"Disana dad, neneknya duduk." Ucapan Kris membuat horor dirumah mereka. Kenan dan Jesica saling menatap begitupun Jay tak mengerti apa yang dibicarakan Kris karena dia tak melihat siapapun terlebih lagi diruangan itu hanya ada mereka berempat.
"Udah ga usah diliatin, ada Daddy..." Ucap Kenan yang mulai mengerti kenapa Kris sulit untuk tidur sendiri. Sepertinya dia memiliki anugerah lain yang belum siap dia terima waktu itu. Pantas saja Kris selalu menangis tanpa sebab yang jelas sambil menenggelamkan wajahnya di pundaknya atau ibunya seakan ingin bersembunyi.
"Wajahnya kaya itu dad..." Kris berbicara lagi menunjukkan kearah deretan foto keluarga mereka. Kenan tersenyum.
"Berarti Kris ga perlu takut, itu oma sama opanya Kris.." Kenan mengelus rambut anaknya.
"Sini duduk sama mommy.." Jesica lalu mengangkat badan Kris dan memegangi gelasnya.
"Doain aja.." Kenan duduk disamping istrinya dan mengecup puncak kepalanya. Dia tau mungkin Jesica bisa teringat lagi tentang alm. kedua orang tuanya.
"Dad..aku ke atas aja.."
"Jangan-jangan disini dulu aja bang..." Kenan segera mencegah.
"Habis Kris ngomongnya tentang hantu..."
"Udah duduk sini aja bang sama mommy.." Jesica ikut mencegah Jay.
"Ga nyangka Daddy punya anak spesial lagi. Kris gedenya pasti ga penakut.." Kenan terus mengusap rambut Kris penuh kasih sayang. Kini anak itu seperti mengantuk. Dia mengambil posisi seperti bayi dengan kepala berada dilengan sang ibu. Kenan dengan sigap memegangi gelas susu Kris yang sudah habis.
"Udah cape ya main terus? lari-lari terus..."
"Klis Bobo, mommy jangan tinggalin."
"Tinggalin kemana?ngarang nih.." Jesica menepuk pelan pantat si kecil. Sepertinya Kris benar-benar mengantuk karena baru hitungan menit matanya sudah terpejam.
"Bang, udah selesai kuliah mau gimana?"
"Lanjutkan kata Daddy.."
"Daddy ga maksa kalo udah cape ya udah, selesai aja cukup S2."
"Aku ga cape..."
"Yakin?"
"Iya dad, aku bakalan lanjut aja.."
"Ya udah gimana Abang aja."
"Anak mommy emang pinter.."
"Kalo udah selesai kuliah aku ngapain?aku harus kerja?aku bingung."
"Abang bisa bantu kakak di SC."
"Orang-orang di SC taunya aku gila.."
"Eh kata siapa?engga kok.."
"Masa mereka mau dipimpin orang kaya aku."
"Sayang, tunjukkin aja ke mereka kamu ga gitu."
"Iya bang, bikin mereka malu kalo ada yang berani ngata-ngatain lagi biar kakak pecat. Masih untung dikasih kerjaan ini malah ngatain bos."
"Aku ga mau..."
"Abang maunya gimana?"
"Aku mau sekolah aja terus."
"Sampai kapan bang?anak Istrinya ga akan dikasih makan?" Jesica heran dengan pilihan Jay.
"Kan dijamin sama Daddy.."
"Kok Daddy?"
"Ran aja sama anaknya dijamin Daddy masa aku engga."
"Mulai ya Abang sirik-sirikkan..."
"Aku ga sirik tapi Daddy harus adil."
"Bang, SC itu ga semenakutkan yang ada dikepala abang. Abang bisa ngadepin orang-orang kaya gitu. Mereka cuman sirik aja. Daddy yakin Abang bisa diterima di SC. Besok-besok cobain dulu main ke SC."
"Mommy bilang aku boleh kerja di perusahaan mommy."
"Iya boleh siapa yang bilang engga. Mommy dari dulu juga gimana anak-anak. Mau kerja di Daddy mau kerja di mommy ya silahkan aja."
"Mana yang gajinya lebih gede?." Pertanyaan Jay disambut tawa kecil oleh Kenan.
"Udah nawar-nawar gaji emang abang mau ngasih apa buat perusahaan?"
"Kok pertanyaan Daddy gitu?"
"Eh bang, kalo wawancara pasti ada pertanyaan gitu."
"Aku harus ikutan yang gitu dad?"
"Engga kok, Daddy cuman nanya aja. Abang kan anak Daddy mau masuk ya masuk aja."
"Gimana nanti aja. Aku bingung."
"Ya udah untuk sekarang Abang sekolah aja yang bener."
"Dad...aku lamar Tiara boleh?"
"Lamar?Abang pingin nikah kaya Kay?"
"Engga, aku pingin ngajakin dia tunangan. Apa boleh?supaya orang-orang ga gangguin."
"Duh ampun bucinnya..."
"Boleh dad?aku janji ga akan macem-macem. Aku cuman pingin Daddy lamarin Tiara ke om Fahri buat aku."
"Tanya mommy boleh ga?"
"Boleh ga mom?"
"Besanan sama Dena ga kebayang deh Mas." Canda Jesica.
"Mom..boleh dong mom..."
"Janji ya bang, bukan berarti mommy ngejelekkin Kay, engga. Mommy cuman ga mau kejadian kaya Kay keulang juga di Abang. Bukan masalah malunya sayang tapi dosanya."
"Janji mom. Aku ga bakalan gitu. Tiara selalu berharap hubungan aku sama dia tuh seurius. Aku juga gitu. Aku cuman pingin bikin harapan itu nyata. Seengaknya Tiara jadi ga sembarangan kalo ngomong putus. Dia ga boleh sama orang lain."
"Ya ampun gitu banget.."
"Daddy, aku cuman sayang sama cinta pertama aku dan aku bakalan nikahin dia."
"Uuu...so sweet. Ga malu apa bang bilang di depan orang tua?" Ledek Kenan.
"Engga, kan Daddy tahu aku sukanya gimana. Jadi boleh ga mom?"
"Abang udah yakin?udah mikir mateng-mateng soal ini?"
"Udah mom. Waktu pernikahan Kay kemarin Tiara bilang bagus, dia pingin tapikan aku masih sekolah."
"Wah udah ngasih kode nih Tiara." Kenan semakin memanasi.
"Aku pingin dia yakin, dia tahu aku juga seurius. Aku ga mau dia beranggapan hubungan kita main-main. Temen-temen dia tuh waktu lulus S1 banyak yang nikah mom, sejak itu Tiara selalu bilang kalo temen-temennya beruntung dapet cowok yang langsung serius. Aku bukannya ga mau. Pertama aku masih sekolah, kedua aku belum kerja dan ketiga aku ga tahu nikah itu gimana."
"Nikah itu enak Bang..." Kenan sambil mengacungkan jempolnya.
"Apa nikah cuman hidup serumah aja?apa nikah bisa langsung punya anak?kakak engga."
"Bang ga boleh gitu sama kakak."
"Iya mom maaf..."
"Nikah itu nambah tanggung jawab, emang enak tapi ga semudah itu makannya harus dipikir baik-baik. Sekarang tujuan Abang ngajak Tiara tunangan buat pembuktian aja?"
"Ya...karena aku juga sayang mom sama dia."
"Kalo Tiara nolak gimana?Abang udah pikirin soal itu?"
"Kok mommy ngomong gitu?"
"Bukan ngedoain tapi kita itu harus punya persiapan bang jangan mikir yang indah-indah mulu. Tiara juga kuliahnya masih panjang bang. Mungkin bukan nolak tapi nunda aja.."
"Ya aku ga papa, asal Tiara ga mutusin aku."
"Udahlah sayang kasian, ijinin aja.."
"Harus hati-hati dong Mas."
"Kita kenal juga orang tuanya, anaknya juga baik, cantik, pinter lagi dan yang paling utama nerima Jay apa adanya."
"Iya mom cuman Tiara yang bisa ngertiin aku."
"Iya Abang ngomong gitu karena lagi cinta-cintanya aja bang.."
"Mom, aku janji semua syarat yang mommy bilang ga akan aku langgar."
"Duh pegel tangan mommy.."
"Kris tidurin disini aja dulu sayang..." Kenan mencoba memindahkan Kris dengan perlahan dan setelah anaknya berpindah Jesica mulai melakukan peregangan pada tangannya. Rasanya pegal sekali.
"Mommy...boleh ya mom, lamarin Tiara buat aku ke Tante Dena..." Jay merengek lagi. Dia terus membujuk ibunya itu sementara Jesica masih berpikir.
***To Be Continue