Setelah kejadian itu, Aiyin tidak pernah meninggalkan pria itu sendirian lagi.
malam pun tiba dan Aiyin mengajak pria itu tidur di kamarnya.
Aiyin mengambil selimut yang tebal dari dalam lemarinya, lalu membentangkan selimut itu di lantai yang ter-alas dengan karpet di bawahnya.
"Kamu tidur di bawah,"
ucap Aiyin sambil menunjuk tempat tidur yang telah ia siapkan untuk pria itu.
untungnya pria itu mengerti dengan apa yang Aiyin katakan dan langsung berbaring di lalu tidur.
beberapa saat kemudian, ketika Aiyin sedang belajar, ia terkejut ketika mendengar suara ketukan pintu kamarnya yang begitu keras.
Aiyin bergegas untuk membuka pintu kamar, ketika ia melihat bibinya, Aiyin ingin menyapa namun sebuah tamparan melayang di wajahnya.
"Tidak tahu malu! mengapa kau mengajak pria itu tidur di kamarmu, kau kan seorang gadis."
ucap kesal bibi Nesa, lalu mencoba menerobos masuk kedalam, namu. di halangi oleh Aiyin.
"Berhenti bibi,jangan bibi kira aku tidak tahu maksud bibi Nesa."
wajah terkejut Nesa lebih membuat keyakinan Aiyin lebih besar lagi untuk melindungi pria itu dari cengkeraman bibinya.
"Dia adalah calon suamiku, lagi pula ini bukan kali pertamanya kami tidur bersama. Jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan, apa lagi besok kami akan menikah!"
karena kesal dengan penghinaan Aiyin, Nesa mendorong Aiyin hingga jatuh kelantai.
" Hmm,lagi pula untuk apa aku menginginkan pria bodoh seperti itu?" tunjuk Fanesa kearah pria itu. "Tidak berguna!" lanjutnya menghina pria itu di depan Aiyin.
Nesa pergi meninggalkan kamar itu dengan kesal,sementara Aiyin masih duduk di lantai.
Aiyin hanya bisa menangis,karena di usianya yang terbilang masing sangat muda, harus menerima perlakuan serta menikah di usia 18 tahun.
Aiyin segerah bangkit, dan kembali untuk belajar namun ia begitu terkejut ketika melihat pria itu berdiri tepat di depannya.
"Kau?!"
ucap Aiyin karena terkejut, pria itu pun memeluk Aiyin dengan erat.
Aiyin tidak risih dengan pelukan pria itu, entah karena apa.
mungkin karena ia adalah orang pertama yang memeluknya, setelah kepergian kedua orang tuanya beberapa tahun yang lalu.
Mungkin ini adalah pelukan hangat yang ia dambakan selama ini, sebagai sandaran.
'Setidaknya, aku punya teman untuk bersandar dikala sedih.' batin Aiyin.
"Aku baik-baik saja,Ini juga bukan pertama kalinya aku di perlakukan seperti ini, kau kembali tidur dan aku akan belajar sedikit untuk ujian ku. setidaknya aku bisa mendapatkan pekerjaan dengan ijazah itu,"
gumam Aiyin, lalu kembali ke tempat duduknya.
Aiyin pun teringat sesuatu lalu membawa kertas dan juga pena.
Aiyin menulis kalimat di kertas itu dan menyodorkan pada pria itu.
"Apakah kau bisa Membaca dan menulis?"
pria itu masih saja tetap diam, dan hanya menatap Aiyin saja.
Aiyin menarik nafasnya dalam-dalam.
"Hm..,Jika aku tidak melihatmu di buang dari dalam mobil, mungkin aku telah berpikir bahwa kau adalah seorang Alien yang turun dari planet mars, sudahlah."
Aiyin mengangkat tangannya lalu mengusap pelan kepala pria itu.
Pria itu pun tersenyum manis pada Aiyin, Aiyin sendiri merasa seperti seorang ibu yang memberikan kasih sayang dan rasa aman pada anak besarnya.
"Oh iya, karena kau tidak bisa bicara, mendengar dan menulis. aku akan memberikanmu nama sesuai wajahmu yang manis itu,"
Aiyin tersenyum ketika mengucapkan kata "Manis," sangat lucu dan menggemaskan.
setidaknya ia tidak terlihat seperti wanita mesum.
Aiyin menulis nama itu di kertas dan memperlihatkannya pada pria itu.
"Karena kau tidak punya nama, aku akan memberi nama padamu yaitu Robin, artinya anak yang manis, dan itu sesuai dengan wajahmu."Ucap Aiyin sambil tersenyum manis.
pria itu langsung tersipu ketika membaca tulisan yang di tujukan Aiyin.
"Ternyata kau kau bisa membaca,"
setelah mengetahui bahwa pria itu mengerti dengan yang ia tulis, Aiyin kembali menulis sesuatu di kertas. namun kali ini pria itu hanya diam saja.
Aiyin merasa bingung melihatnya,baru saja Robin mengerti tapi sekarang Robin hanya diam saja.
"Apa mungkin kau menertawakan tulisan?"tanya Aiyin yang kesal, namun tidak ada respon sama sekali dari Robin.
Aiyin menenangkan dirinya, lalu memberikan isyarat agar Robin tidur.
sementara Aiyin masih memikirkan untuk pernikahannya besok.
karena hanya pernikahan biasa,tidak ada yang di persiapkan sama sekali.
gaun pengantin pun tidak ia miliki, bahkan pria yang bersamanya dan akan menjadi suaminya saja tidak ia ketahui namanya.
"Jika aku tidak jadi menikah besok, bibi Nesa tetap akan mengusirku dan Robin akan dalam bahaya. Astaga!! padahal aku baru saja kenal dengannya tapi entah perasaan apa yang tumbuh di hatiku,"gumam Aiyin sambil menggaruk-garuk kepalanya. Ia berbalik dan melihat Robin telah tertidur, ia pun melanjutkan belajarnya.
keesokan paginya, tepat pukul 6 pagi.
suara gedoran pintu membangunkan Aiyin.
Aiyin segerah bangkit dari tempat tidurnya mengigat hari ini adalah hari pernikahannya.
Aiyin melihat Robin tidak ada di tempat tidur, dan melihat kearah jendela.
ternyata Robin sedang berdiri disana, entah sedang memperhatikan apa tapi ia tidak mendengar gedoran pintu yang hampir saja memecahkan gendang telinga orang itu.
"Iya bibi, aku akan keluar sekarang.!!"kata Aiyin sambil berlari kearah pintu.
"Mengapa kau sangat lamban?padahal hanya membuka pintu saja,"Omel bibi Nesa.
"Cepat mandi dan turun kebawah,kalian harus bisa menikah hari ini. jika tidak kau akan tahu akibatnya!"ancam bibi Fanesa pada Aiyin.
Aiyin menganggukkan kepalanya mendengar perkataan bibi Nesa.
setelah Tante Fanesa pergi, Aiyin mengajak Robin untuk duduk bicara berdua.
"Aku yakin kau adalah pria yang baik,aku ingin meminta bantuan padamu kali ini. karena aku telah menolongmu,kau juga harus menolong ku. menikahlah denganku, setelah ujianku selesai dan aku berhasil mendapatkan ijazah SMA,kita bisa bercerai."
tulis Aiyin di sebuah kertas yang di berikan pada Robin.
Robin hanya mengerti beberapa kata dari yang Aiyin tulis, dan yang lainnya Robin tidak paham sama sekali. Namun ia berusaha menenangkan Aiyin dengan menganggukan kepalanya.
Dua jam kemudian,Mereka selesai berganti pakaian.
Aiyin mengenakan mukena putihnya karena tidak ada pakai yang layak ia kenakan.
sementara Robin diberikan kemeja putih oleh bibi Nesa.
Aiyin dan juga bibi Nesa sangat tercengang ketika melihat Azhel keluar dari kamar mandi dangan memakai kemeja putih dan lengan kemeja di gulung keatas.
terutama bibi Nesa yang tanpa sadar mendekat lalu menyetuh wajah serta tubuh Robin.
Robin sangat risih di buat bibi Nesa, lalu mendorong pelan bibi Nesa darinya dan berjalan mendekat ke Aiyin.
Bibi Nesa sangat kesal saat itu, tapi ia mempunyai rencana yang sangat bagus untuk malam ini.
karena Robin kelihatannya seperti pria tampan yang bodoh jadi sangat gampang untuk di maafkan.
Aiyin dapat melihat maksud jahat dari mata bibi Nesa, apa lagi ia terus menatap ke arah Robin seakan ingin melahap Robin saat itu juga.
'Dasar wanita mesum.!! tidak puas apa dia selama ini?! aku tidak akan biarkan kau berbuat buruk pada Robin,'batin kesal Aiyin melihat tingkah genit sang bibi.
Pernikahan pun di mulai, dan yang menjadi saksi Ayunda adalah salah satu kerabat lelaki mereka.
karena Robin tidak bisa mendengar dan bicara, Robin hanya bisa mengikuti isyarat yang di berikan Aiyin untuk menganggukan kepalanya saat penghulu mengucapkan ijab kabul.pernikahan berlangsung lancar saat itu.
Tanpa terasa Air mata Aiyin mengalir di wajahnya, karena saat ia menikah kedua orang tuanya tidak ada untuk menyaksikan hal tersebut. walaupun pernikahannya hanyalah sementara tapi itu adalah pernikahan pertamanya.
Fanesa tidak pernah melepaskan pandangannya dari Robin sedikit pun dengan tatapan genitnya itu.
'Akulah yang akan bersenang-senang malam ini. menggantikan gadis bodoh itu!!' batin Fanesa yang kegirangan dengan rencananya.