webnovel

Titik terang

"Apa?gi..gimana Jay?" Kenan semakin terkejut saat Jay mengatakan nama ketiganya. Jesica langsung duduk di sofanya membiarkan Kris berlari-lari lagi disana.

"Coba jelasin ke mommy dicium maksud abang gimana?"

"Aku ga cium mereka mom, mereka yang cium aku duluan. Aku juga ga minta, mereka yang lakuin itu tanpa bilang-bilang."

"Abang dicium dimana?"

"Di pipi sini..." Jay menunjukkan pipi kanannya sambil menekan pelan.

"Kenapa mereka cium Abang?"

"Kalo Tiara karena mau bilang makasih, kalo Alyssa katanya karena aku jomblo, kalo mommy.."

"Iya...iya mommy tahu bagian mommy." Jesica segera memotong pembicaraannya.

"Wah..anak Daddy ada yang ngerebutin." Kenan senyum sendiri sambil memantau Kris takut-takut dia terjatuh.

"Abang sukanya sama siapa?"

"Hm..." Jay ragu sambil berpikir.

"Aku ga tahu mom.." Jay menggelengkan kepalanya.

"Bang jangan ngasih harapan sama cewek. Kasian loh anak orang. Nanti kalo mereka udah suka terus Abang ga suka, gimana?"

"Aku ngasih harapan apa?aku ga ngelakuin apapun."

"Eh bang, mommy kasih tahu ya. Cewek dibaikin dikit aja udah seneng apalagi dikasih perhatian makin baper gitu kalo kata Kay."

"Tapikan dibanding jahat mending baik sama semua orang mom."

"Iya, maksud mommy ada batasannya gitu loh. Waktu Abang pacaran sama Tiara, ga mungkin kan memperlakukan cewek lain sama kaya abang memperlakukan Tiara?pasti ada bedanya. Mommy ga mau ya ada yang nangis-nangis kesini gara-gara cintanya ditolak."

"Ih lebay mommy."

"Ini baru 2 loh Jay, bisa nambah lagi." Canda Kenan sambil menggendong Kris kali ini yang sudah lemas. Mungkin dia mengantuk.

"Mas ih jangan di goda-godain."

"Apa boleh aku jadi playboy kaya Kay mom?"

"Eh eh jangan. Yang bener-bener aja bang. Kasian anak orang dimainin. Mas ih ini anaknya dikasih tahu.."

"Abang jangan gitu. Abang Kay aja udah taubat berarti ga enak kan kaya gitu?mending Abang kalo suka udah satu aja. Kaya Daddy, sukanya mommy ya mommy aja."

"Iya engga, aku bercanda."

"Abang hati-hati ya kalo pacaran. Jangan macem-macem."

"Engga mommy. Dicium pipi aja aku bilang. Aku cuma pernah ciuman bibir sama Tiara..."

"Udah-udah jangan dilanjutin, mommy geli dengernya." Jesica memotong lagi pembicaraan Jay membuatnya Kenan senyum sendiri dengan kejujuran anaknya.

"Yuk masuk kamar yuk, Kris udah ngantuk nih..." Kenan mengayun-ayunkan anaknya yang hanya diam. Sepertinya Kris sudah tak berdaya ingin segera terlelap. Mereka pun masuk ke dalam kamarnya masing-masing.

"Kris sama mommy dulu, Daddy ada telepon." Kenan membaringkan anaknya ditempat tidur.

"Mas mau kemana?"

"Ada telepon dulu sayang bentar..." Kenan segera menjauh sekarang membuat Jesica terheran-heran.

- Halo.

- Malem bos, saya udah di depan.

- Ya udah bentar saya kebawah.

Kenan kembali keluar kamarnya lagi. Kakinya dengan cepat menuruni tangga. Seseorang yang mencarinya kini sedang mengobrol dengan satpam rumahnya.

"Cepet juga nyampe sini."

"Iya Bos bawa motor. Ini dokumennya bos.." Pria dengan tubuh kekar itu memberikan amplop berwarna coklat.

"Yakin ini udah semua?"

"Yakin bos, boleh di cek dulu aja."

"Oke, uangnya saya Transfer aja ya.." Kenan meraih handphonenya lagi dan melakukan pembayaran online atas jasa yang telah diberikannya.

"Makasih bos, kalo ada apa-apa langsung hubungin saya aja."

"Oke. Saya baca dulu ya."

"Siap bos. Saya pamit."

"Iya hati-hati dijalan." Kenan menepuk bahu kekarnya keras. Sambil membawa dokumen penting itu Kenan kembali naik ke kamarnya. Saat membuka pintu dia melihat Jesica masih mengeloni Krisan. Kini Kenan meraih kacamatanya sebelum duduk disofa. Tangannya mulai memutar tali map itu kemudian munculah map lain berwarna biru. Saat dibuka map biru itu menampakkan beberapa kertas yang berisikan narasi tentang seseorang. Selain kertas beberapa foto ada disana. Foto itu untuk mendukung narasi tadi. Kenan membacanya dengan seksama seolah itu adalah sebuah novel terlaris di toko buku. Dia menyusun foto terlebih dahulu sesuai dengan keterangan pada kertas itu. Setelah dirasa pas dia mulai membaca satu per satu.

"Muhammad ikhsan gumilar..." Kenan membaca salah satu identitas pria tua yang dari foto terlihat dengan perawakan tinggi kurus. Alisnya begitu tebal dengan mata yang menjorok kedalam bahkan jika dilihat-lihat wajahnya seperti aktor India yang sering Kenan lihat di tv-tv dengan peran antagonis. Dia membaca dengan seksama pekerjaan dari lelaki tua itu, silsilah keluarganya sampai dengan masa kecilnya. Tak ada satupun informasi yang Kenan lewatkan. Ternyata pria ini yang dulu memperlakukan Dariel dengan tak adil bahkan dengan kejam meninggalkannya. karakternya itu cocok dengan wajah garangnya. Dia seorang arsitektur sementara kedua orang tuanya dulu hanya seorang pedagang ayam dipasar. Dia memiliki 2 adik, yang satu laki-laki dan yang satu perempuan. Hidupnya waktu kecil memang tak begitu mudah bahkan terkesan pas-pasan namun siapa sangka ikhsan memiliki nasib yang mujur setelah mendapatkan proyek dari salah satu konglomerat di Indonesia. Hidupnya berubah drastis sehingga dia bisa menghidupi keluarganya dan akhirnya menikah. Dalam informasi itu ikhsan diketahui hanya memiliki 2 anak kandung bernama Jian Gumilar dan Nayla Gumilar sementara nama Dariel tak ada dalam kartu keluarganya. Justru nama Dariel tercantum sebagai anak dari pembantunya yang bernama Nani Sugiarti. Kenan membaca sekilas tentang wanita bernama Nani itu yang ternyata sudah meninggal dunia. Kenan jadi tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Dariel saat itu. Dia hidup dikeluarga yang tak mengakuinya sebagai keluarga justru orang lain yang bukan siapa-siapa mengurusnya dengan penuh kasih sayang. Kenan kembali beralih ke dokumen yang lain beserta foto yang menampakkan seorang wanita tua. Wanita dengan rambut panjang, kulit putih bersih serta mata yang bulat. Dapat Kenan tebak ini adalah ibu kandung Dariel. Karena seakan ada beberapa bagian yang sama persis dengan Dariel. Sepertinya kulit putih Dariel diwarisi dari ibunya. Jadi ini wanita yang sempat Dariel lihat dibandara dan yang membuatnya terhenti dijalanan hanya untuk memastikan ibunya benar-benar lewat dihadapannya. Kenan miris sendiri. Wajahnya terlihat sebagai wanita baik-baik tapi mengapa dia malah memperlakukan Dariel seperti itu. Memang benar jangan menilai orang hanya dari parasnya saja. Kenan ingin tahu bagaimana latar belakang dari ibu kandung Dariel. Jesica yang melihat suaminya begitu seurius sangat penasaran. Belum lagi tadi suaminya itu sempat mengangkat telepon dari orang yang Jesica tak tahu siapa lalu pergi keluar. Krisan anak bungsunya yang belum mau terlepas menyusu membuat Jesica tertahan di tempat tidur.

"Kris..bobo sayang..." Jesica mengusap pelan rambut Kris yang kini basah. Mungkin dia kepanasan. Matanya masih menatap ibunya seakan memberi tahu jika Jesica tak boleh pergi.

***To Be Continue

Next chapter