webnovel

Rumah Kenan

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.

"Ayo lakuin itu sebelum kamu pergi." Ajak Kiran. Kay diam. Dia masih ingat nasihat ayahnya kemarin. Apa ini baik?apa ini aman?. Itulah yang ada dipikirannya padahal birahinya sudah jelas datang menyapa. Kay mengelus pipi Kiran dengan lembut.

"Kita nonton drama aja ya sambil ngemil-ngemil. Aku ambilin.." Kay dengan senyumannya lalu segera berjalan pergi membuka kamar pintunya.

"Kenapa sih dia?giliran udah nikah malah ga mau.." Kiran melipat kedua tangannya. Dia segera mencari remote tv. Ditekannya tombol berwarna merah yang membuat tv menampilkan sebuah tayangan. Kiran segera mencari drama Korea kesukaannya sambil beranjak naik lagi keatas tempat tidur. Tidak lama Kay datang dengan beberapa toples cemilan di tangannya.

"Kita nonton dikursi aja, kalo kamu makan kena tempat tidur nanti sisa-sisa makananya ada disana bikin banyak semut, tidur gatel loh.."

"Aku ga bisa baringan.."

"Bisa sayang, ga tahu ya ini sofa bed.." Kay segera membukakan sofa yang terletak tak jauh dari tempat dia berdiri. Sofa itu berwarna coklat gelap itu. Kini Kay menunjukkan fungsinya membuat Kiran senyum-senyum.

"Kalo disini boleh kamu sambil makan tapi kalo di ranjang aku ga suka sayang..." Kay dengan telaten menyiapkan tempat untuk Kiran. Kini istrinya itu duduk bersandar disana sementara Kay mencari selimut lain di lemarinya.

"Kalo kaya gini caranya, kamu yang keliatan istri dibanding aku." Kiran membuat Kay tersenyum kecil. Kay mulai memakaikan selimut sampai sepaha mereka.

"Aku ini hamil bukan sakit."

"Takut dingin kamu seneng banget pake celana pendek, AC nya matiin?"

"Jangan, udah gini aja." Kiran membuat Kay diam kali ini. Dia mulai menonton sebuah drama Korea yang menceritakan tentang seorang pria yang bekerja disalah satu bangsal psikiatris yang kemudian bertemu dengan penulis buku anak-anak yang cantik nan menawan namun memiliki gangguan kepribadian anti sosial. Kay tampak seurius menonton dan mengikuti alur cerita karena baginya itu sangat menarik bahkan dia seperti mengalaminya sendiri. Dia jugakan memiliki kembaran yang memiliki kelainan jadi dia tahu bagaimana rasanya menjadi pemeran tokoh pria yang ada disana. Kiran sesekali melihat kearah Kay sambil memikirkan penolakan yang dibuat Kay tadi. Tega sekali dia membuat dirinya malu. Dengan mata kedepan dirinya memindahkan kaki agar berada disela-sela kaki suaminya. Setelah itu itu dia meletakkan cemilannya dan memilih merangkul manja lengan Kay sambil menyandarkan kepalanya di bahu.

"Biasanya buka baju..."

"Kan belum mau tidur, ini masih siang."

"Oh...." Kiran lalu mengelus-elus tangan Kay membuatnya geli. Seketika bulu romanya berdiri.

"Apa kamu nyesel kita nikah?"

"Engga, aku ga nyesel nikah sama kamu, yang aku nyesel tuh kenapa harus nikah dengan cara ini."

"Ya udahlah sekarang udah berlalu."

"Kamu nyesel hamil?"

"Engga, aku seneng."

"Aku ga pernah bisa berhenti mikir gara-gara aku bikin kamu hamil. Mimpi kamu, kerjaan kamu jadi...."

"Sstt....aku ga mau bahas itu." Kiran segera memotong pembicaraan Kay. Dia sendiri sebenarnya masih kepikiran tentang pengunduran dirinya nanti. Dibanding memikirkan hal yang membuatnya sedih Kiran lebih baik menggoda Kay. Dengan jahil dia memegang kejantanannya suaminya itu.

"Kenapa sih ga keras-keras?"

"Belumlah, ada prosesnya. Ran..." Kay ingin menolak tapi jelas ini hal yang tak bisa dia acuhkan sekarang karena sesuatu dibawah sana nyatanya sudah menegang.

"Pelan aja..."

"Aku pingin tapi..." Kalimatnya tak dia tuntaskan karena Kiran menyerbu bibirnya dengan cepat lalu naik ke pangkuan Kay.

"Sayang... hati-hati..." Kay memegangi pinggang Kiran.

"Aku tahu kamu pingin.."

"Kasih waktu aku sebentar boleh?"

"Mau ngapain?"

"Aku searching dulu bentar.." Kay mencari handphonenya diatas yang sempat dia letakkan dipinggir dan segera mencari sesuatu yang berhubungan dengan bercinta diawal kehamilan sementara Kiran sudah menggoda-goda terus dirinya dengan menciumi leher Kay bahkan tanpa ragu Kiran menarik kaos tipis miliknya membuat pandangan Kay sempat teralihkan. Kay menelan ludahnya sendiri, jelas dia menginginkannya. Jari jemari yang semula sibuk menggenggam handphone kini segera menyimpan benda itu sembarang.

"Kamu tahu ga? aku diawal kehamilan seneng...banget liat kamu, kayanya sikembar pingin deket bapaknya." Kiran membuat Kay tersenyum.

"Aku sayang kamu Ran..." Kay langsung mencium bibir Kiran. Melumat bibir yang terus menggodanya sedari tadi. Apalagi depannya kini terpampang buah dada yang begitu menantang minta dibelai. Ciuman Kay beralih ke pipi, leher lalu area sekita payudara istrinya. Kedua tangannya kini sibuk melepaskan pengait dibelakang punggung Kiran dan ketika itu berhasil terlepas Kay segera melahap sesuatu yang kenyal, padat dan nikmat itu. Diantara tubuh Kiran hanya bagian ini yang paling dia suka.

"Hhhmmm...." Kiran mendesah kecil saat mulut Kay menghisap puncak payudaranya. Kay tentu memberitanda merah keunguan disana dan setelah itu dia membaringkan Kiran dengan perlahan.

"Kalo ada yang bikin ga nyaman kasih tahu aku.." Kay dengan manis lalu menarik celana istrinya. Terlihatlah lubang kenikmatan yang sempat membuatnya lupa diri. Dia hanya mencium area kesukaannya itu dan segera melepaskan celana miliknya. Tampak kejantanannya sudah mengeras dan tegak berdiri. Dia mencium perut istrinya terlebih dahulu.

"Mudah-mudahan dedenya aman..." Kay kini mengelus perut Kiran.

"Sekarang sayangnya sama bayinya dibanding aku."

"Gimana?" Kay mengerutkan dahinya. Ada kecemburuan di mata Kiran. Dia segera menampakkan wajahnya diatas sana.

"Aku sayang dua-duanya. Aku ga mau anak aku nyusahin kamu. Belakangan kamu susah makan sayang. Kamu mual, muntah, pusing gara-gara anak aku di dalem."

"Ini anak kita aku ga papa.." Kiran tak keberatan dengan kesusahan yang dialami selama kehamilan ini. Kay mencium kening Kiran lalu beralih ke bibirnya. Bibir menggoda itu benar-benar membuat Kay dimabuk kepayang. Sambil terus melumatnya. Kay membimbing kejantanannya itu untuk masuk. Mendorong dengan perlahan seakan ini pertama kali merek melakukan hubungan intim.

"Mmhm..." Suara Kiran disela-sela ciuman mereka. Perlahan Kay menggerakkan pinggulnya maju dan mundur. Kaki Kiran dia tarik sedikit untuk lebih terangkat sementara peraduan mereka semakin lama semakin basah. Suara kenikmatan itu terus terdengar seisi kamar Kay. Ini jauh lebih nikmat terasa. Seharusnya Kay memilih menikahi Kiran dulu dibanding melakukannya. Tak ada lagi rasa ketakutan apapun. Kiran sudah sah menjadi istrinya. Mereka bebas melakukan apapun. Suara kenikmatan itu ternyata sampai di telinga Jay yang baru saja melintas didepan kamar kembarannya itu. Kini dia menghentikan langkahnya sejenak dan mendengarkan dengan seksama suara-suara yang masuk kedalam telinganya. Jay mencoba meyakinkan bahwa suara itu bersumber dari kamar Kay. Ya...itu jelas suara Ran. Pikir Jay dalam hatinya.

"Kenapa Ran harus begitu?apa terjadi sesuatu?" Jay penasaran tapi dia bingung harus bagaimana. Dengan cepat dia menghadap ke orang tuanya dibawah.

"Mom, mommy kayanya harus ngecek kamar Kay deh."

***To be continue

Next chapter