webnovel

4 Bulanan Kiran

"Makasih pak, hati-hati dijalan ya, saya udah kabarin mommy kok kalo saya udah sampe."

"Iya den..." Jawab pak Kahar dan pergi. Kay berjalan menuju pagar rumah mertuanya itu. Disana sang satpam yang menjaga langsung membukakan pagar. Kay segera menelpon Rafi untuk membukakan pintu rumah.

"Maaf ya ganggu malem-malem."

"Iya kak ga papa.."

"Udah pada tidur?"

"Udah kak."

"Ya udah kamu tidur lagi, makasih." Ucap Kay yang tidak lama berpisah dengan Rafi. Dia perlahan membuka kamar Kiran. Disana istrinya terlihat sudah tertidur. Tampaknya dia mencari posisi yang nyaman untuk tidur karena dapat Kay lihat guling panjang terlihat dibelakang punggung Kiran sementara didepannya dia memeluk bantal. Kay menyimpan kopernya disudut lemari lalu segera membersihkan diri ke kamar mandi. Sehabis menggosok gigi dan mencuci mukanya dengan bersih. Dia menarik kaos yang dikenakannya tadi dan mengambil celana tidur pendek di lemari. Setelah semuanya dirasa beres perlahan Kay menarik guling panjang tadi dan menggantikannya dengan dirinya. Kakinya perlahan masuk kedalam selimut sementara tangannya sekarang dia letakkan diperut istrinya seakan memeluk. Tahu ada seseorang Kiran sedikit terbangun.

"Kamu udah sampe..." Kiran dengan suara kecilnya dan menyentuh tangan Kay yang ada di perutnya untuk memastikan pelukan itu berasal dari suaminya.

"Maaf jadi kebangun. Tidur lagi sayang..."

"Siapa yang bukain pintu?"

"Tadi Rafi bangun."

"Kok ga telepon aku?."

"Aku tahu kamu pasti tidur." Kay mencium punuk istrinya itu. Tidak lama Kiran membalikkan badannya.

"Kamu susah tidur sayang?"

"Aku pegel aja.."

"Ya udah sini, tidur lagi..."

"Ini kamukan?aku ga lagi mimpi?" Kiran menyentuh pipi suaminya.

"Iya ini aku, aku seminggu disini sayang." Kay meraih tangan Kiran dan menciumnya sementara Kiran perlahan mendekati wajahnya dan mencium bibirnya. Mungkin dia ingin lebih memastikan bahwa benar suaminya itu sudah pulang. Kay menerimanya dengan senang hati. Dia bahkan kini mencari posisi yang tepat agar Kiran merasa nyaman. Akhirnya setelah sekian lama dia bisa mencium istrinya lagi. Mereka saling melumat bertukar saliva dan tak lupa sedikit variasi dengan menambah tarikan pada lidah. Kay begitu harum malam ini. Wanginya begitu khas dan Kiran suka. Tak ada lagi mual seperti di awal kehamilannya. Badan tegapnya pun begitu terasa saat tangan Kiran memegangi otot-otot lengan suaminya yang selalu polos saat akan tidur.

"Iya ini kamu..."

"Kamu ga papakan?dedenya sehat?"

"Aku ga papa, dedenya juga aman." Kiran menarik dirinya untuk bersandar di dada suaminya. Lalu tidur dengan nyaman disana. Kay merangkul bahu Kiran dan memeluknya.

"Aku belum kedokter lagi, aku nunggu kamu. Aku pingin liat jenis kelaminnya bareng kamu."

"Iya sayang nanti aku temenin."

"Aku ijin 2 hari."

"Iya, sekarang ayo tidur.." Ucap Kay mengakhiri pembicaraan mereka dimalam itu. Dibanding posisi Kiran tadi mungkin ini lebih nyaman terasa. Dia bisa tidur dengan tenang sekarang. Tidak seperti malam-malam sebelumnya dimana hanya guling yang menjadi teman tidurnya kini ada sang suaminya lebih hangat daripada selimut yang menutupi badannya.

****

Sudah jam 10 pagi tapi Kay masih tertidur dengan pulas. Dia benar-benar lelah setelah penerbangannya kemarin. Kini hanya bantal dan guling yang paling mengerti dirinya. Acara 4 bulanan Kiran akan dilakukan di kediaman Arbi. Tampak rumah sudah sibuk dengan persiapannya. Banyak orang yang lalu lalang membantu persiapan acara nanti sore. Arbi bahkan terlihat seperti sedang mengadakan hajat besar-besaran untuk pernikahan dibanding acara tasyakuran. Kiran terlihat sedang merawat dirinya dengan pijatan dari seseorang yang tentu saja khusus untuk memijat orang hamil. Belakangan Kiran memang merasa badannya tak enak tapi saat itu dia belum berani melakukan treatment apapun. Dia takut akan berpengaruh pada calon bayinya.

"Ran...Kay mana?"

"Masih tidur Bun mungkin masih cape.."

"Keluarganya mau datang jam berapa katanya?"

"Paling jam 2an Bun..."

"Habis dipijet jangan lupa mandi lagi ya.."

"Iya Bun.."

"Opa udah datang tuh sekalian nanti bangunin Kay. Ga enak sayang."

"Iya Bun, bentar lagi aku selesai kok.." Kiran membenarkan kimono yang dikenakannya. Dia melakukannya dengan pelan.

"Makasih ya bi, sebelum pulang temuin bunda aja dulu ya.."

"Iya neng.." Bibi tukang pijat itu menurut sementara Kiran segera naik menuju kamarnya. Dilihatnya Kay masih saja berbaring disana. Selimutnya sudah tak karuan. Dengan posisi tengkurap Kiran bisa melihat punggung kekar sang suami. Kay benar-benar seperti kebo sekarang.

"Kay...Kay..." Kiran duduk disampingnya sambil mengguncang pelan tubuhnya namun Kay masih saja tertidur.

"Kay..." Panggil Kiran lagi dan kali ini ada respon pergerakan tangannya.

"Hem.." Kay hanya bergumam.

"Bangun. Ada opa udah datang. Ayo...."

"Bentar lagi.."

"Udah mau jam 11 nih, tahu-tahu Dzuhur loh.."

"Ya udah Dzuhur aku bangun sayang..."

"Ih...ayo...." Kiran menarik-narik tangan Kay namun suaminya itu masih diam dan mana kuat dia menarik suaminya itu.

"Aku masih ngantuk deh beneran. Kasih waktu bentar lagi ya.."

"Orang-orang udah pada sibuk dibawah. Ga enak sama ayah.."

"Hem.." Kay tak terlalu menggubris ucapan Kiran. Dia masih memejamkan matanya bahkan menarik bantalnya.

"Ah...aw....perut aku.."

"Kenapa sayang?" Kay segera bangkit saat mendengar teriakan Kiran tadi. Dilihatnya Kiran berdiri disamping ranjangnya dan tampak baik-baik saja.

"Aku gitu aja baru bangun."

"Ish...Kirain beneran, jangan dimainin Ran kalo yang kaya gitu.."

"Habis kamu susah banget bangunnya."

"Iya-iya ini aku bangun.." Kay segera melipat selimut dan membereskan tempat tidurnya.

"Kamu belum mandi?"

"Udah.."

"Terus?kenapa tampilannya gitu?"

"Aku baru selesai pijetan."

"Enak nih dipijet.."

"Iya, badan aku udah ga pegel lagi." Kiran sambil mengeluarkan baju yang akan dikenakan dirinya dan Kay. Baju bernuansa kuning Mustard itu kini dia letakkan di atas kasur.

"Sayang makin cantik aja, makin seksi..." Kay kini berjalan menghampiri istrinya yang masih sibuk memilih kerudung yang akan dikenakannya.

"Makin gede kali, makin gendut."

"Iya namanya juga hamil ya pasti gitu tapi aku makin suka.."

"Mandi dulu cepet.."

"Giliran jauh aja bilang kangen, aku disini dijauhin terus. Kenapa sih?"

"Bukan gitu, kamu kan belum mandi bau keringet. Hidung aku sejak hamil tuh sensitif banget, bawaan dede loh ini.."

"Masa?coba aku tanya dedenya..." Kay lalu membungkuk untuk melihat perut istrinya.

"De..masa ga mau deket ayah sayang..." Ucap Kay lalu mencium perut istrinya.

"Mandi..yang bersih.." Kiran membenarkan rambut Kay yang berantakan dibawahnya.

"Iya sayang. Itu bajunya digantung aja ya, jangan disitu. Aku ga suka liatnya nanti kusut lagi."

"Iya aku pindahin." Kiran segera menggantung bajunya karena jelas Kay merasa itu terlihat berantakan. Semalam bahkan Kiran sengaja meminta bibi untuk membereskan kamarnya takut-takut Kay tak nyaman dengan situasinya. Apa yang bagi dia rapi belum tentu dimata Kay seperti itu.

***To Be Continue

Next chapter