webnovel

Favorite Girl 3

Jay mulai mencoba setiap cemilan yang dibawakan Dena tadi bahkan sejak tadi mulutnya tak henti bergerak untuk mengunyah makanannya sementara sang kekasih Tiara masih membaca setiap Diary Jay yang menceritakan tentang dirinya. Ini menarik.

"Abang lucu banget nulis ini."

"Lucu?harusnya kamu bilang romantis."

"Ketimbang kata-kata romantis banyak lawakannya disini, kayanya Abang cocok deh jadi penulis buku."

"Jangan, tulisan aku buat kamu aja."

"Abang lapar?mau makan?" Tiara yang sedaritadi membaca diam-diam memperhatikan tingkah Jay.

"Iya, aku belum makan daritadi. Aku tadinya mau ngajak kamu dinner, aku bahkan udah resevasi tapi...aku nyaman disini. Aku seneng kamu duduk-duduk disamping aku."

"Ih..kenapa ga bilang?sayangkan udah reservasi." Tiara langsung terlonjak dan menepuk paha Jay.

"Ga papa, kita disini aja."

"Abang gitu deh kalo ngomong suka telat. Aku ga suka."

"Eh jangan marah, atau...kamu lapar juga?mau kita makan?"

"Ini bukan masalah aku lapar. Kalo ada rencana diomongin gitu bang."

"Iya maaf..."

"Ih gemes...jangan cemberut gitu dong." Tiara mencubit pipi Jay karena melihat kekasihnya langsung terdiam dan murung seperti habis dimarahi orang tuanya.

"Aku ambilin Abang makan ya, mau?"

"Ga usah ga papa.."

"Nanti perut Abang sakit, ayo kebawah aja pilih mau makan sama apa." Tiara berdiri dan menarik tangan Jay. Menuntunnya kebawah menuju dapur. Jay duduk dimeja makan sementara Tiara langsung membuka semua makanan yang ada termasuk membawakan piring untuk Jay.

"Mau maka disini atau diatas?"

"Diatas boleh?"

"Boleh aja, nanti kita bawa keatas." Tiara mengambil nampan agar mempermudah mereka membawa makanannya. Kini mereka segera mengambil nasi dan lauk pauknya, tak lupa minuman juga mereka bawa setelah itu mereka naik lagi keatas. Dena dan Fahri hanya memperhatikan saja apa yang Tiara dan Jay lakukan. Tiara membereskan mejanya lalu meletakkab semua makanan yang mereka bawa. Mereka memilih untuk duduk dibawah karpet agar memudahkan mereka untuk makan.

"Ah..aku punya ide.." Seru Tiara senang.

"Apa?"

"Abang tunggu bentar.." Tiara bangkit lagi dan berjalan kebawah. Dia mencari sesuatu.

"Sayang, lagi makan ya?"

"Iya pah.."

"Ini sekalian bawa kue sana keatas lumayan buat pencuci mulut." Fahri membuka kulkasnya lalu meletakkan kue yang dia buat tadi siang disebuah piring.

"Ini pisaunya sayang.." Fahri meletakkan pisau disamping piringnya.

"Dipotong disini aja pah, biar langsung ambil." Ucap Tiara menyadari bahwa Jay tak suka ada benda tajam itu didekatnya. Fahri lupa. Dia pun memotong kue itu menjadi empat bagian. Toping cream diatasnya sedikit menempel pada pisau.

"Maaf papah lupa."

"Ga papa pah.."

"Kamu nyari apa sih sayang?"

"Udah ketemu kok. Aku keatas ya, makasih papah." Tiara mengecup pipi Fahri sebentar lalu segera berlari lagi keatas. Dengan lelah dia meletakkan kue terlebih dahulu lalu memadamkan lampunya.

"Kok dimatiin?nanti ga keliatan makannya."

"Kita kan mau dinner." Tiara langsung menyalakan lilin yang dia caritadi. Jay senang.

"Ayo makan, tadi papah bikin ini katanya makan aja buat dessert." Tiara sambil meraih sendok yang sempat dia tinggalkan tadi. Mereka pun mulai melakukan dinner yang Jay batalkan tadi.

"Aku lupa apa pernah aku ajak kamu kerumah aku yang di Jogja."

"Ga secara langsung, waktu itu Tante Sica bikin acara syukuran dirumah abangkan?"

"Oh iya lupa, tuhkan aku udah banyak lupanya. Aku harus banyak nulis."

"Bukan lupa mungkin banyak yang harus Abang inget dan itu terlewat."

"Iya sayang kelewat." Jay mengganti istilahnya sesuai dengan yang diucapkan Jay.

"Bang...nanti aku ada KKN, aku bakalan diem didesa yang udah ditentuin sama kampus."

"Dimana?"

"Di Maluku. Aku bakalan disana sekitar 2 bulanan. Desanya mungkin bakalan susah sinyal bang. Aku ga bisa setiap malem telpon tapi aku bakalan usahain kabarin. Aku juga harus kabarin mamah sama papah."

"Ah..aku ga suka ini."

"Bang..kalo aku ga gini aku ga bisa lulus. Abang seneng aku ga lulus?"

"Enggalah, tapi kenapa harus kedaerah yang begitu."

"Bang...kali ini ngerti ya, kan cuman 2 bulan." Tiara mencoba menjelaskan dengan perlahan sementara Jay masih fokus dengan makanannya.

"Bang.." Panggil Tiara lagi.

"Iya ga papa.." Jay mulai senyum sekarang. Dia paham bahwa dia tak boleh mengganggu kuliah Tiara. Kalau orang tuanya tahu mungkin dia akan kena tegur.

"Cuman sementara aja, itupun ga full 2 bulan cuman 50 harian."

"Kamu hati-hati disana.." Jay meraih tangan Tiara.

"Iya sayang."

"Jangan senyum-senyum gitu tambah cantik tahu.." Gombal lagi Jay membuat Tiara merona. Mereka melanjutkannya dinnernya sampai Fahri naik sambil menggendong Tara yang sudah tertidur.Kamar Tara memang tak jauh dari kamar kakaknya.

"Makan kok gelap-gelapan?"

"Kita lagi dinner pah."

"Ada-ada aja. Belum juga selesai makannya?"

"Kuenya kan banyak pah.."

"Habisin ya jangan sampe sisa, ga ada yang makan lagi."

"Iya om, nanti Jay habisin." Jay sambil mengacungkan jempolnya sementara Fahri kembali kebawah.

"Aku boleh duduk disitu ga?"

"Iya boleh." Tiara setuju. Jay langsung beranjak duduk disamping kekasihnya menikmati makanan penutup mereka yang manis.

"Abang yang habisin loh."

"Iya..aku habisin." Jay memotong lagi kuenya dengan sendok lalu memasukkan kedalam mulut.

"Kamu suka makanan apa?"

"Hm...apa ya?"

"Oh aku tahu. Burger. Kamu suka makanan itu."

"Iya bener. Aku kalo nonton Spongebob bisa sampe ngiler liat dia masak kraby patty."

"Aku juga bisa kaya Spongebob. Besok aku masakin."

"Hm..masa?"

"Seurius, besok kita belanja terus kerumah aku. Aku bikin dari roti-rotinya kalo perlu."

"Emang bisa?"

"Buat kamu aku pasti bisa." Jay bersikeras meskipun dia tak tahu bagaimana memasaknya. Itu urusan nanti yang penting Tiara senang.

"Aku pingin lakban mulut Abang supaya ga ngomong yang manis-manis terus."

"Tiara...aku pingin tahu sesuatu tapi aku bingung."

"Apa?" Tiara menarik sendoknya dari mulut sementara Jay membenarkan posisinya lalu duduk berhadapan dengan Tiara.

"Aku takut kamu marah."

"Bilang dulu apa, aku pasti ga marah."

"Apa ini ga papa bilang?kata kamu hal yang kaya gini harus lakuin."

"Abang mau cium?"

"Hm...aku bingung jelasinnya. Ini bukan cium yang selalu kita lakuin." Jay menggaruk kepalanya.

"Apa sih bang?"

"Hm..." Jay ragu lalu tidak lama dia malah mencium leher Tiara membuat kekasihnya terkejut.

"Bang..." Tiara mendorong Jay. Dia menatap mata Jay yang sama terkejutnya dengannya. Jay tak mengerti kenapa Tiara begitu. Apa Tiara marah dengannya?atau Jay salah melakukannya? yang jelas mereka kini hanya terdiam sementara tangan Tiara masih berada dimasing-masing pundak Jay. Lelaki itu kini menunduk malu. Sepertinya dia telah melakukan kesalahan.

***To be continue

Next chapter