"Jangan pernah berpikir tentang masalah perceraian. Kau akan menjadi istriku, Mo Yesi, selama sisa hidupmu," kata Mo Yesi, "Qiao Mianmian, kau mengira aku menuduhku, jadi kau marah padaku dan sengaja mengatakan sesuatu yang akan membuatku marah setelah mendengarnya. Kalau begitu, pernahkah kau memikirkan apa yang hatiku rasakan? Apa perasaanku saat mendengar perkataanmu barusan?"
Di titik ini, Mo Yesi berhenti sejenak. Akhirnya, sebuah senyum yang mencibir diri sendiri muncul di sudut bibirnya, "Kau tidak peduli pada perasaanku. Benar, kan? Jika tidak, mengapa kau dengan sengaja menusuk hatiku dengan pisau?"
Qiao Mianmian sontak tercengang hingga matanya terbelalak lebar.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com