webnovel

Saran Kay dan Daddy

"Jay.." Kay menepuk bahu kembaranya dan langsung duduk disampingnya. Jay yang semula bilang akan beristirahat nyatanya hanya duduk sendiri di ruang tamunya yang gelap.

"Iya.."

"Mommy udah cerita tentang kamu sama Tiara."

"Terus?."

"Ga sepenuhnya salah kamu kok."

"Tapi aku udah jahat, udah kasar sama istri aku, sama anak aku."

"Kamu kan ga ada maksud sebelumnya buat gitu."

"Aku tadi ketemu Zidan, aku liat badannya. Ada warna biru disana. Dia pasti sakit. Aku juga liat tangan Tiara di perban. Dia bahkan ga bisa gendong Zidan. Harusnya aku ga semarah itu? harusnya aku ga usah cegah Tiara pergi." Jay berbicara dengan menunduk.

"Terus sekarang kamu mau tetep nyeselin itu? mau kaya gini aja?."

"Aku ga tahu harus kaya gimana. Aku cuman bisa nurutin apa yang di mau sama Tiara."

"Jay...dibanding kaya gitu mending kamu cari solusinya. Maksud aku, itukan udah kejadian, udah ga bisa diulang, ga bisa kamu cegah lagi. Wajar sih ada nyeselnya namanya juga bikin salah tapi...sekarang udah mending stop. Sekarang waktunya kamu fokus gimana caranya memperbaiki kesalahan kamu itu. Masih sayang ga sih kamu sama Tiara?."

"Sayang, aku sayang banget sama Tiara." Jay dengan cepat.

"Sama Zidan?."

"Sayang."

"Ya udah, ini saatnya kamu perjuangin keduanya. Tiara marah karena ga suka kamu kasarin. Kalau gitu lakuin dong sebaliknya biar Tiara suka lagi."

"Apa?."

"Lawan di kasarin apa?."

"Lembut."

"Ya udah dilembutin Tiaranya, disayang-sayang. Aku yakin kok Tiara bukan pingin kamu nurut aja tapi dia juga pingin liat ketulusan kamu, perubahan kamu. Sekarang kamu tunjukkin kalo kamu ga akan kaya gitu lagi."

"Tapi dia masih dingin sama aku."

"Ya..wajarlah namanya juga cewek. Ga cuman Tiara kok, Ran juga kalo marah sama aku, aku bujuk ga langsung baikan tapi ada prosesnya. Biasalah cewek gengsi. Sabar aja..." Kay sambil senyum-senyum. Jay diam lagi. Dia berpikir.

"Selain Mommy, selain Kakak, Tiara aja kan yang bisa ngerti kamu?, yang ngerti tingkah lucu kamu, yang ngerti bahasa kamu dan yang ngerti maksud dan tujuan kamu makannya aku yakin Tiara pasti nih sekarang tahu kalo waktu itu kamu ga maksud gitu. Udah, semangat dong kejar Tiara lagi. Bujuk dia pulang. Emang seneng tidur sendiri? emang enak apa?." Kay menepuk-nepuk lagi bahu Jay.

"Apa Tiara bakalan maafin aku?."

"Pasti. Dia cuman butuh waktu. Kamu ngerasa bersalah sama Zidankan? cukup jagain dia, urusin dia. Anak kecil juga pasti ngerti dan rasain kasih sayang bapaknya. Waktu aku ngerasa bersalah sama Alm. anak aku, yang aku bisa lakuin adalah kasih doa. Aku yakin mereka dapet dan ngerasain kasih sayang aku."

"Apa aku bisa? tadi aja aku mandiin Zidan ga bisa."

"Kamu pikir aku mandiin Keyla langsung bisa? enggalah. Aku juga belajar Jay, dari diomelin Ran, diomelin mertua sampe diomelin mommy. Ga ada yang instan semua juga, yang penting kamu mau belajar. Kamu pasti bisa, kamu kan pinter." Puji Kay.

"Papa mertua marah kayanya sama aku."

"Kata siapa?." Suara Kenan membuat keduanya menoleh kearah sumber suara. Rupanya sedari tadi dia berdiri didekat pintu masuk dan bersandar dengan santai. Dia mendengarkan semua curhatan Jay dan nasihat-nasihat Kay. Kenan jadi sedikit terharu dengan obrolan mereka. Anak-anaknya ternyata bisa sedekat itu. Mereka rasanya terlalu cepat dewasa. Kenan kini berjalan ke arah anak kembarnya. Dia duduk diatas meja untuk berhadapan dengan Jay.

"Papa Mertua kamu ga marah sekarang, kemarin-kemarin mungkin iya tapi kalo kamu tanya sekarang nih, detik ini, dia ga marah."

"Daddy tahu darimana?."

"Daddy-kan teleponan sama Papa Mertua. Dia kan sahabat Daddy. Udah, pokoknya fokus Abang sekarang bikin Tiara sama Zidan pulang."

"Besok Ran jalan-jalan sama Tiara nanti kalau dua tahu Tiara pingin apa atau pingin kamu gimana, aku suruh dia ngasih tahu kamu."

"Makannya Abang jangan murung terus.." Kenan melihat Jay seperti orang yang tak berdaya.

"Habis Tiara ga ada dirumah."

"Nah...aku punya cara terakhir kalo ga bisa-bisa."

"Apa?."

"Pake cara diatas ranjang." Kay membuta Kenan tersenyum kecil. Dimulai lagi kegilaannya.

"Kamu tuh pasti ada-ada aja bang.."

"Ih dad, ini jurus paling manjur justru. Aku kalo Ran marah dan udah putus aja mau gimana. Jurus diatas ranjang aku pake." Perkataan Kay disambut tawa oleh Kenan.

"Aku harus gimana?."

"Kamu ajak ngobrolnya dia atas ranjang. Pelan-pelan aja, kaya minta jatah. Ngomong baik-baik, dirayu gitu terus di belai, di deketin, dicium-cium, jamin deh langsung luluh."

"Apa iya?."

"Iya Jay, anggap aja kaya pemanasan sebelum mulai."

"Mulai apa?."

"Ya...mulai begitu."

"Begitu apa?." Pertanyaan Jay disambut tawa oleh kecil oleh Kenan. Dia senang melihat Kay bingung.

"Kamu...sama Tiara bikin anak."

"Aku kan udah punya anak, ga usah bikin lagi."

"Ya ampun...kalo aktifitas fisik yang kaya gitu, meskipun udah punya anak jangan berhenti."

"Jangan-jangan kamu sama Tiara jarang....jarang...main goyang-goyangan.." Kay bingung mengatakannya.

"Bang...seks itu ga harus berhenti ketika punya anak. Abang sama Tiara kan punya kebutuhan lain. Abang juga punya kewajiban menafkahi istri lahir batin." Kenan mulai ikut berkomentar.

"Aku selalu ga enak dan aku bakalan nunggu Jeje tegang baru bilang."

"Duh..salah tuh, pantes ikatan batin kalian kurang. Kamu harus punya waktu berdua sama Tiara juga Jay, maksud aku buat mesra-mesraan tuh kalian juga harus ada bukan berarti cuekin Zidan. Pokoknya kamu harus agresif sekarang."

"Jangan, nanti Tiara marah."

"Kalau ga gitu, aku jadi aneh. Kamu itu suka sama Tiara ga sih? masa ga ada nafsu."

"Ada tapi aku bingung kalau Tiara udah tidur, kadang nafsu aku suka datang malem."

"Ya bangunlah.."

"Kasian...dia cape."

"Engga...dia pasti ngerti. Makannya pelan-pelan Jay ga langsung kamu masukin. Banguninnya pake cinta." Ucapan Kay membuat Kenan ingin muntah.

"Coba tanya Daddy pasti Daddy tahu."

"Apa sih bang.." Kenan protes.

"Kalo mommy marah Daddy ngapain?." Tanya Jay.

"Daddy kurung mommy." Jawab Kenan membuat Jay menatapnya.

"Kurung mommy?."

"Daddy kurung mommy dipelukan Daddy.." Kenan menjelaskan sambil senyum-senyum sementara Kay merasa geli.

"Daddy peluk, Daddy jelasin pelan-pelan jangan lupa bilang 'salah' sama bilang 'maaf'. Cewek tuh ngerasa menang kalo kita udah bilang itu."

"Terus?."

"Nanti mommy ngobrolnya ikutan lembut terus...baikan deh."

"Terus dad?."

"Terus....terus..aja kamu bang, pingin tahu....aja.." Kenan protes dengan pertanyaan Kay.

"Ya...kali aja udah baikan ada lanjutannya dad.." Kay senyum-senyum.

"Pasti ada tapi ga mungkin Daddy ceritain.." Kenan sambil menjitak kecil kepala Kay. Pikiran anak itu benar-benar kotor.

"Udah-udah ya bang, semangat gitu, Daddy sama Kay dukung. Pasti bisa.." Kenan menepuk-nepuk bahu anaknya.

"Kasian mommy ikutan sedih liat abang gini." Kenan yang kemarin kena imbas akibat insiden Jay. Anak itu kini terlihat manggut-manggut sambil memberikan senyuman.

***To be continue

Next chapter