webnovel

Akhirnya

Revan pulang setelah meetingnya selesai, tiba-tiba dia merasakan nyeri di dadanya. Kenapa dadaku tiba-tiba terasa nyeri? Apa aku mulai punya gejala sakit jantung? batin Revan. Besok aku harus memeriksakannya, aku tidak mau terjadi sesuatu padaku! batin Revan lagi.

" Apa ada sesuatu, Bos?" tanya Jim yang melihat Bosnya meringis.

" Besok jadwalkan aku ke dokter jantung!" kata Revan.

" Baik, Bos!" jawab Jim.

Mereka sampai di mansion saat jam menunjuk angka 12 malam. Revan melihat Angel yang terbaring di ranjang. Pria itu mendekati calon istrinya dan sedikit terkejut saat melihat pipi Angel basah. Apa dia habis menangis? Tapi kenapa? Apa ada masalah? batin Revan mengecup kening gadis itu. Angel yang merasakan ada kecupan di keningnya membuka matanya dan tersenyum sayu pada wajah tampan di hadapannya.

" Apa aku membangunkanmu?" tanya Revan tersenyum.

" Kamu baru pulang?" tanya Angel.

" Iya, sayang! Aku akan mandi dulu!" kata Revan membelai rambut kekasihnya, lalu berdiri untuk melepaskan sepatu dan dasinya. Angel memutar tubuhnya mengikuti arah tubuh Revan yang berjalan ke arah berlawanan dengan tubuhnya. Revan berjalan sambil membuka jas dan kemejanya, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Setelah semua terbuka, dia masuk ke dalam shower dan menyalakannya. Revan terhenyak kaget karena ada tangan yang meremas bagian bawahnya.

" Gel!" kata Revan sambil memejamkan matanya merasakan remasan tangan Angel.

" Aku mau mandi, sayang!" kata Revan menghentikan gerakan tangan Angel.

" Please, Van!" mohon Angel kembali.

" No, sayang!" kata Revan mengangkat tubuh Angel dan mendudukkannya di atas wastafel lalu mengeringkan tubuh Angel yang telash basah.

" Apa kamu tidak mencintaiku?" tanya Angel.

" Kenapa kamu selalu mengaitkan cinta dan nafsu!" tanya Revan sabar. Angel menatap tajam wajah tunangannya itu.

" Karena jika kamu mencintaiku kamu pasti akan menyentuhku!" jawab Angel mengusap pipi Revan yang sedikit berbulu.

" Tidak semua harus seperti itu, sayang!" kata Revan tersenyum.

" Cinta adalah penghargaan tertinggi sebuah pasangan! Jika memang dihati mereka ada perasaan cinta, maka nafsu bukanlah hal patut dibesar-besarkan!" kata Revan bijaksana.

" Berjanjilah kamu tidak akan meninggalkan aku! Karena aku bisa mati jika kamu pergi!" kata Angel memeluk Revan dengan erat.

" Tidak ada yang akan meninggalkan siapa-siapa disini!" jawab Revan tersenyum.

Revan duduk di sofa sambil sesekali melihat ke arah Angel yang tertidur setelah diangkatnya ke ranjang. Revan menatap layar laptopnya dan sekelebat wajah melintas di layar laptopnya. Akhhh! Kepala Revan mendadak kembali sakit, dia menyandarkan sejenak kepalanya di sandaran sofa. Siapa dia? Kenapa selalu datang di pikiran dan mataku? batin Revan.

" Aku dimana?" tanya Wina yang tersadar setelah pingsan.

" Sayang!" sapa William mengusap kening Wina.

" Kamu di RS! Kamu tadi pingsan!" kata William khawatir.

" Anak-anak?" tanya Wina.

" Mereka sedang tidur di rumah!" kata William. Wina menatap ke langit-langit RS dan mencoba nmengingat kejadian tadi siang.

" Apa penyakitmu kembali kambuh?" tanya William.

" Tidak! Tadi hanya karena lelah saja!" jawab Wina bohong. Dia merasa besar kemungkinan penyakitnya akan kambuh kembali.

" Apa kamu tidak pulang?" tanya Wina.

" Aku tidak akan meninggalkanmu!" jawab William sendu. Wina memejamkan kedua matanya dan mencoba untuk tidur. Bayangan foto di IG tadi masih membuat hatinya terasa sangat sakit. Semoga kamu bahagia, Van! Aku ikut bahagia jika kamu bahagia! batin Wina sedih.

Besok adalah hari pernikahan Revan dan Angel, semua keluarga mereka sangat sibuk mempersiapkan hari besar itu. Angel marah-marah tiap hari, karena sejak seminggu yang lalu dia tidak boleh bertemu dengan Revan.

" Sayang! Aku kangen!" kata Angel saat melakukan VC dengan Revan.

" Aku juga, sayang!" jawab Revan yang sambil memeriksa dokumennya.

" Pak! Ini data dari perusahaan di Kota YY!" kata Iris, sekretaris baru Revan.

" Siapa itu?" tanya Angel marah karena dia mendengar suara wanita.

" Dia Iris, sayang! Kamu ingat dia?" tanya Revan sabar, pasti calon istrinya itu sedang cemburu buta.

" Jauh-jauh, Irisssss!" teriak Angel.

" Angel? Kamu kenapa teriak-teriak?" tanya mamanya yang sudah berada di depan pintu kamar anak bungsunya itu karena kaget.

" Mama kepo, deh!" kata Angel kesal.

" Kamu lagi apa, sih?" tanya mamanya.

" Mamaaaa! Angel sedang telpon Revan!" kata Angel kesal.

" Panggil dia dengan Kakak! Dia lebih tua darimu!" kata mamanya kesal pada sikap manja putrinya itu.

" Iya! Nanti kalo udah nikah!" jawab Angel cemberut.

" Apa Iris sudah pergi?" tanya Angel pada Revan setelah mamanya pergi.

" Sudah!" jawab Revan.

" Aku nggak mau, ya, kalo udah nikah nanti kamu deket-deket sama wanita lain!" kata Angel posessif.

" Iya, sayang!" jawab Revan sabar.

" Janji!" kata Angel.

" Iya! Aku janji!" jawab Revan daripada masalahnya akan jadi berkepanjangan.

Hari yang ditunggu-tunggupun tiba, hari ini Angel akan mewujudkan impiannya untuk menikah dengan Revan. Angel terlihat sangat cantik di depan cermin, karena dia memang memiliki tubuh yang bisa dibilang sempurna. Angel merasa sangat gugup saat berjalan menuju altar dan menyapa semua keluarga dan undangan. Tapi semua itu hilang saat dilihatnya seorang pria tampan sedang berdiri dengan memakai setelan tuxedo hitam sedang tersenyum ke arahnya. Angel tidak berhenti menatap Revan yang terlihat sangat tampan dan gagah.

" Kamu sangat cantik!" bisik Revan yang telah meraih tangan Angel yang diberikan oleh papanya.

" Kamu sangat tampan, sayang! Aku pasti membuat banyak wanita di dunia patah hati!" balas Angel tanpa mengalihkan tatapannya pada Revan.

" Bisa kita mulai acarnya, nak?" tanya pendeta.

" Sayang! Pendeta bertanya padamu!" bisik Revan yang tahu jika calon istrinya itu tidak berhenti menatapnya.

" Nak Angel?" tanya Pendeta lagi.

" Heh? Eh, iya! Maaf!" kata Angel malu. Revan hanya tersenyum melihat tingkah lucu Angel.

" Isss! Adikmu itu memalukan saja!" gerutu mama Angel pada Liana.

" Sabar, ma!" kata Liana mengelus tangan mamanya.

Akhirnya upacara pemberkatan pernikahan itu berjalan dengan lancar dan sakral. Keldua keluarga merasa sangat bahagia dengan pernikahan ini, terlebih Angel.

" Apa kamu tidak akan menyisakan bibirku untuk malam pengantin kita?" ucap Revan saat Angel tidak mau melepaskan ciuman mereka setelah pendeta mengijinkan pengantin laki-laki untuk mencium pengantin perempuan. Angel melepaskan bibir Revan sambil menundukkan kepalanya, dia tersipu malu.

" Masih ada waktu Gel!" kata mamanya kesal. Angel hanya menyembunyikan wajahnya di dada suaminya.

Pesta dilanjutkan di Ballroom Hotel, kedua pengantin dan orang tua telah duduk di kursi pelaminan yang telah di sediakan. Tamu-tamupun satu persatu memberikan selamat pada mereka. Angel tidak henti-hentinya menatap suaminya yang menurutnya hari ini berlipat-lipat tampannya.

" Apa ada sesuatu di wajahku, hingga kamu tidak lepas memandangku?" tanya Revan menggoda istrinya.

" Ak...aku tidak memandangmu!" jawab Angel malu karena ketahuan oleh Revan.

" Hmmm! Berati aku yang terlalu GR disini!" kata Revan. Angel hanya diam dengan jantung yang berdebar sangat kencang. Dia sangat bahagia, akhirnya dia sah menjadi istri dari Revan, pria yang sangat dicintainya.

" Selamat, Tuan Muda!" ucap seorang tamu.

" Om Ben! Terima kasih mau datang!" jawab Revan memeluk asisten papanya itu.

" Semoga pernikahan anda langgeng hingga maut memisahkan!" kata Ben lagi.

" Iya, Om!" jawab Revan lagi.

" Maaf Wina tidak bisa hadir, karena..."

Tiba-tiba dada Revan terasa sesak saat Ben menyebut nama Wina, Revan memegang dadanya dan dimatanya bermunculan wajah seorang wanita dalam berbagai peristiwa. Revan terjatuh di kursinya.

" Revannnn!" teriak Angel.

Next chapter