Ye Fei menjilat bibirnya yang kering, lalu berkata, "Aku tidak bermaksud untuk menentang Tuan Su. Aku hanya ingin membuat kesepakatan dengan Tuan Su. Aku harus menggunakan metode ini."
"Kesepakatan? Kamu benar-benar berani!"
"Apa boleh buat? Aku murah, jadi aku hanya bisa meminta kekayaan."
"Katakan, apa yang kamu inginkan?"
Su Mohan melepaskan tangan Ye Fei, kemudian duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya hingga keanggunannya memancarkan aura dingin yang suram. Aku mau melihat, setelah wanita ini berani menyelinap untuk mengambil fotoku, apa yang dia inginkan? pikirnya.
Alih-alih lekas berbicara, Ye Fei perlahan berdiri dari lantai dan membenahi jubah mandinya dengan hati-hati. Ia masih sedikit malu dan tidak lagi menatap Su Mohan. Namun, mata Su Mohan sedikit menggelap saat melihat beberapa bagian tubuh Ye Fei yang sebagian memar. Ia khawatir tidak ada yang tahu bahwa ketika ia sedikit di luar kendali saat menghadapi wanita ini tadi malam dan tidak sabar ingin menghancurkan tubuhnya…
"Jika aku bilang aku tidak menginginkan apa-apa, aku tidak tahu apakah Tuan Su akan mempercayainya?"
Ye Fei merapikan rambutnya dan kepanikannya tergantikan oleh pesona yang tidak bisa dijelaskan. Su Mohan mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap mata Ye Fei yang sekilas menunjukkan kilat kuning. Matanya memancarkan semacam cahaya yang redup dengan kegigihan dan perhitungan tajam yang begitu berbeda dari wanita-wanita lain. Su Mohan tertawa dengan suara beratnya. Tidak ada yang tidak menginginkan apa pun! Jika dia tidak ingin apa-apa karena tidak tahu apa yang diinginkannya, itu berarti sama saja dengan menginginkan semuanya! pikirnya.
"Bukannya aku serakah. Hanya saja, aku benar-benar begitu lama mengagumi Tuan Su. Mengapa Tuan Su menolak untuk mempercayai ketulusanku?" Ye Fei berkata lagi dengan nada merajuk dan mengeluh yang tak ada habisnya. Namun, sepasang matanya tidak menunjukkan emosi apapun.
Ketulusan? Berapa nilainya? Wanita ini berbicara kepadaku dengan tulus? Dia juga pantas mendapatkannya! pikir Su Mohan. Wajahnya kian menjadi suram dan tak banyak lagi kesabarannya yang tersisa. "Aku beri kamu satu kesempatan terakhir."
Setelah Ye Fei melihat wajah Su Mohan yang mendadak berubah muram seperti badai, ia menatap Su Mohan lurus-lurus dan langsung terus terang berkata, "Aku mau menjadi nyonya dari Tuan Su!"
Kamar itu mendadak diselimuti keheningan yang aneh setelah Ye Fei bekata begitu. Kemudian, terdengar tawa arogan Su Mohan. Ya! Wanita ini bilang 'mau', bukan 'ingin'! Sangat menarik! batinnya.
Ye Fei berdiri di tempatnya, tersenyum dengan cerdik dan membiarkan pria itu mengejeknya. Namun, matanya menatap dengan serius.
"Apakah kamu layak?" Su Mohan menyeruput rokok sambil memandangi mainan yang menarik di depannya.
"Aku harus mencoba dulu, baru bisa tahu jawabannya layak atau tidak layak. Aku hanya berharap Tuan Su bisa memberikan kesempatan." Suara Ye Fei melembut karena bagaimanapun, berhubungan dengan Su Mohan sama saja dengan mencolek kulit harimau. Ia tidak cukup bodoh untuk benar-benar kukuh menggunakan foto yang ia ambil sebagai tawarannya.
"Baik. Karena kamu ingin bermain, aku akan bermain denganmu. Tapi, aku peringatkan bahwa kamu tidak akan mendapatkan apa-apa di sini!" kata Su Mohan dengan senang.
Asap rokok menutupi wajah Su Mohan sehingga Ye Fei tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas, namun ia tetap bisa mendengar kata-kata pria itu, Ye Fei perlahan-lahan tersenyum. "Baik, semua terserah padamu!"
Ye Fei tidak menginginkan uang atau kasih sayang. Ia juga tidak pernah berpikir untuk mendapatkan Su Mohan. Ia hanya menginginkan status sebagai Nyonya Su. Ia menginginkan segala yang Ye Ya miliki dan apa yang dibanggakan oleh keluarga Ye.
Melihat senyum di wajah Ye Fei, mata Su Mohan menunjukkan sentuhan ironi, dan dia berkata dengan tenang: "Karena kamu ingin bermain, aku akan bermain denganmu, tetapi karena ini adalah permainan, harus selalu ada aturan. Ikuti aturan, jangan salahkan aku karena bermain kejam."