Aku keluar dari kamar, Manis rupanya sudah menunggu tepat di depan pintu kamar tamu. Sementara dia melihat dengan jelas, ada Wangi yang tampak menata dirinya. Pandangan Manis yang awalnya ke arahku pun sekarang teralih kepada Wangi.
Ludahku tiba-tiba mendadak kering, sebab aku ndhak mau kalau sampai Manis salah paham dengan apa yang terjadi. Sebab saat ini, Setya sudah ndhak tahu ada di mana.
"Manis," kataku terbata. Manis masih diam, aku hendak mendekat ke arahnya tapi dia langsung menepis tanganku, berjalan masuk ke dalam kamar kemudian dia mendekat ke arah Wangi.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com