Ain mengitari sekitar rumah sederhana berdinding kayu yang tengah tersinari rembulan dengan lembutnya itu.
Agak lama Ain mencari, sampai akhirnya ia menemukannya. Gadis itu ternyata duduk meringkuk di bawah sebuah pohon rindang, menunduk dalam sampai Ain hampir saja tidak mengenalinya kalau tidak melihat dari rambut biru keperakan yang memantulkan sinar rembulan milik gadis itu.
Seandainya pada saat itu Ain masih menyimpan sifat acuh tak acuhnya, mungkin ia tidak akan sampai di sana atau bahkan tidak akan terpikirkan olehnya untuk melihat keadaan gadis itu.
Tindakannya tepat untuk mencari Tiash. Ada yang salah dengan gadis itu. Ain bergegas untuk menghampirinya.
Gadis itu tampak bergetar di bagian bahu disertai suara isakan kecil. Tanpa melihat lebih lanjut pun Ain sudah tahu bahwa Tiash sedang menangis. Dan itu sangat mengusik batinnya.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com