webnovel

Bunda Kiran

Untuk pertama kalinya Kay menginjakkan kaki dirumah Kiran. Rumahnya tampak asri karena banyak tanaman dan pohon di halaman depan. Belum lagi ada kolam ikan menambah kesejukan.

"Nih minumnya.."

"Ga usah repot-repot."

"Masa ga dikasih minum."

"Iya makasih."

"Mau makan sekalian?"

"Engga, nanti aja. Mana orang tua kamu?"

"Bentar lagi juga turun.."

"Ada siapa ini?" Ibu Kiran tampak ramah.

"Bun, kenalin temen aku yang suka anter jemput kemarin."

"Temen apa temen nih?" Goda ibunya.

"Temen deket Bun.."

"Kay Tante.." Kay dengan sopan mengulurkan tangannya.

"Marsha.." Wanita itu menyambut hangat tangan Kay. Senyuman Marsha juga ramah ketika melihat Kay tanpa dia tak tahu anak yang ada di depannya ini adalah anak Kenan.

"Satu kampus sama Ran?"

"Iya Tante.."

"Dia beda 2 semester Bun sama aku.."

"Oh....akhirnya ketemu juga sama yang suka gangguin Ran.."

"Ih Bun jangan diceritain.."

"Ya udah kalian ngobrol-ngobrol aja ya."

"Iya Tante.."

"Udahkan ketemu bunda aku?"

"Iya udah, maaf kemarin aku ga jadi. Aku ga tau kalo jadwal Mommy ke Jogja."

"Iya ga papa, kapan-kapan lagi aja."

"Ga ada tugas?"

"Ada, tapi nanti aja dikerjain dirumah."

"Jangan nyuruh orang loh."

"Iya engga, aku kerjain tugas aku sendiri. Jadi kamu suka ceritain aku ke bunda kamu?"

"Dulu waktu jaman kamu ngeganggu mulu."

"Itu tuh bukan ngeganggu tapi lagi PDKT."

"PDKT tapi kaya yang maksa."

"Itu bukan maksa tapi usaha."

"Semua cewek kamu gituin kali."

"Engga soalnya cewek-cewek yang aku deketin dulu ga kaya kamu."

"Aku emang kenapa?"

"Ngehindarin aku mulu."

"Aku lagi nge tes aja, beneran seurius atau main-main doang."

"Berarti aku lulus tes dong?"

"Belum.." Canda Kiran.

"Kok belum?"

"Ya udahlah makannya dipacarin juga."

"Aku liat kemarin-kemarin Zaki nyamperin kamu lagi."

"Iya, cuman ngajak ngobrol sama ngobrolin acara BEM."

"Oh iya sama-sama anak BEM jadi pasti bakalan ketemu terus ya."

"Ya gitulah, dia baik kok."

"Iyalah namanya juga suka pasti baik."

"Masih cemburu?"

"Iyalah mana ada pacar yang suka ceweknya deket sama cowok yang udah tahu suka sama ceweknya. Sekarang kalo kamu liat aku sama Dara gimana?"

"Biasa aja."

"Kok gitu?"

"Kay, hubungan itu yang penting kepercayaan. Karena aku udah percaya sama kamu ya udah kamu mau deket sama siapapun aku ga peduli selama kamu bilang itu temen aku pasti percaya."

"Meskipun aku mungkin bohong?"

"Iya, bohong kan dosanya kamu tanggung sendiri."

"Cemburu itu kan tanda sayang, bukan berarti aku ga percaya kamu."

"Terus kalo aku ga cemburu, aku ga sayang?"

"Aku ga bilang kamu ga sayang."

"Aku juga ga bilang kalo kamu ngomong gitu, aku nanya."

"Ya udah ya udah kita skip aja, aku ga mau kamu marah, Maaf.." Kay merasa ada yang aneh dengan nada bicara Kiran.

"Aku ga marah, aku nanya."

"Ran..mungkin perasaan sayang aku, aku tunjukkin pake cemburu dan mungkin perasaan kamu, kamu tunjukkin pake kepercayaan. Jadi jawabannya rasa sayang itu bentuknya beda-beda."

"Nah itu maksud aku, cara sayang aku ke kamu ga pake cemburu."

"Awas ya kalo cemburu."

"Kamu jangan sengaja-sengaja bikin cemburu."

"Penasaran soalnya kalo kamu cemburu gimana."

"Paling parah bisa mutusin kamu."

"Eh jangan dong.." Kay membuat Kiran tertawa kecil.

"Kenapa sih ketawa-ketawa, seneng liat orang sedih apa."

"Dasar bucin.." Kiran menjepit hidung Kay gemas.

"Ga papa, kan bucin nya sama kamu."

***

Marsha POV

Perceraian itu memang tak enak. Hanya dalam sekejap title janda itu menempel dalam diriku padahal aku tak pernah menginginkannya. Sebenarnya aku juga cuek-cuek saja karena kalau aku memikirkannya mungkin tak kan pernah habisnya aku merasa sedih. Setelah aku bercerai dari Andrew sebenarnya ada keinginan aku untuk bersama Ken apalagi saat itu papah dan orang tua Ken sudah berdamai tapi ternyata semuanya sudah terlambat. Ken sudah menikah dengan seseorang yang bernama Jesica. Aku tak tahu Jesica itu siapa dan bagaimana orangnya hingga aku dapat informasi dari Alex jika Jesica mempunyai restoran dan aku memutuskan untuk pergi kesana. Aku kesana bersama teman-temanku dan aku sangat beruntung bisa melihat langsung rupa dari Jesica. Berdasarkan foto yang diberikan Alex aku yakin orang yang kutatap saat itu adalah Jesica. Ya..ku akui selera Ken memang tak salah. Hari itu aku melihatnya cukup lama dan cukup jelas karena ternyata selesai memasak dia tampak menghampiri sebuah meja dan duduk disana. Ada 3 orang disana dan semua perempuan. Mereka bercanda dan tertawa aku rasa mereka adalah teman Jesica. Selesai melihat langsung aku sebenarnya masih penasaran dengan kehidupan Ken. Apa iya dia menikah dengan Jesica yang belum lama dia kenal karena cinta?apa iya kehidupan mereka juga bahagia?. Pertanyaan-Pertanyaan itu terus muncul sampai akhirnya hari itu tiba. Hari dimana aku dan Ken bertemu setelah orang tua kami berdamai. Aku sangat senang saat itu dan tak menyangka bisa pergi lagi dengannya. Diakhir hari aku pertanyakan tentang hubungannya dengan Jesica dan siapa sangka ternyata waktu itu dia sudah menyukai perempuan itu. Hatiku sebenarnya sangat hancur, lebih dari patah hati mungkin tapi...apa iya aku akan merubah imageku menjadi wanita jalang yang menjual diri kepada suami orang? Aku berusaha menerimanya. Aku menerima Ken dengan Jesica dan malam itu aku sadar bahwa dari dulu Ken tak pernah berubah, dia memang tipe yang sangat setia dan tak pernah macam-macam dengan siapapun jadi tak salah jika dia menolakku hanya untuk membela Jesica yang saat itu sudah menjadi istrinya. Kami memutuskan untuk berteman walaupun setelahnya aku dan Ken benar-benar tak pernah berkomunikasi. Sebenarnya aku ingin marah dengan papah karena dialah aku menderita seperti ini tapi kalo diingat-ingat lagi aku marah pun tak akan merubah apapun. Aku menjalani hidupku seperti biasa dan tak pernah mencari tahu lagi tentang Ken sampai aku menemukan penggantinya. Dia bernama Arbi. Dia seorang pengusaha, umurnya hanya beda 4 tahun denganku saat itu dan entah bagaimana ceritanya aku dan dia bisa dekat. Awalnya aku tak PD dengan kedekatan kami karena bagaimanapun statusku adalah Janda sementara dia belum pernah menikah sama sekali namun siapa sangka dia dan keluarganya menerima aku dan segala masa laluku jadi kami memutuskan untuk menikah. Tak lama setelah menikah aku langsung hamil dan lahirlah Kiran ditahun ke 3 pernikahan kami aku melahirkan lagi anak laki-laki yang aku beri nama Rafi dan sampai sekarang hanya 2 anak itu yang menemani hari-hariku dan suami. Arbi suami yang baik meskipun aku terkadang menyesal tak pernah bisa menikah dengan Ken.

****To be continue

Next chapter