webnovel

Qiao Mianmian, Apa Maksudmu?

Editor: Wave Literature

Qiao Mianmian hanya bisa terdiam. Wajahnya agak panas dan ia sedikit terbatuk, "Uhuk-uhuk... Tidak ada hubungannya dengan Tuan Chen. Dia menanganinya dengan sangat baik. Aku tidak bilang aku merasa tidak puas."

"Lalu, kenapa kau masih tidak senang?"

"...Mungkin karena lapar," jawab Qiao Mianmian. Ia tidak punya pilihan selain memikirkan alasan lain. Lalu, ia bisa mendengar pria di ujung telepon tertawa rendah.

"Ternyata begitu. Maaf, hari ini banyak sekali urusan dan aku harus lembur sebentar. Nanti, aku akan mencoba pulang kerja sesegera mungkin untuk menemanimu."

Qiao Mianmian kembali terbatuk. Aku... tidak bermaksud seperti itu! pikirnya panik.

"Aku sudah sampai," Mo Yesi berhenti dan berkata, "Aku yang pergi ke tempatmu, atau..."

"Aku saja yang pergi ke tempatmu," kata Qiao Mianmian sebelum Mo Yesi selesai berbicara, "Aku akan segera turun."

Melihat penampilan Mo Yesi, Qiao Mianmian khawatir nanti semua perhatian akan tertuju pada kedatangan Mo Yesi. Ia masih berpikir, Lebih baik bersikap rendah hati.

———

Qiao Mianmian pergi ke tempat parkir bawah tanah dan lampu sebuah mobil Bentley hitam berkedip. Begitu Qiao Mianmian melewati mobil itu, pintunya terbuka dan menampakkan seorang pria yang duduk agak malas di dalam mobil sambil memegang laptop tipis di tangannya. Matanya yang dalam dan dingin melihat layar laptop, lalu melihat ke atas dan menatap Qiao Mianmian langsung.

Mata Qiao Mianmian dan mata Mo Yesi saling bertatapan. Mata Mo Yesi sedalam kolam dan bayangan Qiao Mianmian tercermin di matanya yang gelap. Lampu di dalam mobil menyala karena tempat parkir bawah tanah itu agak redup dan Mo Yesi duduk di bawah cahaya hangat lampu itu. Wajahnya yang tampan diterpa cahaya lembut hingga garis-garis di wajahnya tampak sangat lembut, bahkan matanya tampak melunak. Qiao Mianmian tiba-tiba terdiam dan jantungnya berdebar kencang. Ia dan Mo Yesi saling menatap selama beberapa detik, lalu ia menoleh ke belakang.

"Mengapa kau diam saja? Masuk."

"...Oh."

Qiao Mianmian menarik napas dalam-dalam, ia menyentuh pipi yang sedikit panas, dan membungkuk untuk masuk ke dalam mobil.

———

Setelah pintu mobil tertutup, ruang itu tiba-tiba terasa sempit. Ada aroma samar yang menguar, namun aromanya tidak menyengat seperti parfum mobil biasa. Aromanya enak, ringan, dan elegan hingga membuat jantung Qiao Mianmian berdetak semakin cepat. Ia juga menyadari bahwa Mo Yesi selalu menatapnya sejak ia naik ke mobil. Kini, Mo Yesi menatapnya tanpa ragu-ragu dan membuatnya merasa tidak nyaman.

Ketika Qiao Mianmian ingin berbicara, tiba-tiba suara Mo Yesi yang dalam dan lucu itu terdengar di telinganya. "Mengapa kau tidak membeli sesuatu? Kartu itu, apakah Paman Li sudah memberikan kartu itu?" tanya Mo Yesi.

"Sudah diberikan," jawab Qiao Mianmian. Saat Mo Yesi berbicara tentang kartu itu, ia teringat bahwa ia harus mengembalikan kartu dan arloji kepada Mo Yesi.

"Kenapa kau tidak membeli sesuatu? Apakah tidak ada yang kau suka?" tanya Mo Yesi sambil mengerutkan kening. Mo Yesi tampaknya sangat tidak puas karena Qiao Mianmian tidak membelanjakan sepeserpun uangnya.

Qiao Mianmian hanya terdiam. Ia mengeluarkan kartu hitam dan arloji seharga dua juta yuan dari tasnya, lalu menyerahkannya pada Mo Yesi. "Mo Yesi, aku kembalikan ini kepadamu. Barang-barang ini terlalu mahal. Aku dan Chenchen tidak bisa menerimanya."

Mo Yesi mengerutkan keningnya lebih dalam dan lebih dalam ketika Qiao Mianmian mengembalikan barang-barang yang sudah ia berikan. Ekspresi wajahnya terlihat sangat tidak senang. "Qiao Mianmian, apa maksudmu?" tanyanya.

Begitu wajah Mo Yesi menjadi suram, Qiao Mianmian menjadi sedikit takut. Qiao Mianmian bukan tipe perempuan yang pemalu. Namun, pria yang duduk di sebelahnya benar-benar memiliki aura yang kuat. Ia benar-benar takut pada Mo Yesi. Di bawah tatapan mata pria yang sangat menakutkan dan mengejutkan itu, ia menelan ludah dengan gugup. "Mo Yesi, meskipun kita sudah menjadi suami dan istri, aku pikir aku tidak terlalu nyaman dengan hubungan ini. Aku harap kau bisa memberiku waktu."

Next chapter