webnovel

Ingin bercinta

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.

"Kok ngomongnya gitu sih?" Kiran dengan nada heran.

"Ya..itukan cuman harapan."

"Soal Bas?"

"Engga, aku ga ngomongin dia."

"Ayo jujur, jangan bohong bikin sebel ya.." Kiran segera membenarkan posisinya menghadap Kay.

"Iya aku cemburu. Aku ga suka dia dekat-dekat kamu."

"Kita cuman temen, lagian ga mungkin, gila aja si Bas deketin istri orang mana lagi hamil gini."

"Ya kan ga ada yang tahu. Kamu hamil aja makin cantik apalagi engga."

"Kay...aku sama Bas it..."

"Iya aku percaya."

"Aku ga suka ya kamu potong-potong lagi ngomong."

"Iya apa?"

"Aku sama Bas temen, rekan kerja, dia bos dan aku karyawannya."

"Kalo kamu pingin, aku bisa beli tahu perusahaan dia. kamu bisa kerja semau kamu."

"Beda rasanya. Aku tahu keluarga kamu bisa buat segalanya, beli ini, itu, keluarga kamu pasti mampu tapi ini karir aku, aku ga mau ada ikut campur keluarga kamu, keluarga aku aja ga pernah ikut campur."

"Iya-iya, jangan marah gitu dong..."

"Awas ya kamu beli. Kasian tahu orang bikin usaha direbut gitu aja sama orang lain. Coba kamu pikirin kalo cafe kamu yang digituin."

"Dih marah-marah mulu sama bapak.."

"Habis kamu nyebelin."

"Iya-iya maaf dong sayang. Aku bakalan nurut sama kamu. Udah ga usah dibahas lagi." Kay segera menghentikan pembahasan mereka. Kiran kembali kedalam dekapan suaminya.

"Aku cuman sayang kamu kok." Tambah Kiran lagi.

"Iya aku tahu makannya aku percaya sama kamu."

"Nontonnya di kamar yuk supaya bisa baringan."

"Iya ayo.." Kay menekan tombol merah sehingga layar langsung menggelap. Mereka berjalan berdua ke kamarnya.

"Sekarang kamu udah ga ngidam lagi?"

"Iya, udah puas kemarin-kemarin." Kiran mencari remote tvnya lalu berbaring lagi.

"Kamu mau kemana?"

"Mau mandi..."

"Sini dulu temenin, masih gerahkan? jangan langsung mandi.." Kiran menarik lengan Kay seketika suaminya itu duduk diranjangnya.

"Besok ke dokter jam berapa?"

"Pagi aja yuk, kamunya bangun cepet.."

"Iya aku bangun pagi.."

"Awas ya susah bangun, aku pergi sendiri."

"Iya engga, buat istri aku disuruh apa juga mau." Kay mengusap-usap kening Kiran lalu mengecupnya sebentar.

"Ke Bali yuk.."

"Ngapain?" Kiran langsung menatap suaminya yang kini hanya berjarak beberapa centimeter saja dari wajahnya.

"Liat rumah aku, udah lama aku ga kesana. Aku juga belum pernah ngajak kamu kesana."

"Aku cuman ijin dua hari, nanti lagi ya."

"Kita belum honeymoon."

"Ga bisa sayang, nanti ya..."

"Aku mumpung seminggu disini. Please..."

"Maaf ga bisa..." Jawaban Kiran membuat Kay menarik nafas dan menjauh.

"Oke."

"Maaf jangan marah..."

"Engga, aku marah.."

"Liat sini dong kalo ga marah."

"Kan lagi nonton tv."

"BT nih.." Kiran menarik-narik lengan Kay namun dia hanya menatap layar kaca.

"Yang...sayang..." Panggil Kiran.

"Hem.." Jawab Kay.

"Udah jangan ngambek, honyemoon disini aja." Tangan Kiran dengan nakal meraih sesuatu di tengah celana Kay. Sesuatu yang panjang namun masih menciut.

"Apa sih tangannya..." Kay senyum-senyum.

"Enak ga?"

"Engga."

"Mana sini, jangan jauh gitu kalo mau enak.." Kiran menarik lagi membuat Kay menurut dan memperbaiki posisi duduknya sementara Kiran menaikkan sedikit kepalanya. Kiran perlahan membuka pengait kancing celana Kay beserta resletingnya. Sesuatu belum terlihat disana hingga dia menarik paksa sesuatu yang sudah lama tak dia sentuh keluar. Awalnya Kiran hanya menaik turunkan tangannya saja mencoba membuat milik suaminya itu tegang terlebih dahulu. Selan beberapa saat barulah dia mau mengulum dengan mulutnya. Kay mendesah saat kehangatan itu datang. Dia tak mengerti lagi. Mengapa dirinya yang sempat kesal mampu diluluhkan hanya dengan kenikmatan ini.

"Kamu goda-godain aku.." Kay menarik pelan Dagu Kiran sampai terdengar punya karena Kiran baru melepas paksa kulumannya.

"Udah jangan BT.."

"Aku kunci pintu dulu..." Kay segera berdiri dan melepaskan celananya dengan benar termasuk bajunya tadi. Kini dia berjalan menuju pintu dan menguncinya dengan sekali putaran. Dia berjalan lagi kearah ranjangnya. Meraih remote dan menekan tombol volume agar meredam suara mereka nanti. Dia tak mau kejadian dirumah Kenan terulang kembali. Selesai itu dia menarik lembut celana Kiran dan entah kenapa terasa mudah sekali. Setelah berhasil terlepas dirinya naik keatas ranjang membantu membukakan baju Kiran tadi setelah itu baru penutup 2 gunung kembar itu dia lepaskan.

"Makin gede..." Kay berkomentar dengan bentukan payudara Kiran yang sudah terlihat berubah. Tidak butuh waktu lama dja menyuruh Kiran duduk dipangkuannya sementara dia akan melahap 2 benda padat dan kenyal itu dengan rakus. Kay menyusu selayaknya bayi. Menghisap-hisap padahal tak pernah keluar apapun disana. jari jemari Kiran menarik rambut belakang suaminya seakan menahan kenikmatan yang ada. Setelah itu dia mencium bibir suaminya saat Kay menatapnya dengan penuh gairah. Perlahan tapi pasti Kiran mendorong suaminya untuk berbaring.

"Ambil bantal satu sayang.." Pinta Kay membuat Kiran menurut. Tidak segera mengganjal kepalanya dengan bantal itu dan setelah selesai dia bisa merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti kenjantananya. Akhirnya dia bersarang ditempat yang seharusnya. Bagi wanita hamil ini adalah posisi teraman. Dari atas sang wanita dan mengontrol apa yang membuatnya nyaman. Kiran memaju mundurkan badannya dengan kedua tangan diperut Kay sehingga mengampit dua gunung kesukaan suaminya. Desahan itu mulai terdengar entah itu dari mulut Kay atau dari Kiran yang jelas Kay sudah berusaha meredamnya dengan suara tv. Selang beberapa menit Kay meminta Kiran berbaring sambil menghadap ke samping, sementara suaminya itu berada di belakangnya. Tidak lupa Kay menggunakan bantal di bawah paha untuk membantu Kiran menahan beban yang semakin berat seiring bertambahnya usia kehamilan. Dia mulai memaju mundurkan pinggulnya sambil sesekali menciumi pundak istrinya.

"Ahh..." Desah Kiran saat terus melakukan pergerakan yang membuat kenikmatan itu. Sebenarnya bagi Kay ini serba salah, dia tak mau terlalu cepat karena takut mengguncang perut Kiran tapi kalau tidak sepeti itu ada yang kurang. Kay melepaskan lagi miliknya lalu membuat Kiran telentang dan segera mengambil bantal lainnya untuk menahan pinggul sang istri. Setelah posisi itu benar dan Kiran tak ada protes dia mulai melakukan penetrasi lagi. Kay paling suka dengan gaya ini karena dia memandang wajah Kiran yang membuatnya semakin bernafsu.

"Ahh...hhh..." Kay sedikit mumbungkuk lalu mencium bibir Kiran. Istrinya hanya menikmati itu bahkan dalam beberapa menit kemudian dia merasakan sesuatu sudah keluar begitupun Kay yang segera mengeluarkan miliknya. Dia masih ingat untuk tak mengeluarkannya didalam karena hal itu bisa membuat kontraksi kecil pada perut Kiran. Seperti biasa Kay sangat menyukai mengeluarkannya tepat di depan payudara Kiran.

***To Be Continue

Next chapter