"Kangmas serius, toh, tentang rencana dari Bang Ucup itu?" tanya Manis, saat kita sudah berada di kamar. Dia sedang menjahit, dan aku sedang sibuk dengan koran dan televisiku. Aku diam, ndhak menjawab. Membuat Manis lantas menghela napas panjang dan cukup keras terdengar di telingaku. "Kalau ditanya mbok ya dijawab, toh, Mas. Kok ya diam saja itu, lho. Kebiasaan. Aku ini sedang bertanya perkara penting, lho, Kangmas," lanjutnya.
Aku tersenyum melihatnya tatkala cemberut seperti itu. Aku bahkan sampai lupa, sejak kapan istriku jadi secerewet ini sekarang? Padahal dulu, jangankan cerewet, dia lebih suka bersikap ndhak peduli sama sekali.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com