webnovel

Kamu Hanya Boleh Memikirkan Aku Seorang di Hatimu Nanti

บรรณาธิการ: Wave Literature

Mo Yesi menunduk dan mengerutkan kening pada Qiao Mianmian, lalu bertanya, "Masih ada urusan apa?"

Qiao Mianmian menggigit bibirnya dan tetap diam untuk sementara waktu, seakan sedang memikirkan sesuatu. Setelah beberapa saat, ia berbicara kepada Mo Yesi dengan nada menawar, "Bisakah kita tidak mengungkapkan masalah pernikahan kita?"

Setelah Qiao Mianmian selesai berbicara, ia merasa bahwa suasana yang tegang akibat aura Mo Yesi mulai menurun. Ia menelan ludah dan tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihat Mo Yesi. "Chenchen belum tahu bahwa aku sudah putus dengan mantan pacarku. Jika aku tiba-tiba memberitahunya bahwa aku menikah denganmu, dia akan sangat terkejut."

Qiao Chen hanya menjadi salah satu aspek pertimbangan Qiao Mianmian. Di sisi lain, ia merasa pernikahannya dengan Mo Yesi pasti tidak akan bertahan lama. Mungkin Mo Yesi hanya tiba-tiba terpikir untuk menikahinya sekarang dan setelah beberapa saat, pria itu akan merasa bosan lalu menceraikannya.

Qiao Mianmian tidak peduli jika orang lain tahu bahwa aku sudah menikah atau belum. Tapi, Chenchen… Chenchen adalah satu-satunya orang yang aku pedulikan, batin Qiao Mianmian. Gadis muda itu tidak bisa menyembunyikan pikirannya karena Mo Yesi tiba-tiba bisa menebak apa yang sedang ia pikirkan. Wajah tampan Mo Yesi berubah suram dan sosok pria itu memancarkan aura dingin. "Maksudmu, kau ingin merahasiakan pernikahan kita?"

Mo Yesi tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Wanita-wanita lain yang menginginkanku pasti ingin mendeklarasikan hubungan mereka denganku kepada dunia. Tapi, wanita di depanku ini... Ia malah sangat takut jika orang lain tahu soal hubungan kami. Apakah ia masih berpura-pura menjadi manusia? Ia masih ingat mantan tunangannya? pikir Mo Yesi. Memikirkan hal ini membuat wajah Mo Yesi semakin muram. Matanya begitu dingin, seperti lapisan es yang akan mengembun.

Qiao Mianmian menatap mata Mo Yesi yang muram. Ia merasa ketakutan hingga tidak bisa berkata-kata. "Aku—"

"Qiao Mianmian."

Mo Yesi meraih rahang Qiao Mianmian dengan jari-jarinya yang ramping. Tatapan matanya tampak begitu dingin dan tajam. "Kau adalah wanitaku. Kamu hanya boleh memikirkan aku seorang di hatimu nanti. Aku tidak berencana untuk menyembunyikan pernikahan ini, tidak untuk sekarang dan nanti pun demikian," katanya. Jari-jarinya sedikit menegang dan nada bicaranya menjadi sangat sombong. "Kau juga tidak boleh berpikiran seperti itu. Kau dengar aku, kan?"

Mata Mo Yesi yang penuh dengan sifat posesif kini menatap Qiao Mianmian dengan tajam, seakan ia sudah mengunci target pada mangsa. Seakan-akan Qiao Mianmian adalah mangsa miliknya seorang dan siapapun tidak boleh dekat-dekat dengannya. Qiao Mianmian dibuat terkejut karena baru pertama kalinya ia melihat seorang pria yang begitu agresif dan sekuat Mo Yesi. Mo Yesi sepertinya bisa mengambil keuntungan dari Qiao Mianmian kapan saja.

———

Mereka berdua berjalan hingga sampai di depan ruangan Qiao Chen. Qiao Mianmian masih agak ragu-ragu, tapi Mo Yesi telah mengulurkan tangan untuk membuka pintu dan membawanya langsung ke dalam. Di dalam ruang VIP itu, Qiao Chen memegang beberapa buku dan sedang membaca salah satu bukunya. Ia segera mengangkat kepalanya saat mendengar suara pintu terbuka. Ketika Qiao Chen melihat kakak perempuannya berjalan masuk dengan seorang pria yang tinggi, tampan, dan menawan, ia terbelalak hingga matanya terbuka lebar karena terkejut. Buku-buku di tangannya sampai jatuh ke tanah karena ia mendadak terkesiap. "Kakak, kau ini…"

Qiao Chen tumbuh besar bersama Su Ze dan Qiao Mianmian. Ketiganya memiliki hubungan yang baik. Sejak masih kecil, ia tahu bahwa kakak perempuannya akan menikah dengan kakak laki-laki dari keluarga Su di masa depan. Su Ze selalu baik pada Qiao Mianmian dan Qiao Chen juga sangat puas saat mengetahui Su Ze menjadi calon kakak iparnya. Bahkan, Qiao Chen sudah menganggap Su Ze sebagai kakak iparnya dalam hati. Namun, sekarang ia tiba-tiba melihat Qiao Mianmian begitu akrab dengan pria lain. Ia hampir tidak bisa mempercayai mata kepalanya sendiri.

"Dia… Siapa dia? Kakak, kalian…"

"Chenchen, dia…"

Selagi Qiao Mianmian masih ragu untuk memperkenalkan Mo Yesi, pria itu telah menggiringnya ke ke samping tempat tidur Qiao Chen. Lalu, Mo Yesi menatap Qiao Chen yang jelas-jelas masih terkejut dan langsung berkata, "Aku kakak iparmu."

ตอนถัดไป