa wajah dari sosok manis yang masih terlelap di atas ranjang nya.
Sedikit terusik dari silaunya cahaya lengannya bergerak naik menutupi matanya namun beberapa detik kemudian sosok manis, jimin pemuda mungil yang kini mulai meregangkan tubuhnya dan mulai mengerjapkan matanya agar terbuka.
"Eunghh... Pukul berapa ini?" Suara serak khas orang bangun tidur terdengar jimin pun menoleh pada dinding yang berada di atas pintu kamar mandinya. Di sana terdapat jam dinding yang saat ini menunjukkan puku 06.23am.
"Sudah siang? Astaga! Bukankah jihoon akan masuk ke sekolah barunya." Jimin pun bergegas menuju kamar mandinya untuk segera bersiap.
𝙏𝙤𝙠 𝙏𝙤𝙠 𝙏𝙤𝙠
"Jimin kau sudah bangun? Katanya kau ingin ikut mengantar jihoon ke sekolah barunya?" Ucap yoongi yang kini sudah berada di depan pintu kamar jimin.
"Ne hyung! Tunggu sebentar!" Terdengar suara teriakan jimin dari dalam kamar mandi.
Setelah 10 menit Jimin sudah siap dan segera turun ke bawah. Jimin pun menuju ke ruang makan di sana sudah berkumpul keluarga Min dan satu orang yang jimin tidak kenal namun wajahnya terlihat familiar untuk jimin.
"Maaf menunggu." Ucap jimin setelah berada di depan meja makan.
"Tidak apa-apa sayang, duduklah." Nyonya Min menyambut jimin dengan tersenyum. Dan jimin pun ikut tersenyum.
"Jimin-ah kenalkan ini Lee Taemin. Dia yang akan mengantarkan jihoon ke sekolah barunya." Ucap yoongi memperkenalkan orang yang duduk di samping yoongi.
"Annyeong, Min jimin imnida." Ucap jimin dengan menampilkan senyum bulan sabitnya.
"Ne annyeong jiminie." Ucap taemin membalas sapaan dari jimin.
' eh... Panggilan itu...' batin jimin, ia sempat tertegun mendengar panggilan itu yang kembali menyapa telinganya.
"Sekarang selesaikan sarapan kalian sebelum kalian terlambat." Ucap nyonya Min mengingatkan.
"Ne eomma." Ucap jimin dan yoongi bersamaan.
Setelah selsai sarapan, yoongi sudah berangkat lebih dulu ke perusahaannya. jimin, taemin dan jihoon kini sudah berada di perjalanan menuju sekolah baru jihoon dan tak berapa lama mereka pun sampai.
"Hyung biarkan aku yang mengantar jihoon masuk ke dalam."
"Ne, aku akan menunggu di sini."
"Ne hyung. ayo jihoon, hyung akan antar kau masuk." Ucap jimin pada taemin dan beralih pada adiknya jihoon.
"Ne hyung.. Kajja!" Terlihat jihoon sangat bersemangat untuk masuk ke sekolah barunya.
Jimin pun turun dari mobilnya bersama dengan jihoon. Mereka pun masuk ke dalam gedung sekolah itu.
Setelah 15 menit berlalu jimin keluar dari sana dan kembali ke mobilnya.
"Jiminie, apa kau tak mengingatku?" Ucap taemin pada jimin yang kini sedang sibuk dengan ponselnya dan seketika menoleh pada taemin.
"Em.. Aku sebenarnya, saat melihat hyung tadi merasa familiar dengan wajah hyung tapi, aku tidak ingat lagi hyung. Maaf.."
"Hey, tak perlu meminta maaf. Kau ingat dengan Jie-un?"
"Jie-un? Lee jie-un?" Jimin melebarkan matanya saat mengingat sosok bernama jie-un itu.
"Ne.. Dia adik ku. sekarang kau mengingatku hum?" Ucap taemin sambil menaik turunkan alis.
"Ishh.. Tak menyangka bisa bertemu dengan hyung mesum ini.."
"Hey!"
Flashback 2 tahun yang lalu
Seorang pemuda mungil tengah berlari ke arah kursi taman yang berada di taman yang dekat kompleks rumahnya. Dia berlari menuju pada seorang wanita yang sedang menangis entah apa penyebabnya.
Saat itu dia sedang berjalan-jalan ingin menghibur keresahan hatinya karena kepergian orang tuanya. Hampir setiap hari jimin yang saat itu masih tak merelakan kepergian ke dua orang tuanya berada di taman itu untuk menenangkan hatinya sampai netra nya menangkap sosok wanita yang tengah menangis seorang diri.
"Noona kenapa menangis?" Tanya jimin pada wanita yang kini sudah berada disampingnya.
"Eh.. A-aku tidak apa-apa." Ucap wanita itu dengan tangannya menghapus air matanya.
"Hum.. Benarkah? "
"Hah... Aku tadi bertengkar dengan kekasihku." Ucap wanita itu dengan menghela nafas.
"Hanya karena itu? Untuk apa ditangisi noona. Yang aku dengar, saat seseorang mencintaimu dia tak akan pernah membuatmu menangis. Lalu apa ini?"
"Kau benar, aku juga pernah mendengar hal itu.. Oh ya kau sedang apa di sini?"
"Aku sedang menghirup udara segar untuk menghilangkan bad mood."
"Memang kau kenapa? Putus dengan kekasihmu?" Jimin pun menggelengkan kepalanya sambil menatap lurus ke depan
"Orang tua ku meninggal 1 tahun yang lalu Tapi, aku masih tak rela mereka pergi."
"Hey.. Kalau kau seperti itu mereka tidak akan tenang di sana."
"Aku tahu tapi ini sangat sulit."
"Kau harus mencoba merelakannya bagaimana pun juga. Mereka pasti sedih melihatmu seperti ini"
"Ne noona aku akan mencobanya."
"Oh ya.. Aku lee jie-un." Ucapnya sambil mengulurkan tangannya
"Park jimin imnida." Jimin pun membalas menggenggam tangan jie-un.
"Baiklah jimin semoga kita bisa bertemu lagi ne.. Dan terima kasih sudah menghiburku"
"Ne noona. Sama-sama." Mereka pun berpisah dan jimin kembali ke rumahnya.
Sejak saat itu jimin dan jie-un sering bertemu di taman. kadang jimin juga mengajak jie-un kerumahnya atau pun sebaliknya sampai akhirnya jimin bertemu lee taemin yang jimin beri julukan 'hyung mesum'. Jimin memberi julukan itu karena taemin sangat menyukai pantat besar.
Pernah sekali jimin tak sengaja membuka kamar taemin saat jimin akan ke kamar jie-un dia malah membuka pintu kamar milik taemin. Jimin di buat terkejut dengan poster yang tertempel pada tiap sisi dinding kamar itu entah dari mana taemin mendapatkan gambar itu semua.
"J-jiminie apa yang kau lakukan?" Ucap taemin gugup sambil menutup pintu kamarnya.
"Dasar hyung mesum!" Jimin langsung meninggalkan taemin yang menganga setelah mendengar ucapan dari jimin.
"Yakk!"
Flashback off
"Hyung, di mana jie-un noona sekarang?"
"Sudah 1 setengah tahun dia ada di L.A dia menetap di sana sejak pertengkarannya dengan kekasihnya. Entah kenapa dia memutuskan tinggal di sana."
"Aku jadi merindukannya hyung. Oh ya hyung bisa hyung antar kan aku ke restoran xxxxx?"
"Baiklah aku akan mengantarmu ke sana." Jimin dan taemin pun pergi ke restoran tempat jimin dan seokjin bertemu. Tak lama mereka pun sampai di tempat itu.
Jimin pun turun namun taemin memanggilnya.
"Jiminie berikan ponselmu."
"Untuk apa hyung?"
"Supaya kau bisa menghubungiku saat kau sudah selesai aku akan menjemputmu."
Jimin pun mengeluarkan ponselnya Dan memberikannya pada taemin. Setelah mengetikkan nomor ponselnya, taemin mengembalikan ponsel itu pada jimin.
"Baiklah jiminie setelah selesai hubungi aku. Aku akan menjemputmu."
"Ne hyung, terima kasih." Jimin melambaikan tangannya saat mobil itu bergerak menjauh. Jimin pun segera menuju ke dalam restoran itu.
Setelah masuk jimin mengedarkan pandangannya untuk melihat meja kosong untuk di tempati nya dan ketemu, satu meja kosong berada di ujung dekat dinding kaca yang memperlihatkan keadaan luar restoran itu.
Jimin pun telah duduk di mejanya dan seorang pelayan datang untuk menanyakan pesanan.
"Permisi! Tuan ingin memesan apa?" Ucap pelayan itu.
"Milkshake strawberry saja."
"Makanannya?"
"Nanti saja karena masih menunggu seseorang."
"Baiklah, tunggu sebentar tuan." Pelayan itu pun segera pergi ke arah dapur.
Hanya butuh lima menit dan minuman jimin pun datang. Jimin pun menikmati minumannya sambil tangannya memainkan ponselnya.
"Jimin, sudah menunggu lama?" Ucap seokjin yang baru datang.
"Ah tidak nyonya, saya juga baru datang." Ucap jimin seraya berdiri membungkuk sopan menyambut kedatangan seokjin.
"Jimin bisakah tidak memanggilku nyonya? Panggil saja ibu, ne.."
"Eh? Apa boleh?"
"Tentu saja sayang. Kau sudah tidak bekerja padaku lagi jadi jangan panggil nyonya lagi ne.."
"Ne bu.." Ucap jimin dengan malu-malu.
"Aish.. Seandainya saja kau anak ku aku pasti bersyukur sekali."
"Ibu seokjin tidak boleh begitu."
"Ya.. Ya.. Terserah. Bagaimana kabarmu sekarang sayang? Apa keluarga barumu memperlakukan mu dengan baik?"
"Ne bu, mereka sangat menyayangi saya bahkan Ibu taeyeon sangat senang saat pertama kali saya dan adik saya datang ke rumah. Dan yoongi hyung juga dia sangat memanjakan kami bahkan dia ingin aku membantunya di perusahaan miliknya."
" Syukurlah kalau begitu aku turut senang mendengarnya."
Mereka pun lama berbincang disana sampai waktu makan siang tiba dan mereka pun menikmati makan siang bersama. Saat pukul satu siang jimin pun pamit karena akan menjemput jihoon dengan taemin.
"Ibu seokjin, saya harus pergi karena sebentar lagi saya harus menjemput jihoon di sekolahnya."
"Ne baiklah hati-hati kalau begitu." Jimin pun beranjak dari restoran itu dan segera menghubungi taemin untuk menjemputnya.
Kini jimin berada di luar restoran menunggu taemin menjemputnya. Saat jimin mengedarkan pandangannya ke jalanan tanpa sengaja netra nya menangkap tatapan tajam seseorang yang tertuju padanya di seberang jalan sana.
"Huh? Bukankah itu tuan jungkook? Kenapa ada di sini?" Jimin hanya bisa menduga-duga apa yang di lakukan orang itu di sana sampai mobil yang di kendarai taemin pun datang.
"Kau sudah lama menunggu?" Ucap taemin sambil tersenyum lebar.
"Tidak hyung baru satu jam yang lalu." Ucap jimin dengan santainya dan melangkah memasuki mobilnya.
"Eh, benarkah? Astaga maafkan aku." Ucap taemin melebarkan matanya.
"Tidak hyung aku hanya bercanda. Hahaha.." Jimin tertawa saat melihat ekspresi dari taemin.
"Aish.. Kau ini." Taemin pun ikut tertawa sambil mengusak rambut jimin. Akhirnya mobil jimin dan taemin bergerak meninggalkan tempat itu menuju ke sekolah jihoon.
"Dasar jalang rendahan!"
Tbc