webnovel

Flasback Insiden Rendi

Kenan POV

Dari awal bertemu dengan Rendi sebenarnya aku sudah tak nyaman. Tanpa malu dia memeluk istri orang hanya untuk menyapanya harusnya dia sadar ada aku disana belum lagi saat duduk tiba-tiba dia duduk santai disamping Jesica padahal Jelas masih banyak kursi disana.

"Ngapain sih dia duduk disitu segala, kan masih banyak bangku kosong." Aku mulai protes saat Rendi sedang pergi memaksakan pesanan kami.

"Aku kan udah pindah Mas.."

"Kalo bukan Mas yang minta kamu ga akan pindah."

"Mas, ada Dinda sama James loh." Jesica dengan suara pelannya.

"Nih pesanannya." Rendi tak lama datang dengan pelayannya yang kemudian meletakkan mangkok ramen di depan kami. Sejujurnya meskipun secara tampilan menggiurkan tapi aku sudah kehilangan selera makannku.

"Nih ka, kamu kan dari dulu suka jamur crispy aku gorengin." Rendi menyodorkan semangkok makanan yang katanya Jesica suka padahal aku tak pernah tahu.

"Mas mau?"

"Engga." Aku langsung menyantap mie ku panas-panas.

"Dikit aja cobain ya, aku ga akan habis Mas.." Jesica mengambilkan jamurnya dan menyuapiku. Aku yakin Dinda tahu perubahan moodku sekarang karena dia juga tak banyak berkomentar tentang makan malam kita.

"Dinda temen dari Jakarta juga?" Rendi mencoba mengajak ngobrol Dinda.

"Iya, sebenarnya aku temennya Ken sama suamiku dulunya kerja bareng Ken jadi otomatis temenan sama Sica."

"Dinda ini punya cafe di Jakarta Ren, Deket kantor suami aku."

"Oh jadi lingkungan kerja."

"Kalo Ken kerjanya apa?" Rendi bertanya seolah aku ini pengangguran. James melirik kearah Dinda.

"Suamiku ini pengusaha Ren.."

"Usaha apa?makanan juga?"

"Pernah dengar Brand Seazon?" Aku mencoba mengingatkan pada setiap produk yang perusahaanku produksi.

"Oh iya, produknya banyak tuh. Kerja disana?" Perkataan Rendi seperti menghinaku.

"Aku pemiliknya." Aku singkat menjawab pertanyaan koki abal-abal ini. Wajahku seperti terbakar, bukan hanya kecemburuan tapi juga oleh kemarahan dari setiap ucapan Rendi sementara Jesica sedaritadi mengusap pelan pahaku dibawah seolah menyuruhku untuk sabar.

"Aku tinggal dulu ya bentar.." Rendi permisi dan aku memperhatikan kemana langkah kakinya pergi.

"Mas mau makan yang lain?"

"Engga.."

"Ken..tenang." Dinda berucap pelan.

"Mas ke air dulu ya sayang." Aku berdiri dan pergi menuju toilet. Aku yakin Rendi pasti ada apa-apa dengan Jesica. Aku mencuci tanganku selesai mengeluarkan urineku. Tepat disebelahku ada lelaki yang sangat aku benci saat ini.

"Heh, Jesica itu udah punya suami ga usah ganggu-ganggu lagi." Aku melihat dia dari pantulan cermin. Bibirnya kini menyunggingkan senyuman yang tak ramah.

"Kenapa?cemburu?" Rendi mengeringkan tangannya lalu menghadap kearahku.

"Aku ga pernah main-main ketika aku memperingatkan seseorang."

"Kamu itu cuman orang yang ga PD, kalo kamu yakin cuman kamu satu-satunya lelaki yang dicintai Sica kamu ga akan cemburu kaya gini. Kaya anak kecil." Rendi meledekku jelas aku naik pitam. Aku selesaikan acara cuci tanganku dan beralih menatapnya tajam.

"Aku dan Sica tuh udah menikah belasan tahun dan kamu bukan apa-apa."

"Asal kamu tahu aku dan Sica itu dulunya deket saling suka malah tapi ya...mungkin karena jarak dan aku harus studi keluar negeri kami pisah."

"Itu dulu!"

"Dan sekarang kita lagi bernostalgia, Sica bahkan meresponku, dan kamu tahu makanan yang dia makan sekarang adalah makanan kesukaanya yang selalu dia makan saat bersamaku, jadi apa salahnya?bolehkan aku pinjam istrimu sebentar?" Perkataannya kali ini tak dapat aku terima.

"Kalau bukan karena ditempatmu, aku sudah menghajarmu habis-habisan. Denger ya Sica itu bukan barang yang bisa dipinjam-pinjam. Dia istriku!" Aku langsung meninggalkan Rendi sebelum aku kehilangan kesabaran.

"Sakit perut Mas? kok lama?"

"Engga, tadi penuh." Aku mengambil botol minumanku dan meneguknya habis.

"Mas kenapa?"

"Ga papa."

"Ken apa ada yang salah?"

"Engga kok Din, panas aja disini." Aku mengibas-gibas tanganku sementara Jesica mulai mengambil tisu dan menghapus keringat yang ada di sekitar wajahku.

"Ga dilanjutin makannya Mas?"

"Engga, Mas kenyang. Kamu udah selesai?"

"Dikit lagi, aku pesen ini buat Mas, Mas suka octopus kan. Coba buka mulutnya."

"Mas kenyang sayang.."

"Satu aja.."

"Iya-iya.." Aku mulai mengunyah takoyaki yang diberikan Jesica bertepatan dengan Rendi yang kembali duduk.

"Ga sama anak kamu ka?"

"Lagi sibuk kuliah jadi sama suami aja sekalian honeymoon lagi." Jawaban Jesica membuatku sedikit senang untuk mengungkapkan bahwa kehidupan pernikahan kami begitu bahagia.

"Mau punya anak lagi?"

"Engga, anak aku aja udah 3, udah gede semua "

"Cowok semua?"

"Engga, ada 1 cewek."

"Pasti cantik kaya ibunya." Ucap Rendi yang lagi-lagi menggoda istriku. Rasanya ingin aku pukul mulutnya agar berhenti berbicara.

"Mas bayar dulu.." Aku segera mengambil tindakan agar kejadian ini tak berlangsung lama.

"Eh ga usah Kenan, ini gratis."

"Kenapa gratis?"

"Jarang-jarang aja Sica datang, jadi anggap aja penyambutan teman."

"Ya udah kita ke hotel yuk sayang.." Aku tanpa mengatakan terima kasih.

"Rendi makasih ya..." Dinda dan James berterima kasih.

"Sebelum pulang foto dulu dong." Rendi segera mengeluarkan ponselnya dan memanggil stafnya. Kini aku semakin dibuat kesal setengah mati karena Rendi yang akan berfoto berani-beraninya berdiri disamping Jesica dan tanpa canggung merangkul bahu istriku. Setelah beberapa saat aku menarik Jesica agar menjauh dari rangkulan Rendi.

"Minta nomer kamu ka, biar aku kirim fotonya."

"Kasih nomor Mas aja." Aku berbisik dan Jesica pun mulai mengejakan nomorku pada Rendi.

"Tuh udah aku kirim ya."

"Iya, nanti aku liat. Makasih ya kita duluan." Jesica berpamitan dan dengan sigap aku menariknya lagi agar Rendi tak lagi melakukan pelukan perpisahan kali ini. Kami berempat pun kembali ke hotel. Sepanjang perjalanan aku hanya diam mencoba fokus menyetir. Sejujurnya aku masih kesal dengan perkataannya tadi di toilet. Enak saja dia bilang pinjam Istri, emang Jesica itu barang apa, dasar kurang ajar tapi kenapa, kenapa Jesica ga bilang kalo pernah ada rasa suka pada Rendi?kenapa dia cuman bilang Rendi temannya?kenapa harus bohong?padahal selama ini semua hal tentang wanita yang aku suka dulu aku ceritakan kepadanya.

"Makasih Ken sampe ketemu besok."

"Iya sama-sama." Aku berpisah dengan Dinda dan James di lorong menuju kamar kami.

"Enak ga Mas?" Jesica mengaitkan tangannya di lenganku.

"Engga, Makanannya ga enak, tempatnya panas untung aja ga bayar kalo engga Mas rugi."

"Ish..kok gitu sih?"

"Pokoknya Mas ga mau lagi kesana termasuk kamu." Aku mulai mengeluarkan kartuku dan pintu pun terbuka.

"Iya Mas." Jesica berjalan masuk duluan sementara aku menutup pintu sambil membuka ponselku yang menampakkan foto yang dikirim Rendi. Sial!!apa-apaan sih ini, Foto aneh juga. Aku segera menekan icon tempat sampah di ponselku.

"Mas aku mandi dulu ya.." Ucap Jesica namun kali ini aku tak akan membiarkannya mandi.

****To be continue

Jangan lupa leave comment and vote ya :))

Keyatmacreators' thoughts
Next chapter