Setelah sebulan berlalu semua berjalan normal kembali. Semua anak-anaknya sudah masuk ke kantor seperti biasanya. Sang ibu memilih tinggal bersama Bella yang dengan senang hati menyambut pilihan itu. Hanya ibunya yang kini dia miliki saat ini. Tidak hanya soal kepindahan ibunya. Rupanya urusan pembagian warisan pun sudah mereka tuntaskan. Tak ada satupun yang menolak atau mempersalahkan hasil pembacaan warisan yang dilakukan pengacara keluarga. Semuanya sungguh-sungguh berjalan dengan lancar. Hari ini mereka tampak berkumpul dirumah Bella dan Dikta. Bukan untuk perayaan tapi menghibur ibunya agar tak selalu bersedih.
"Ini Ravin kaya kamu waktu kecil." sang ibu mulai tersenyum saat memandang Ravin dalam pangkuan Kenan.
"Wajahnya jiplak Ara soalnya mah.." Jawab Kenan meskipun sejak awal dia sudah menyadari Ravin adalah reinkarnasinya.
"Dad..suruh kakak tinggal dirumah supaya Klis bisa liat bayi-bayi..."
"Ga bisa dong Kris, kakak kan punya rumah, punya kak Dariel, jadi sekali-sekali bisanya sayang."
"Kalo gitu Klis pingin mommy punya bayi." Kris dengan bibir kecilnya meminta hal yang membuat oma tersenyum. Anak itu benar-benar menggemaskan ketika berbicara. Mungkin ketika dia besar Kris akan menjadi sosok yang cerewet.
"Nah loh gimana tuh Ken.." Riko menggoda.
"Engga. Ga ada. Mana bisa." Kenan menolak keras.
"Mommy...." Kris kini berpindah kepangkuan ibunya.
"Mommy punya bayi, Klis pingin bayi."
"Nanti minta Abang Kay sama kak Ran.." Jeisca menjawab dengan santai.
"Nanti bayinya diambil ke Australi, Klis pingin yang dirumah."
"Kris...ga semua yang Kris mau bisa mommy wujudin sayang. Mending kasih tahu Oma kalo Kris Senin udah mulai sekolah." Jesica mengalihkan pembicaraan.
"Sekolah?Kris mau sekolah?"
"Iya mah, anaknya udah mulai semangat sekarang mau sekolah."
"Ya udah supaya tambah semangat kalo Kris juara kelas Oma kasih hadiah."
"Hadiah apa Oma?"
"Seneng, seneng..." Ledek Ada melihat ekspresi wajah adiknya.
"Kris maunya apa?"
"Pesawat Oma.."
"Duh...ga kira-kira anak si Ken mintanya.." Bella tertawa kecil mendengar permintaan Kris.
"Pesawat yang gede Oma yang bisa telbang, yang pake remote Oma.."
"Tuh..denger bukan pesawat beneran." Kenan sedikit lega dan membalas ucapan Bella.
"Iya nanti Oma beliin tapi kalo Klis jadi juara."
"Sepuluh Oma.."
"Iya sepuluh.."
"Padahal segala jenis pesawat udah dibeliin tetep aja ga puas-puas nih anak sampai di Hawai mah ada mainan pesawat minta beli."
"Mau jadi pilot kali anaknya ka.."
"Iya kali mah..." Jesica mengusap pelan rambut Kris yang sudah panjang.
"Kay sama Ran gimana?belum ada tanda-tanda hamil lagi ?"
"Belum mah mungkin masih fokus sama kuliah Kay."
"Tapi Ran udah mau?"
"Bilang ke Sica kemarin sih ga ada masalah mah. Mereka emang udah pasrah aja. Mau dikasih lagi ya syukur, engga juga mungkin belum rejekinya."
"Jay gimana?kapan mau dinikahin?"
"Nanti aja mah. Masa lagi kaya gini malah pesta-pesta."
"Pokoknya mamah ga mau tahu. Mumpung mamah masih ada suruh tuh Edward, Jay, sama Rey nikah." Ucapan Oma membuat Kenan, Riko dan Bella saling menatap.
"Tinggal si kecil Kris sama Zika sekolahin yang bener. denger ga Ken, Dikta.."
"Iya mah.." Ken dan Dikta bersamaan. Kalau sudah mendengar ibunya begini mereka tak bisa berbuat apapun. Pasti semuanya harus dituruti.
"Tuh Jay dulu Ken, jelas calon udah ada.."
"Kalo belum ada jodohin aja Bel. Itu Edward udah kalah sama adiknya. Mau sampai kapan dia gitu?"
"Iya mah nanti Bella tanya anaknya."
"Ini Ken sama Sica, kamu sama Dikta baik-baik aja dijodohin."
"Iya mamah sayang, nanti Dikta sama Bella cariin." Bella menurut karena tak mau ibunya mengomel.
"Rey juga Rik cariin."
"Iya mah." Jawab Riko membuat Kenan senyum-senyum. Untung saja anaknya sudah punya calon kalo tidak Jay akan bernasib sama seperti para sepupunya.
"Sebelum mamah nyusul ayah pokoknya mamah pingin liat semua cucu seneng."
"Mah...ga usah nunggu gitu juga cucu mamah udah seneng. Udah ga usah ngomong gitu. Kita pergi liburan mau?mamah juga harus seneng." Ucap Kenan sambil memegangi tangan ibunya.
"Mamah pingin umroh aja..."
"Iya mah nanti Ken siapin."
***
Hari ini adalah hari pertama Kris sekolah dan siapa sangka ada kejadian yang membuat Kenan dan Jesica bingung. Saat masuk kelas Kris tak mau ditinggal. Dia bahkan menggandeng tangan Jesica untuk masuk.
"Sayang...mommy didepan ya. mommy tungguin. Masa Kris malu biasanya juga engga."
"Mommy masuk..."
"Liat temen-temen yang lain engga bawa orang tuanya. Mommy sama Daddy tungguin. Udah masuk sana."
"Kris liat sini Kris.." Kenan sibuk mengabadikan moment Kris yang sedang rewel.
"Mommy..." Kris malah memeluk kaki ibunya.
"Ih..malu sama Bu guru. Hari ini cuman kenalan aja sayang, di bagi jadwal belajarnya. Udah kelas 1 SD berarti harus belajar mandiri. Kris nangis mommy tinggalin ya.."
"Jangan..." Kris
"Ya udah masuk, mommy liatin.." Jesica melepaskan tangan anaknya lalu menuntunnya untuk masuk. Dengan malu Kris duduk disalah satu kursi disana sementara Kenan masih merekam itu. Kenan senyum-senyum sendiri melihat tingkah Kris.
"Sama nih kaya Jay dulu, ga mau ditinggal." Kenan menghentikan aksinya.
"Mas sengaja ya bawa-bawa kamera buat fotoin Kris?"
"Lucu sayang, anak manja sekolah pasti gitu."
"Ya udah kita tungguin aja Mas.."
"Sayang...mau ikut umroh sama mamah?"
"Pingin tapi Kris kan baru masuk Mas, ga bisa ditinggal. Mas aja yang ikut ya.."
"Ga papa Mas tinggalin?"
"Ga papa."
"Ya udah nanti Mas suruh Mario eh jangan Erik aja buat nemenin kamu sama Kris ke sekolah atau ke kantor."
"Ih..dasar masih...aja kepikiran."
"Mas ajak Jay ya, anaknya udah mau. Daripada kamu dirumah sendiri. Nginep aja dirumah kakak."
"Ga papa, kan dirumah juga rame.."
"Ya udah nanti Mas suruh pak Diman nginep lagi."
"Minggu depankan berangkatnya?"
"Iya sayang..."
"Bentar Mas Handphone aku kayanya bunyi.." Jesica mencoba mengeluarkan Handphonenya dalam tas.
- Halo..
- Bu Jesica
Suara itu membuat Jesica melihat kearah layar handphonenya rupanya nomer itu menghubunginya lagi setelah sekian lama. Duh...rasanya Jesica sudah bosan.
- Bu saya udah tahu siapa ibu dan saya ga kenal jadi kayanya kita ga punya urusan apapun Bu.
- Saya udah didepan rumah ibu.
- Rumah?
Jesica terkejut. Dia tak menyangka akhirnya orang yang selalu menganggunya itu datang.
- Bu hari ini saya ada anter anak saya sekolah. Kalo ibu mau ketemu saya mungkin ibu harus nunggu.
- Baik saya tunggu.
Suara itu dengan tegas. Kini Jesica mengakhiri panggilnya.
"Siapa yang dirumah sayang?"
"Itu, orang yang Mas bilang namanya Lintang. Pingin tahu deh aku siapa sosoknya."
"Dia nunggu?"
"Iya, katanya dia nunggu dirumah."
"Ya udah ga papa kalo orangnya mau."
"Jadi kepikirankan, penasaran."
"Kita tunggu Kris aja sayang, sebentar kok hari pertama." Kenan mengusap pelan pundak Jesica sambil sesekali melihat kedalam kelas dimana Kris saat ini sedang maju ke depan untuk memperkenalkan dirinya.
***To Be Continue