webnovel

Sariawan

Dariel masih tertidur diranjangnya sementara Ara dibantu Tante Vani mulai memandikan ketiga bayinya. Tak seperti biasanya Dariel masih tidur. Biasanya dia bangun pagi. Mungkin...semalam karena dia lembur bekerja jadi kebablasan. Suara dering Handphone terdengar namun Dariel menghiraukannya. Satu kali....dua kali....Dariel mendengar lagi.

"Siapa sih pagi-pagi?" Dariel mencoba mencari sumber suara dengan mengacak-acak nakas di sampingnya. Belum juga berhasil meraih Handphone suara itu mati lagi. Lagi-lagi suara handphone terdengar.

- Halo!!

Dariel langsung menjawab dengan suara keras tapi tak ada suara disana.

- Halo!!

Dariel mengulangi tapi sama tak ada suara disana.

"Siapa sih?" Dariel menjauhkan handphone dari telinganya lalu melihat ke arah layar handphone namun tak ada tulisan siapapun disana. Ara masuk kamar dan melihat suaminya memegang Handphone miliknya.

"Kenapa bang?"

"Pagi-pagi ada yang telepon bikin pusing aja." Dariel menyimpan lagi handphonenya dan kembali menarik selimut. Ara merasa Dariel masih marah karena kejadian semalam. Tak biasanya dia mengomel pagi-pagi begini. Ara meraih Handphonenya dan melihat siapa yang melakukan panggilan. Benar saja tak ada nama disana. Kini sambil berjalan keluar Ara menelpon kembali nomer itu.

- Halo.

Ucap Ara saat panggilannya diterima

- Ara?

- Kak Dirga?ngapain sih?

- Nomer aku kamu blok ya?

- Iya soalnya ganggu.

- Ra..kit..

- Kak jangan ganggu aku lagi ya.

Ara segera mengakhiri panggilannya tanpa mendengar omongan Dirga tadi. Dia kemudian mencari pengaturan di handphonenya yang bisa memblokir nomor tak dikenal. Dirga benar-benar sinting. Untung saja Dariel dalam keadaan mengantuk kalo dia sadar mungkin akan ada keributan kedua. Ara kembali berjalan menghampiri Tante Vani dan Rena yang sibuk dengan triplets.

"Kak, kapan bawa bayi-bayinya kerumah?" Tanya Rena.

"Nanti ya sayang, kalo udah beberapa bulan kakak ajakin main kerumah Rena."

"Dariel belum bangun Ra?"

"Belum Bu.."

"Tumben jam segini belum bangun."

"Kemarin begadang kayanya."

"Dariel harus dikasih tahu nih. Punya anak 3 masih kecil masa biarin istri ngurus sendiri."

"Dariel juga suka bantu kok Bu, cuman hari ini kayanya dia lagi cape aja."

"Sabar ya, kalo anak-anak udah gede enak nanti. Sebulan pertama emang kayanya repot Ra..."

"Iya Bu."

"Kris ga kesini kak?"

"Nanti kesini siangan kayanya.."

"Waktu itu jadi temen-temen mommy kesini?"

"Jadi Bu, rame banget sampe Karin ga mau tidur."

"Keliatan nih yang ga mau diem Ravin sama Karin kalo Davin anteng aja sendiri." Tante Vani sambil memandangi cucu-cucunya.

"Kemarin Nayla kesini Bu.."

"Nayla adiknya Dariel itukan?"

"Iya Bu."

"Makin bagus aja hubungannya."

"Justru Ara sedikit khawatir kalo sampe ibunya Dariel tahu gimana?nanti Dariel kena imbasnya Bu."

"Emang ibunya belum tahu Nayla kerja sama Dariel?"

"Belum Bu."

"Ya udah nanti ibu kasih tahu bapak supaya nasihati Dariel."

"Ara sih ga papa Bu Nayla kesini. Anaknya baik kok cuman Ara takut aja ada apa-apa sama dia juga kalo sampe bapak ibunya tahu Nayla gaul sama Dariel."

"Iya sayang, ibu ngerti. Dariel emang susah ditebak kalo soal keluarganya. Kamu sarapan dulu sana supaya kuat nanti nyusuinnya."

"Nanti aja Bu. Ibu mau sarapan?"

"Eh jangan nanti. Mumpung anaknya anteng nih ada Rena."

"Ya udah Ara sarapan dulu ya Bu. Makasih." Ara beranjak menuju ruang makannya. Pembantunya sudah menyiapkan keperluan makan Ara dan tanpa menunggu Dariel dia mulai melahap hidangan yang tersaji.

***

Sesekali Tiara melihat kearah Jay yang kini tengah menyetir dengan satu tangannya sementara tanga satunya lagi dia gunakan untuk menompang wajahnya sendiri. Matanya lurus kedepan memandangi jalanan. bibirnya tak menyunggingkan senyum sekecil apapun.

"Bang...kenapa sih?"

"Ga apa-apa." Jay singkat.

"Biasanya juga ngobrol kalo dijalan. Ini daritadi diem terus."

"Lagi sariawan." Jawab Jay lagi membuat alis Tiara naik sebelah. Sariawan?alasan macam apa itu?. Tiara hanya tersenyum.

"Sakit?ga ke apotek dulu beli obat?"

"Engga."

"Ya udah ke apotek aja, aku yang mau beli obat."

"Kamu sakit?" Jay kini mulai balik bertanya.

"Iya sakit."

"Sakit apa?" Jay berbicara tanpa melihat Tiara.

"Sakit hati dicuekin, kali aja di apotek ada obatnya." Jawaban Tiara membuat Jay terdiam. Dia tak menggubris ucapan Tiara tadi. Kini hanya keheningan yang ada di dalam mobil.

"Ada apa bang?ngomong kenapa sih?" Tiara sudah mulai gemas. Belum lagi kemacetan sore ini membuat dirinya dan Jay harus berlama-lama dimobil. Jika keadaan diam begini bagaimana bisa Tiara betah.

"Ngapain aja semalem sama kak Dirga?"

"Cuman makan burger terus pulang."

"Hem.."

"Kok Hem?Aku udah jujur loh."

"Kamu cuekin telepon aku. Aku ga suka."

"Ga sengaja. HPnya di tas di silent lagi jadi ga keangkat, setelahnyakan aku wa Abang."

"Iya tapi lama."

"Bang...aku tuh ga 24 jam pegang HP lagian Abang biasanya ga marah aku bales lama, telepon ga sempet keangkat."

"Ya karena kamu sama temen kamu. Ini sama Kak Dirga."

"Kak Dirga kan temen aku bang."

"Udah ah kamu ga ngerti." Jay kesal sendiri. Dia menginjak gasnya lagi saat mobil didepannya maju tapi kemudian dia melonggarkan lagi karena mobil itu berhenti lagi.

"Aku tuh ngerti abang khawatir tapikan buktinya sekarang aku ga papa."

"Lagian ngapain sih jalan berduaan segala?bisakan pergi bareng gitu sama siapa. Ajak aku kalo perlu. Bikin orang tuh curiga....aja."

"Ya udah aku salah, aku minta maaf." Tiara mengalah tapi Jay masih saja terlihat kesal.

"Bang udah dong bang, lagi macet gini masa berantem?masa marahan?ga enak nih." Tiara mengguncang lengan Jay yang mulai menjalankan lagi mobilnya.

"Bang...kemarin aku juga cerita sama kak Dirga kalo aku mau tunangan sama Abang. Aku nyuruh dia datang kok."

"Terus dia mau datang ga?"

"Ga tahu."

"Suruh dia datang, biar dia liat. Dia jadi tahu kamu punya aku dan ga boleh di ganggu-ganggu."

"Iya.." Jawab Tiara. Kali ini Tiara yang jawab singkat. Jay memandangnya kali ini.

"Apa aku salah?" Jay bertanya kali ini.

"Aku tuh cape bang kalo kita berantem terus. Lama-lama debat tuh cape bang."

"Aku kan bilang ga suka kalo kamu deket-deket cowok yang udah jelas-jelas mantan kamu. Yang namanya mantan kan pernah disayang."

"Ya aku kan juga udah jelasin bang baik-baik. Sampe aku bilang aku ngapain, aku kenapa gini aku kenapa gitu. Sekali-sekali coba deh ngertiin aku bang jangan over protektif gitu."

"Terus kenapa?apa aku ga boleh?apa kamu mau tinggalin aku lagi Tiara?" Jay langsung teringat dengan kejadian masa lalunya. Dia ingat betul alasan Tiara memutuskannya dulu meskipun tak seratus persen karena hal itu.

***To Be Continue

Next chapter