webnovel

Ketakutan Mario 2

Written by : Siska Friestiani

LoCC : 2014

Re-publish Web Novel : 6 November 2020

*Siskahaling*

Mario mengusap wajahnya kasar. Mejanya penuh dengan berkas yang berserakan. Ia tidak fokus sama sekali dengan semua berkas yang menggunung di mejanya. Pikirannya hanya terfokus ke Alyssa. Bagaimana keadaan istrinya itu saat ini? Apa Alyssa sudah bangun? Apa Alyssa sudah memakan sarapannya? Bagaimana dengan susu yang ia buat tadi dan ia titipkan kepada Margareth. Apa Alyssa sudah meminumnya? Ya Tuhan! Ia tidak bisa terus seperti ini.

Mario memang sengaja berangkat ke kantor sebelum Alyssa bangun. Ia tidak ingin mendapat tatapan kecewa Alyssa. Tidak ia tidak sanggup. Bagaimana ia nanti jika Alyssa masih marah karena segala perlakuannya semalam. Dan semua ini karena Jonathan. Pria berengsek yang berani-beraninya masih mengganggu Alyssa-nya.

Mario mengusap wajahnya kasar dan mengambil ponselnya untuk mendial seseorang. Katakan dia pengecut yang hanya berani mencari informasi Alyssa melalui Margareth

"Alyssa sudah memakan sarapannya? Belum? Pastikan Alyssa memakan sarapannya. Aku titip Alyssa" Mario segera menutup telepon melempar begitu saja benda kecil tersebut ke sembarang arah.

Alyssa-nya belum makan. Kenapa wanitanya itu begitu keras kepala. Apa lagi tadi malam Alyssa juga belum makan karena menunggunya hingga wanita itu tertidur di meja makan. Dan pagi ini istrinya juga belum menyentuh sarapannya. Keras kepala sekali wanitanya itu.

Suara pintu terbuka menyadarkan Mario dari pikirannya yang berkecamuk tentang Alyssa. Siapa pula yang berani masuk keruangannya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Mario mendengus begitu melihat Oliver sudah duduk santai di sofa ruang kerjanya. Oliver benar-benar mengantarkan nyawa ternyata.

"Kau terlihat mengenaskan bung" Oliver buka suara. Disandarkannya tubuhnya di sandaran sofa. Menatap Mario yang terlihat...

Mengenaskan memang.

"Aku rasa aku tidak pernah memiliki kepentingan dengan mu Oliver. Dan kenapa kau sekarang menampakkan wajahmu itu di hadapanku?" jawab Mario sembari memijat pelipisnya.

Melihat Mario yang begitu frustasi. Oliver semakin yakin jika boss besar ini sedang ada masalah.

"Apa kau terlihat sekacau ini ada hubungannya dengan, Alyssa?" Oliver mencoba menebak ketika tak mendapat jawaban pasti dari Mario.

"Jonathan...." Gumam Mario pelan. Namun masih terdengar oleh Oliver.

Jonathan? Ada apa lagi dengan Jonathan? Apa pria itu berulah lagi mengganggu hidup Alyssa?

"Ahh, mantan Alyssa itu? Pria itu membuat ulah lagi!" sebuah pernyataan. Namun membuat emosi Mario kembali memuncak.

"Wahhhh, sepertinya Alyssa akan mempunyai suami baru"

Brakkkkk

Mario melempar beberapa berkas yang berserakan di mejanya ke arah Oliver dan dengan sigap Oliver menghindar. Pria itu terkekeh. Lumayan juga menggoda boss besar.

Sedangkan Mario sendiri sudah menatap Oliver tajam. Apa tadi katanya? Suami baru? Jangan harap!

"Jika kau kesini hanya ingin membuang waktu ku untuk ocehan tak bermutu mu itu, lebih baik kau keluar sekarang"

Oliver berdeham, raut wajahnya berubah serius "Aku kesini hanya untuk mengantar berkas pembangunan hotel di Calivornia sekaligus mengenai rapat lanjutan" jeda. Oliver menatap Mario yang terlihat semakin kacau.

"Dan untuk mengenai hal yang telah membuat mu kacau seperti ini, aku rasa kau perlu mendengar penjelasan Alyssa terlebih dahulu" Mario diam. Apa Alyssa mau menjelaskannya? Setelah apa yang ia lakukan semalam kepada istrinya itu?

Oliver menghela napas. Ia cukup tau apa yang ada di pikiran Mario saat ini. Sekalipun Mario tidak menceritakannya. Wajah Mario begitu mudah di tebak. Ia memang tidak lama mengenal Mario. Namun ia cukup mudah memahami apa yang ada di pikiran orang yang memiliki sifat seperti Mario.

"Tidak semua yang terlihat sesuai dengan realita. Kau pikirkan kata-kata ku, atau kau akan menyesal" Oliver berdiri dari duduknya.

"Berkas pembangunan hotel akan aku serahkan kepada Agni. Kau bisa mempelajarinya kapan saja. Dan untuk rapat lanjutan aku yang akan mengurusnya bersama Louis dan sekretaris mu." Tambah Oliver. Tangannya bergerak merapikan jas yang membalut tubuh tegapnya.

"Lebih baik kau pulang, selesaikan masalah mu dengan Alyssa. Aku cukup tahu bagaimana keras kepalanya istrimu itu" setelah selesai memberi asupan nasehat kepada Mario. Oliver beranjak dari sana. Meraih benda kecil di kantong celananya.

"Kau dimana sugar? Benarkah? Urusan di café sudah selesai. Aku minta tolong kau menemui Alyssa sekarang. Yah, aku rasa mereka sedang ada masalah saat ini. Kau bisa tanyakan kepada Alyssa dan aku yang akan mengurus Mario. Baiklah, aku mencintaimu"

*siskahaling*

Sivia begitu tergesa ketika ia telah sampai di istana megah milik Mario. Ok ada yang perlu diralat, kediaman Mario dan Alyssa lebih tepatnya. Tidak main-main memang seorang Mario memanjakan Alyssa, bahkan setelah menikah dan masa bulan madu mereka selesai, Mario sudah memboyong Alyssa ke mansion baru yang telah Mario persiapkan. Dan jangan pernah meragukan selera yang di miliki oleh seorang Mario Calvert. Tentu saja mansion tersebut lebih layak di katakan istana.

Sivia langsung di sambut hangat oleh Margareth begitu ia masuk. Margareth memang telah mengenal Sivia karena beberapa waktu lalu Sivia pernah berkunjung bersama Oliver.

"Margareth?" pekik Sivia setelah Margareth membuka kan pintu. Ia begitu merindukan sosok wanita paruh baya ini sekaligus mengagumi sikap hangat yang dimiliki oleh Margareth. Tidak salah memang Mario memperkerjakan Margareth di istananya.

"Aku merindukanmu" aku Sivia lalu meraih Margareth kepelukannya.

Margareth tersenyum, sembari membalas pelukan Sivia.

"Aku juga merindukanmu, Nak" balas Margareth

"Kau ingin bertemu, Nyonya bukan?" tanya Margareth, Sivia mengangguk mengiyakan.

"Nyonya Alyssa ada di ruang kerjanya, Tuan. Kau bisa langsung menemuinya disana" jawab Margareth sembari tersenyum hangat. Ia sudah menganggap gadis di hadapannya ini seperti anaknya sendiri. Dan Sivia juga melarangnya untuk memanggil dengan sebutan Nona, terlalu risih menurut gadis berpipi chubby itu.

"Baiklah, aku akan kesana"

"Bisa ibu titip sesuatu padamu?" tanya Margareth saat Sivia hendak melangkahkan kakinya ke tempat Alyssa.

"Ibu titip sup dan susu untuk nyonya Alyssa. Ia sama sekali tidak menyentuh sarapannya pagi tadi"

"Baiklah, kau bisa menyerahkan urusan ini pada ku" ucap Sivia. Margareth menatap Sivia penuh rasa terima kasih.

"Sebentar, aku ambilkan sup dan susu-nya" ucap Margareth, Sivia mengangguk lalu mendudukan tubuhnya di sofa ruang tamu selagi menunggu Margareth mengambil makanan Alyssa.

Sivia memejamkan matanya. Jujur saja ia masih lelah setelah aksi ranjangnya malam tadi dengan Oliver dan setelah itu ia harus ke cafe mengurus beberapa masalah yang terjadi di sana. Dan kini, ia bahkan harus membujuk Alyssa yang belum makan sejak kemarin.

Lihat saja, Sivia akan meminta salah satu kartu unlimited milik Mario nanti jika ia berhasil membujuk Alyssa untuk memakan makanannya.

"Aishhh" desis Sivia kesal. Mereka yang bertengkar tapi ia yang pusing memikirkan keduanya.

Jika tidak mengingat Alyssa adalah sahabatnya, Sivia mungkin sudah menolak mentah-mentah permintaan Oliver untuk mengecek kondisi Alyssa.

***

Hahhh, aku datang lagi untuk menyapa. Muwehehehe...

Jangan lupa Review, Komen dan Vote nya ya...

Terima kasih udah mampir buat baca cerita aku.

Next chapter