Mata Xing Ze sempat menggelap selama beberapa saat. Ia seperti melihat beberapa cahaya kelap-kelip disertai beberapa burung gagak mencicit.
Rasa pusing di kepalanya belum berlalu, namun perutnya sudah merasakan sakit yang amat sangat. Su Mohan mengangkat Xing Ze hingga berdiri. Lututnya terayun sampai mengenai perut Xing Ze, menciptakan suara yang sangat jelas. Membuat tuan muda yang telah bertarung tanpa henti itu mengerang untuk sementara waktu, berkeringat seperti hujan.
Jelas, Su Mohan tidak berniat untuk berhenti. Tinjunya diayunkan ke atas, melakukan pukulan uppercut menuju dagu Xing Ze. Xing Ze menyilangkan tangan dan tanpa sadar melindungi diri. Namun, tinju Su Mohan seperti anak panah yang tak bisa dihindari, secara akurat menghancurkan pertahanan Xing Ze dan akhirnya mengenai wajahnya.
"Uargh!"
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com