webnovel

Bab 23 - Membawa Pupuk Kandang

"Oh, ini kelihatan bagus. Yah, itu karena mahal."

Tama membeli pupuk dalam jumlah besar di Pusat Toko Pertanian yang lebih besar. Dengan menyewa sebuah truk milik toko tersebut untuk melakukan pengangkutan barang belanjaan miliknya, butuh beberapa perjalanan bolak-balik antara Villa miliknya dan toko Pertanian tersebut, pupuk kini telah diangkut sepenuhnya. Dia juga membeli beberapa kereta dorong lipat.

Kereta dorong yang baru dia beli memiliki muatan maksimum 350 kg, disertai dengan fungsi lipat yang sangat efisien dan elegan. Tentu saja disertai dengan ban yang tidak mudah bocor. Dia ingat gudang pinggir jalan tempat dia semau maunya 'membeli' kereta dorong 3 juta rupiah sebelumnya. Dia telah melihat bahwa pemilik kemudian membeli sebuah kereta dorong lipat baru.

Dia berpikir itu bagus, jadi dia memutuskan untuk membeli model yang sama untuk kereta dorong untuk keduanya. Omong-omong, ketika dia melewati gudang suatu hari dia menemukan kertas yang ditulis dengan "Ambil sayuran sesuai keinginan kamu.!", jadi dia memasukkan selembar kertas yang bertuliskan, "Saya mengambil 2 tomat. Itu sangat lezat."

Hari ini makan siang Tama disajikan dengan 2 tomat raksasa, dia dengan penuh nikmat dan rasa syukur memakannya. Tomat merah matang, seperti yang diharapkan dari keahlian para Petani Profesional, buahnya manis dan lezat.

"Sekarang, kini waktunya untuk mengangkut 300 kg pupuk organik ini. Aku ingin tahu apakah lantainya akan baik-baik saja.?" Sambil memeriksa kondisi lantai, Tama mulai memuat kereta dorong dengan mengisi satu per satu pupuk organik dari yang seperti Gundukan gunung tepat di luar serambi di dekat kereta dorong.

Tama berharap bahwa keramik lantai tersebut tidak akan retak bahkan pecah karena dilalui kereta dorong, dan entah bagaimana caranya, apa yang dia harapkan terwujud. Tidak ada satupun dari keramik tersebut pecah ataupun retak.

"Keramik ini sangat kuat, bagaimana itu bisa terjadi.?" Tama bingung, meskipun alam bawa sadarnya tidak bisa menerima secara logika, tetapi untuk saat ini dia hanya bisa menerimanya sebagai sesuatu keajaiban yang tidak bisa dia pahami sepenuhnya oleh nalar dan logika.

Oleh sebab itu, dia mulai menarik kereta dorong dan menyeberangi perbatasan ke dunia lain.

"Seperti biasa, maaf permisi. Oh iya aku punya sesuatu untuk Anda, terimalah ini." Dalam perjalanan seperti biasa Tama selalu melewati mayat tengkorak, sambil menawarkan permintaan maafnya kepada mayat tengkorak yang terbaring di dinding lorong. Tidak lupa menawarkan sebungkus rokok.

Ketika Tama kembali ke hutan, pupuk yang dikumpulkan oleh penduduk desa dari sana-sini telah berubah menjadi tumpukan yang sangat besar. Orang-orang yang mengumpulkan pupuk sebelumnya telah membagi diri menjadi dua bagian: kelompok yang terus mengumpulkan pupuk di hutan dan kelompok yang mencampur humus dengan tanah di lapangan desa.

"Selamat datang kembali, Mas Tama. Apakah yang Anda bawa itu pupuk.?" Nadin menarik kereta tariknya ketika tiba di tempat Tama dan meletakkan kereta tariknya.

Rupanya, kereta dorong milik Nadin digunakan berulang kali untuk mengangkut pupuk dari hutan ke ladang.

"Ya dek, ini akan disebarkan di lapangan, ini mirip dengan pupuk yang kalian kumpulkan meskipun agak bau."

"Tentu saja, baunya tidak biasa." Nadin mendekati kereta dorong yang penuh pupuk dan menyentuh tulisan 'Pupuk' di karung dengan jarinya.

"Bagaimana kamu membaca ini mas.?"

"Hmmm, itu tertulis kata [kotoran] dek. Di negara mas, itu dibuat dari kotoran hewan unggas atau yang biasa kita sebut Ayam. Berhubung karena di negara mas masih banyak yang tersisa, maka mas harus kembali ke sana lagi...!!

"... Apakah ada yang salah dek...?" melihat nadin yang melamun, dia lantas menegurnya.

Nadin yang kaku di depan pupuk karena suatu alasan, mendengar tegur dirinya dia lantas menjawab Tama "Ah … Tidak mas …. Kami tinggal Mlmenyebarkan ini di ladangkan?"

"Ya, itu benar dek."

"Hmmm, kemudian Ini berasal dari kotoran burung, kan.?"

"Ya."

Mendengar jawaban dari Tama membuat ekspresi Nadin menjadi bingung sambil bergantian mengalihkan pandangannya antara Tama dan pupuk kandang. Melihat ekspresi Nadim, Tama lantas ingat bahwa tindakan ini memiliki arti yang sama dengan menawarkan seserahan atau sesajen kepada Dewa, jadi mungkin ada keengganan untuk dirinya melakukan hal itu, karena itu Tama lantas membuat komentar tindak lanjut.

"Jangan khawatir tentang itu, itu akan baik-baik saja. Sama seperti pupuk yang warga kumpulkan, Dewa akan menggunakan apa pun yang dapat membuat ladang lebih subur dari sebelumnya, bahkan sekalipun itu berasal dari kotoran burung."

"Apakah .... benar seperti itu.? Terima kasih banyak untuk semuanya mas, Kamu selalu membantu kami.!"

Untuk beberapa alasan, Nadin berterima kasih dengan nada meminta maaf.

"Tidak perlu, begitulah cara mas mengucapkan terima kasih kepada desa karena telah menerima mas dengan senang hati.!"

Setelah mengatakan itu, Tama mempercayakan sepenuhnya pupuk kepada Nadin dan kembali lagi ke Indonesia untuk mengambil sisa pupuk kandang yang masih tertinggal di halaman Villa miliknya.

-------

"Ini adalah ladang terakhir, kan.?"

"Ya, ini adalah yang terakhir."

Pada saat matahari menyembunyikan diri di balik pegunungan sehingga semua ladang kentang yang tersisa telah selesai ditaburi dengan pupuk yang penduduk desa telah kumpulkan, dan pupuk, yang Tama bawa dari Indonesia. Masih ada beberapa karung pupuk yang tersisa di gerobak tarik, tetapi rencananya besok baru akan ditaburi di ladang lainnya.

"Tapi, saya pikir itu tidak cukup. Mungkin saya harus kembali ke negara aku untuk membawa yang lebih banyak lagi."

"Oh, untuk itu, saya ucapkan banyak terima kasih nak Tama .... Namun, pupuk ini benar-benar sangat bau." Mendengar apa yang dikatakan Kepala Desa, Tama yang telah mengangkut dan menaburkan pupuk, lantas mencium bau tangan dan pakaiannya. Tampaknya aroma pupuk telah tertanam dalam-dalam di pakaian dan tubuhnya.

Penduduk desa di sekitarnya juga meringis setelah mengendus aroma mereka sendiri.

"Ini pasti bau.!" gumam Tama setelah mencium aroma yang ada dipakaian miliknya.

"Ya, Aku ingin tahu apakah bau ini akan hilang setelah membilasnya dengan air panas sebelum makan malam ….? Nah, jika itu terjadi, maka biarlah.!" balas kepala desa.

Nadin yang mendengar hal itu lantas mengerti, dia lalu bergegas berbalik dan berkata: "Baiklah, kalau begitu Aku akan pulang ke rumah terlebih dahulu untuk merebus air untuk menghilangkan bau yang tidak sedap ini'!"

Melihat Nadin yang bergegas untuk pulang, membuat beberapa warga desa lainnya juga menuju ke rumah mereka.

"Ah, semuanya tolong tunggu sebentar.!"

Tama memanggil penduduk desa yang akan kembali kerumah, Tama mengingat sesuatu hal yang dia telah siapkan sebelumnya.

Tama lalu membuka kotak kardus yang ditumpuk di salah satu sudut gerobak dorong.

"Sebenarnya, Aku telah mengetahui hal ini akan terjadi. Oleh sebab itu Aku telah menyiapkan barang yang bagus untuk situasi seperti ini. Setiap keluarga akan menerima 2 buah, jadi silakan ambil. Ya, di sini, untuk Anda …."

Next chapter