webnovel

Cara Kay 1

"Keyla seneng disini?."

"Seneng Buna, Keyla tadi main motor sama ayah.."

"Keyla emang bisa?."

"Engga, ayah yang bisa."

"Keyla pinter ga muntah-muntah, bunda malah mual disini."

"Buna sakit?."

"Engga, bunda ga sakit sayang..."

"Buna, Buna sayang Keyla?."

"Sayang dong.."

"Buna sayang yayah?."

"Sayang..."

"Yayah juga sayang Buna.." Keyla sambil mengarahkan wajahnya ke arah Kiran.

"Buna, Buna sini.."

"Apa?." Kiran menundukkan kepalanya karena tahu Keyla ingin berbisik.

"Kata yayah, Yayah sayang banget sama Buna.." Keyla dengan suara kecilnya membuat Kiran tersenyum kecil.

"Ayah juga pasti sayang banget sama Keyla."

"Yayah kasih ini.." Keyla mengeluarkan sesuatu yang terkait dilehernya. Pantas saja saat mandi tadi rasanya ada yang berbeda dari Keyla.

"Yayah bilang ini huruf K. Yayah Kay, Buna Kiran, sama kakak Keyla." Anak itu dengan lancar menjelaskan bahkan entah sejak kapan Keyla dipanggil kakak sekarang padahal adiknya saja belum ada. Diluar tampak Kay sedang berbicara dengan seseorang di balik telepon.

- Dimana mereka sekarang?!!.

Teriak Arbi namun Kay hanya tersenyum.

- Dia aman.

- Kamu jangan macem-macem ya Kay.

- Silahkan lapor polisi kalo ayah ngerasa aku bikin mereka ga aman.

- Ayah bakalan cari kamu!!.

- Silahkan jika bisa.

- Pulang sekarang?!!.

Arbi putus asa.

- Biar ayah liat seberapa nakalnya aku, bajingannya aku, brengseknya aku.

- Sampe ayah denger ada apa-apa, kamu bisa mati.

- Begitupun ayah, sampe aku denger ayah pisahin aku sama keluarga aku. Aku bisa lakuin apapun.

- Gila kamu!!.

- Yah...denger ya, ga cuman ayah yang bisa doktrin Ran supaya dia lakuin ini itu sesuai yang ayah perintahin. Aku juga bisa, dia istri aku. Jelas dia harus nurut sama aku. Selama ayah hina aku, benci aku jangan harap bisa liat wajah Kiran sama Keyla.

- Heh!! jangan main-main kamu.

- Aku udah cukup bersabar kemarin-kemarin, kali ini giliran ayah yang bersabar. Biar ayah rasain gimana rasa kesiksanya kalo kita jauh dari keluarga kita apalagi dipisahin sama orang yang ga tahu apa-apa. Bye..

Kay menutup teleponnya. Dia cukup puas menghukum Arbi terus menerus sekarang.

"Kamu udah kasihin?."

"Udah bos?."

"Terus dia gimana?."

"Nyonya cuman diem tapi sepertinya nyonya nangis."

"Udah mau makan?."

"Belum bos."

"Dimana mereka sekarang?."

"Dikamarnya." Jawaban Erik membuat Kay segera berjalan kearah kamar Kiran. Saat membuka pintu tampak Keyla sedang disisir oleh Kiran. Anaknya sudah mandi sehingga tampilannya kembali cantik.

"Sayang...makan dulu ya, ayah bikinin waffle ice cream kesukaan Keyla tapi makan dulu supnya." Kay berjongkok didepannya. Dia merapikan baju tidur Keyla.

"Ice cream?."

"Iya, makan dulu sama om Erik nanti ayah sama bunda nyusul."

"Keyla pingin makan diluar..."

"Angin sayang, nanti perutnya sakit.."

"Keyla pingin diluar.."

"Keyla duduknya deket jendela aja jadi bisa liat airnya.."

"Dolphinnya kenapa ga keluar?."

"Nanti ayah cari. Ayo, kasian tuh om Erik udah nunggu."

"Keyla ga mau sama om.."

"Bentar aja sayang.."

"Ga mau."

"Ya udah ayah temenin."

"Buna mandi dulu nanti nyusul." Kiran mengusap pelan rambut anaknya lalu pergi ke kamar mandi. Kay sempat melihat kearahnya sebentar sebelum mengajak anaknya keruang makan.

"Ayah ngobrol dulu sama bunda ya nanti nemenin Keyla kok."

"Ga mau.."

"Ya udah makan sup nya yang bener."

"Keyla pingin ice cream."

"Engga, sampe nasinya habis baru boleh." Kay segera menyodorkan piring nasi dan sebuah mangkok.

"Yah..."

"Hem.."

"Sini..."

"Apa?."

"Sini...," Keyla menarik lagi tangan Kay.

"Buna sayang ayah..." Bisik Keyla seperti yang dilakukannya tadi pada Kiran. Kay senyum-senyum sendiri.

"Sekarang Keyla sini..." Giliran Kay yang mengarahkan bibirnya pada telinga Keyla.

"Kata siapa?."

"Kata Buna, Keyla tanyain tadi, kata ayah Keyla harus tanya."

"Bagus." Kay memberi jempol pada anaknya.

"Karena Keyla pinter ayah kasih ice cream nya dua.."

"Bener?."

"Bener dong, makannya habisin dulu supnya.." Kay hanya memandangi Keyla makan dan sesekali membantunya.

***

Setelah makan dan bermain-main Keyla tampak tertidur. Sepertinya dia lelah setelah tadi sore main jetski. Kiran sendiri sedaritadi belum juga keluar kamarnya.

"Tungguin Keyla dulu disini.." Kay membuka sedikit pintu kamarnya setelah membaringkan Keyla. Erik dan timnya hanya berdiri di depan kamar. Kay kembali membuka pintu kamar Kiran lagi dan terlihat Kiran sedang berbaring disana. Kay duduk di tepi ranjang.

"Kamu sakit?."

"Engga."

"Aku denger kamu ga mau makan udah 3 hari ini, kenapa?."

"Aku ga laper.."

"Masa ga lapar?."

"Engga..." Jawab singkat lagi Kiran. Kay semakin mendekat pada Kiran. Dia tidur dibelakang Kiran dan mulai memeluknya.

"Kamu mau apa?."

"Bukannya yang aku mau udah aku bilang waktu itu?." Kiran masih mematung.

"Kasih aku alasan kenapa?, kenapa kita harus pisah?, aku udah cari bukti dan udah kebukti kalo Ansel bukan anak aku."

"Bukan soal Ansel, ini soal Ayah."

"Kamu ga suka aku bentak ayah?."

"Seengaknya aku jadi tahu perasaan Mas, Mas udah cape ngalah, udah cape pura-pura. Aku bakal lepasin satu beban itu. Mas ga usah lagi kaya gitu. Itu capekan?, gara-gara ayah yang selalu berpikir negatif Mas harus nahan-nahan itu. Mas bisa cari wanita lain yang keluarganya bisa menerima Mas, yang...wanitanya ga kaburan-kaburan kaya aku..." Kiran terdiam sejenak dan mengusap air matanya.

"Aku janji...ga akan halang-halanginya Mas ketemu Keyla, aku..bakalan bilang sama ayah untuk kaya gitu juga.." Kiran dengan sedih sementara Kay masih mendengarkannya. Dia tahu Kiran sedang menangis sekarang.

"Coba ulangi yang kamu bilang di telepon sambil liat aku." Kay melepakan pelukannya lalu menarik Kiran pelan agar tertidur sambil melihatnya. Dengan jelas mata Kay bisa menemukan air disudut mata istrinya.

"Aku...aku mau....kita...." Kiran dengan air mata yang mengucur deras di pipinya. Dibanding mendengar kalimat setelahnya Kay malah mengecup bibirnya.

"Ga usah dilanjutin. Aku kenal kamu bukan dari 3 hari yang lalu. Saat kamu ngerasa ayah udah keterlaluan, kamu bingung dan putus asa pasti jalan itu yang kamu pilih. Aku udah bilang berkali-kali sama kamu, kamu tuh harus jujur sama aku tapi kamu ga pernah kaya gitu, kamu terus nyuruh aku nebak-nebak dan cari tahu sendiri. Kamu pulang supaya kamu aja yang denger ayah hina aku dibanding aku yang denger langsung harusnya kamu ga gitu. Aku udah bilang aku butuh support kamu tapi bukan gitu bentuknya." Perkataan Kay hanya disambut tangisan oleh Kiran. Sepertinya hanya dia satu-satunya orang yang tahu alasan atas perbuatan istrinya selama ini.

"Rasanya kalo kita pisah gitu aja, semua yang kita udah lakuin sia-sia. Aku kejar kamu, aku mohon-mohon sama Daddy buat bujuk orang tua kamu waktu itu. Kamu pun sama, ga mungkin waktu itu kamu ninggalin Bayu gitu aja, kamu rela ninggalin karir kamu disini demi nyusul aku ke Australia, kamu mau jauh dari keluarga kamu supaya hubungan kita baik-baik aja dan akhirnya kita punya Keyla. Pengorbanan aku sama kamu ga sedikit. Aku ga mau bikin itu ga ada artinya cuman karena kejadian salah paham ini."

***To Be Continue

Next chapter