webnovel

Dua mangkuk ramen

Ekspresi Zara masih terlihat datar usai keluar dari aula kampus yang menjadi saksi perjalanan 'Gudang Coklat' rintisan dia, Nanda dan Widya. Netranya menyapu tiap pemandangan disekitar, dia berharap meskipun terlambat Aldi akan tetap menemuinya disana.

"Zara... kau ini kenapa?? kita sudah berhasil menang di kompetisi ini loh.. tapi kok muka mu itu manyun gitu..." selidik Widya heran dengan tingkah sahabatnya yang tampak kurang bersemangat padahal secara simbolis mereka sudah menerima sejumlah dana untuk pengembangan usaha mereka nantinya.

" iya,, kalau ada masalah kamu kan bisa cerita sama kita..." Nanda menimpali, sementara zara memberikan jawaban dengan mengulas senyum di bibir meronanya. "daripada manyun mending kita makan-makan aja yookk" ajak Nanda berusaha membangkit kan semangat diwajah manyun "kita makan ramen yang baru buka diujung jalan itu,, mau yaa.."

Zara menghela nafas,, berpura-pura bahagia sajalah daripada dua sahabatnya akan terus mengintrogasi seperti detektif.

"aku hanya kelelahan.. semua baik-baik aja kok" ujar Zara berusaha menutupi kegalauan nya. Awas saja Aldi dia sudah bertekad untuk memberi perhitungan nanti,, dia akan mogok masak, mogok bicara, mogok tidur dikamar mereka,, pokoknya dia akan mogok segalanya,, titik!!! bisa-bisanya Aldi membuat janji lalu membatalkan begitu saja!

"yaudah... let's go kita makan ramen ya..." gandeng Nanda sumringah.

***

Mangkuk mie kedua kering sudah dilahap oleh Zara,, Nanda dan Widya hanya bisa melongo melihat kemampuan teman mereka menghabiskan dua mangkuk ramen tanpa Jedah,, mungkin setan kelaparan lagi menaungi raga Zara saat ini!!!

"kau.. baik-baik saja Zara.?" tanya Nanda keheranan, melihat kini Zara menegak air putih tanpa bernafas.

"Menurut kalian??"

"kau aneh... apa kau sekarang sedang...." Widya memberi isyarat dengan membentuk lengkungan di seputar perutnya. Zara kesal,, dia jadi teringat lagi tentang Aldi yang susah payah ia lupakan kelakuannya hari ini.

"kita sedang merayakan keberhasilan kita kan,, aku sangat senang sampai makan banyak" sahut Zara nyengir,, dia harus bisa mengendalikan diri. "baiklah.. aku pulang duluan ya... Wid kamu yang bayar.." pungkas Zara meraih tas nya diatas meja.

"Zara sebentar..." cegah Nanda merasa sahabat nya tengah menutupi sesuatu "kau yakin semua baik-baik aja??"

Kalau dibandingkan antara Widya dan Nanda,, memang tidak diragukan lagi tentang insting yang terkadang dirasakan olehnya,, Nanda selalu bisa tahu kalau dia ataupun Widya tengah menyembunyikan sesuatu,, Zara selalu berbagi cerita dengan Nanda tetapi untuk urusan rumah tangga dia tidak ingin melibatkan siapa pun.

"it's oke.. aku pulang duluan ya.. " senyum terpaksa terpulas diwajah yang tengah galau. "sampai jumpa besok..." Zara melambaikan tangan lalu hilang di balik pintu restoran ramen meninggalkan dua wajah keheranan dengan sikap Zara yang jauh dari kata bahagia hari ini.

***

Setapak demi setapak Zara menyusuri trotoar menuju halte bis,, dia sudah sengaja tidak membawa matic kesayangan hari ini,, karena ia mengira akan pulang bersama suaminya nanti.

"apa.. aku temui aja ya Aldi di cafe...," gumam Zara pada diri sendiri,, ah!! tidak bisa dibiarkan kalau dia datang kesana nanti malah Aldi besar kepala,, lagipula siapa yang ingkar janji!! "Aldi... aku pasti kan kau akan menyesal..." umpat Zara sebal,, setitik manik bening menetes disudut matanya, rongga dadanya sesak, lagi-lagi dikecewakan.

Zara memilih duduk di halte bis,, mengayunkan kaki lalu menenggelamkan segala keresahan nya hari ini pada debu-debu jalan yang menjadi saksi betapa ia sangat kecewa pada Aldi!! Seandainya debu-debu itu bisa menghantarkan Aldi padanya saat ini juga...

.

Tristan menepikan Lexusnya,, senyum mekar menghasilkan lesung pipi yang indah dipandang akhirnya dia bisa menemukan gadis berwajah sendu duduk sendiri di halte bis

Zara menyeka air mata, seseorang menyodorkan buket coklat kearahnya. Ia mendengus kasar, setelah rasa kecewa meremuk rendam kan kepercayaan diri nya.

"kau tahu seberapa lama kau sudah terlambat" lirih Zara menengadah untuk memastikan bahwa orang itu adalah suaminya

"maaf.. aku tidak tahu kalau kamu menunggu"

Nafas Zara seakan tercekat dengan kehadiran seseorang pembawa buket

deg!

Next chapter