webnovel

Lima Puluh Lima

Mobil itu melaju seolah ingin menyelip truk ini.

Apa Devan mau menghentikan Max. Mengingat dia dulu cukup posesif kalau aku bersama pria lain.

Tentu ini akan membuat kubtak nyaman dengan Max.

Tapi mobil itu malah melaju dengan enteng nya melewati truk yang di kemudikan Max.

Rasanya ada cubitan kecil di sini. Dan sisi lain menertawakan ku.

Emang apa yang aku harapkan.

Ia menyelip truk dan menghentikan truk ini lalu menarik ku paksa untuk duduk di mobil nya seperti drama drama yang sudah ada??

Ckck..

Ayolah Alena. Apa kepala mu terbentur! Devan dan aku bukan siapa siapa lagi. Dia bahkan tidak peduli aku dengan siapa sekarang.

Max berhenti didepan halte Bus yang tampak kosong.

" Seperti nya akan lama. Dan sebentar lagi malam. Apa kamu mau aku antar saja? Disini agak liar kalau malam. Banyak binatang buas sering berkeliaran " Kata Max sedikit menakut-nakuti. Memang sih ini tempat seperti diatas perbukitan dan disekitar hanya ada aspal membentang dan sisinya ilalang ilalang walau ada beberapa mobil pribadi melintas.

" Apakah tidak merepotkan mu?" Tanya ku balik.

" Tentu tidak Nona..

Aku menoleh kearah nya

" Ah Alena...

Dia tertawa singkat.

" Baiklah. Terimakasih "

Max lalu kembali menjalankan truk kecil nya ini.

Sepanjang jalan aku hanya diam menikmati pemandangan petang disana dengan udara bebas masuk kedalam mobil. Rasanya sangat segar. Apalagi sepanjang jalan pemandangan nya tentu bebas dari keramaian.

" Aku baru melihat mu di kediaman Mr. Alex. Apa kamu bekerja disana?" Pertanyaan Max membuat ku menarik diri dari jendela truk yang pandangi dari tadi.

Aku bingung bagaimana mendiskripsikan posisi ku disana. Kalau di bilang aku ini mantan istri Devan. Rasanya ada tingkat rasa tak nyaman. Seorang mantan istri tinggal disana. Padahal Devan sendiri memiliki wanita baru.

Tapi berbohong juga bukan solusi baik.

" Bayi disana anak ku! Aku merawat nya disana" Jawab ku kemudian.

Max mendelik kaget " Anak? Apakah kamu istri Mr. Alex?" Tanya nya hati hati.

" Bukan! Aku mantan nya. Tapi dia membawa anak ku dan dia hanya mengizinkan aku tinggal disana kalau ingin bertemu anakku" Sahut ku ternyata tak bisa menghindari fakta kejujuran. Aku tersenyum getir. Mengalihkan mata keluar.

" Oh. Maaf kan saya Nyonya..

" Panggil aku Alena. Dan jangan perlakukan ku seperti nyonya rumah itu Max. Aku hanya merawat anak ku saja. Okey"

Max sedikit kaget dengan reaksi. Aku segera meminta maaf karena terlalu mendramatisir keadaan.

*

*

*

" Baiklah. Apa mau aku tunggu?" Katanya kemudian setelah kami sampai di parkiran Restoran.

" Tidak perlu! Aku hanya mengambil barang dan mengundurkan diri, setelah ini ada hal yang aku lakukan juga. Terimakasih atas tumpangan nya..

Aku segera turun dari sana. Dan berlari kecil kedalam Restoran.

Kulihat rekan kerja ku banyak melihat kaget kearah ku.

Terutama Grace ia terlihat senang. Ia langsung melepas nampan dan menghambur kearah ku. Sesaat kami jadi pusat tontonan disana.

" My god. Alena.. Aku pikir kamu?? Aku baru saja melaporkan kehilangan mu ke polisi!!" Pekik Grace lalu memeluk ku erat.

" Katakan. Apa yang terjadi. Kamu menghilang beberapa hari!! " Tanya nya sambil mengurai pelukkannya.

" Aku sudah menemukan anak ku Grace! Jadi sekarang aku akan berhenti bekerja disini. "

Mulut Grace menganga tak percaya. Ada raut rasa senang nya juga disana " Benarkah. Aku ikut bahagia Alena Tapi.. Apakah kamu akan benar benar berhenti? Kamu akan tinggal di mana dan apakah kamu akan pulang ke Indonesia? Cecar nya sangat beruntun.

" Aku masih tinggal di sini. Sementara tinggal dengan teman. Aku mau mengambil barang ku sebentar Grace. Lalu menemui Mr. Robert" Kataku, kami sambil beriringan menuju kamar khusus staff.

Grace memelas wajah nya. " Aku akan sangat merindukan mu Alena..."

" Me too" Aku membalas senyum tulus Grace lalu menuju loker ku. Ponsel serta tas kerja ku ada disana. Keadaan nya sudah mati total. Jelas 4 hari ditinggal pasti kehabisn baterai.

Aku mengisi nya sebentar disana.

" Aku bahkan menyiapkan kue ulang tahun untuk mu malam itu Alena" Kata Grace masih dengan sorot melow.

" Benarkah. Aku sangat senang Grace terimakasih banyak. Aku akan menemui Mr. Robert dulu setelah ini kita akan makan enak okey. Perayaan ulang tahun ku yang sudah berlalu.." Kataku sambil melengkungkan senyum.

Grace ikut mengantar ku ke depan ruangan Mr. Robert. Pemilik Restoran ini.

" Aku akan menunggu mu.. " Kata Grace saat aku masuk kedalam setelah ada sahutan suara.

Aku masuk kedalam ruangan yang tidak terlalu besar. Tapi masih dibilang nyaman.

Yang kutemukan bukan pria gendut berkacamata, tapi anak nya. Kalau tidak salah namanya Chris.

Aku mendadak gugup karena tidak pernah bicara dengan Mr. Chris.

" Selamat malam, sir..

Ucap ku seraya mendekat kesana.

" Oh.. Miss Alena. Senang melihat mu lagi" Ujarnya dengan senyum manis. Ada 2 lubang di sudut pipinya saat tersenyum.

" Iya Sir, maaf karena beberapa hari ini tidak masuk kerja! " Ucapku, lalu menarik nafas pelan.

Chris menunggu kalimat ku yang memang belum selesai.

" Saya akan berhenti bekerja. Mohon sampaikan terimakasih saya kepada Mr. Robert"

Chris menarik punggung nya dengan alis berkerut. " Benarkah. Kamu berhenti? Sayang sekali? ,apakah ini sudah keputusan final mu?"

Aku mengangguk dengan yakin.

Chris mengusap dagunya yang tampak bersih. " Sebentar! Aku akan menyiapkan sisa gaji mu, apa kamu mau menunggu?"

" Aah itu? Saya tidak perlu Sir. Maksud nya. Seminggu yang lalu saya sudah menerima gaji. Hanya beberapa hari saja bekerja, jadi ga masalah"

Chris mendorong kembali lacinya " Benarkah! Apa kamu menemukan pekerjaan yang baru?"

" Itu.. Saya hanya perlu istirahat" Jawab ku mengulum senyum, mata ku mengerjap beberapa kali saat pria yang di gosipkan memiliki penyimpangan seks ini melihat ku dengan cara sesuatu yang aku katagori kan sedang menggoda.

Membuat ku ragu ia penyuka pria. Apa jangan jangan dia Biokseks. Penyuka seks cewe atau pun cowo.

Itu lebih mengkhawatirkan kan.

" Kalau begitu saya permisi selamat malam" Aku segera mengakhiri pertemuan ini dan menarik diri keluar dari sana.

Grace langsung menarik ku.

"Apa kata Mr. Robert? Dia tidak akan mengizinkan kamu berhenti kan??

Aku menggeleng. "Dia anak nya! Chris, kamu pulang jam berapa Grace?"

" Sebentar lagi sih! Apa kamu jadi traktir aku??" Katanya dengan senyum melengkung.

" Tentu saja ! Tapi aku mau membereskan pakaian ku dirumah. Setelah itu kamu aku jemput disini! Bagaimana?"

" Setuju" Sahut Grace dengan wajah riang nya.

Aku segera mengambil ponsel ku dan mengaktifkannya.

Ada banyak laporan panggilan dari Jakarta, ada Dave, Susan, Papa, Arya juga Nita.

Chat dari mereka pun masuk seperti pasukan.

Drrrrtt

Dddrrtt

Ada panggilan masuk dan itu dari Dave.

Aku menceritakan semuanya pada Dave. Sambil membereskan semua pakaian ku dirumah.

Setelah selesai aku kembali kedepan Resto. Kali ini aku kaget Grace tidak sendiri dia bersama Chris.

Setelah melihat ku Grace melambaikan tangan.

" Apakah semua sudah selesai? Aku bahkan tidak membantu mu membereskan pakaian mu Alena.." Cecar Grace.

" Tidak masalah Grace semua aku hanya punya barang sedikit" Sahut ku. Lalu menundukkan kepala kepada Chris menyapa nya. Dan kembali melempar mata ke Grace.

" Ah! Mr. Chris katanya mau traktir kita makan Alena. Katanya sebagai tanda terimakasih!"

" Traktir?"

Aku merasa alasan itu tidak terlalu masuk akal. Apakah nantinya pekerja yang berhenti semua nya juga akan ditraktir. Dan juga aku sedikit sangsi kalau ada orang lain. Maksud ku Chris orang baru dikenal. Dan ini harus nya malam pertemuan yang susah aku dapatkan untuk bersama Grace.

" Maafkan aku Mr. Chris! Terimakasih atas ajakan nya tapi saya dan Grace sudah menantikan makan malam ini " Kata ku sedikit mengartikan perkataan ku dengan tanda kutip. Dan itu langsung mendapat pelototan dari Grace. Ia bahkan mengumpati ku dengan sinyal yang aku tangkap dari mata ku.

Pria ini sedikit kaget laku mengendikan bahu " Oh begitu. Sorry! Baiklah.. Selamat bersenang senang" Katanya dengan sangat ramah. Lalu pria itu kembali masuk kedalam Restoran.

" Kamu gila???" Seru Grace langsung mengintimidasi ku.

" Mr. Chris pasti berpikir kita ini pasangan. " Matanya masih melotot dan terus mehakimi ku

" Sudah lah. Aku hanya cari cara untuk tidak mengajak dia" Jawab ku enteng. Tapi Grace masih mengutuk ku dalam pelototannya.

Aku hanya mengabaikan nya.

" So! Kita akan kemana? Waktu ku sisa 1 jam. Apakah ada tempat yang mau kamu cicipi. Aku rasa aku masih banyak tabungan..." Cecar ku mengalihkan topik, kami berjalan di sudut kota yang tampak ramai.

" Benarkah! " Grace mulai berpikir dengan antusias " Ah benar kita kesana saja..." Teriak nya lebih antusias dan misterius.

Lalu kami di sebuah Cafe yang di dalam nya berada di pinggir pantai. Tempat itu temaram tapi cukup ramai dengan beberapa anak muda sedang asik berkumpul, bercengkrama sambil menyantap makanan mereka dan ada yang nengdakan party kecil, menanyanyi juga berdansa.

Ada juga yang bermain bola pantai.

Aku yakin kalau siang tempat ini akan lebih ramai.

" Aah bagaimana.. Keren bukan! Karena ini merayakan hari ulang tahun mu dan sudah menemukan anakmu. Tempat ini cocok sekali. Ayo kita kesana" Ajak Grace kegirangan. Ia membawa ku ke party kecil disana. Music disana sangat nyaman di dengar seolah mengajak pendengar nya untuk menari seperti sepasang di tengah itu yang terlihat indah dan mengagumkan. Aku ikut menepuk tangan mengikuti irama disana seperti yang lainnya. Grace bahkan ikut menari saat seorang pria datang mengajak nya. Hal itu membuat ku sangat terhibur. Di beberapa lagu berikut nya aku semakin terhibur. Sampai sampai ada yang mengajak ku menari juga. Tapi aku menolak nya. Aku cukup pemalu kalau urusan menari didepan umum.

" Wow.. Mereka semua keren sekali.. Kenapa tidak ikut bergabung.." Aku terperanjat dengan suara ini.

Setelah ku toleh ada Max di sebelah. Ia mengenakan kaos hitam. Sudut wajah nya tampak seperti pancaran sisi samping pria dalam sebuah foto pria dewasa, cukup menggoda dengan rambut ikal nya yang diatur seadanya, apalagi jambang nya membuat pria ini punya aura berbahaya.

" Max" Pekik ku takjub, kenapa pria itu ada disana.

" Cukup kebetulan bukan! Bagaimana kalau kita gabung mereka " Ajak nya dengan dua pasang mata abu nya yang sulit ditolak.

" Aku tidak bisa...

" Came on girls... Ini malam yang indah" Seru beberapa orang disana mendukung ku.

Susah dikendalikan akhirnya aku menerima ajakan Max.

Ia mengajak ku ketengah setengah lagu berganti. Kali ini lagu Senorita. Aku mendadak pucat tapi tubuh ku seperti nya mengikuti gerakan yang terekam dikepala ku mengikuti gaya camila cabello, dan ini cukup vulgar untukku. Mungkin wajah ku kalau lampu terang menderang pasti sangat merah. Namun yang kudengar mereka bertepuk tangan dan berseru.

Aku makin tersipu. Max juga tampak sumringah.

" Aku mendadak gila Max. Ya ampun..."

" Enjoy.. Alena.. Disini memang menciptakan sisi lain seseorang" Kata nya disana membiarkan aku berputar putar mengitari nya. Aku makin menyembunyikan rasa malu ku.

Serasa cukup kami kembali ke tempat dan menonton yang lain menari nari di tengah. Grace juga terlihat asik dengan pria disana.

" Aku sudah pesan makanan Alena.." Kata anak itu menemui ku.

" Benarkah. Bagus lah."

Grace mengendikan bahu" Tarian mu tadi cukup keren Len. Kalian seperti tercipta sepasang malam ini" Goda nya dengan mata menggeriyang ke arah aku dan Max.

" Jangan menggoda ku! Dia Max! Max. Ini teman ku Grace" Kata ku sembari mengesap minuman di tangan.

Grace dan Max bersalaman.

" Kamu pria sexy! Max! Ku rasa cukup beruntung bisa mengajak Alena! Kau tau dia tadi barusan menolak seorang pria dan mengatakan kami ini pasangan lesbian"

Grace mengekuk dua jari kedua tangan nya sambil meringis.

" Yaa Grace.. Masih membahas nya. Kutakan itu hanya cara jitu agar dia pergi " Kataku langsung di sambut Grace dengan tawa lalu kamu terlibat beberapa obrolan ringan dan cara yang alami untuk berinteraksi satu sama yang lain.

Itu malam yang indah, aku bisa tertawa lepas dan tersenyum seperti saat ini, menikmati music dengan cara pandang yang berbeda dan terlibat didalamnya Merasakan bahwa disisi hidup ku yang kadang tak sesuai keinginan masih ada senyum dan cara ku mendapatkan bahagia ku sendiri.

Sudah lebih 1 jam. Aku mewaspadai diri dengan realita. Ini sudah hampir jam 10 malam. Aku rasa pemilik rumah tak akan ramah kalau aku keluar terlalu lama. Apalagi Adela saat ini mungkin sudah tidur lagi.

" Grace.. Terimakasih untuk malam ini! " Kata ku sambil beriringan dengan nya menuju kedalam cafe.

" Ini malam yang mengasikkan Alena. Next kita akan melakukan nya bukan"

" Ya.. Aku akan menghubungi mu" Sahut ku. Lalu kami tertawa kecil.

Aku mengambil koper ku yang kutitip kan di dalam Cafe.

" Aku akan merindukan mu Alena..., bakal sepi sendirian di rumah.." Grace memeluk ku lagi dan mengusap punggung ku.

" Aku juga! Cari teman baru Grace! Jangan sendiri an.." Saran ku mengurai pelukan kami.

" Tentu! Mungkin aku akan mengajak Lisline. Dia bilang kalau rumah nya cukup jauh buat bekerja"

" Ide yang bagus "

Grace melengkungkan senyum. " Oh... Max pria hutan yang macho Alena. Dia pasti brutal di ranjang..." Bisik Grace membuat ku terperanjat kaget. Alis nya naik turun kearah ku. Apa maksud nya ia sedang merekomendasikan Max padaku.

Aku hanya menyengir. Tentu pemikiran orang Barat dan Timur sedikit berbeda ya. Tapi aku hanya mengendikan bahu seolah omongan nya hanya lelucon.

" Oh. Pria hutan sexy menuju kesini! " Pekik nya lagi.

Aku menoleh ke belakang dan benar saja Max mengarah ke kami.

Max memang punya aura liar dengan perawakan nya yang agak berantakan tapi kesan sexy juga terlihat apalagi kulit nya yang agak cokelat dengan dada bidang seperti itu, aku rasa kalau bule ini mampir ke gang gang di Jakarta bakal di kerumuni emak emak. Dia punya kesan jiwa penggoda yang kuat dengan wajah nya yang sedikit sangar namun bibir nya yang penuh menggoda saat tersenyum. Siapa saja pasti ingin merasakan bibirnya, Aku cukup mengagumi sosok Max. Tapi bukan merasakan hal berbeda apalagi yang dibisikan Grace sebelumnya. Kalau saja aku menyelami jiwa having seks. Mungkin Max sudah jadi kandidat yang tepat. Apalagi ini Negara yang bebas dalam berhubungan. Tapi budaya timur dan agama tentu masih membuat jati diri ku cukup memberi batasan norma yang menjaga pikiran ku dimana pun berada.

" Apa ini semua barang-barang yang mau kamu bawa?" Kata pria hutan yang diberi gelar Grace ini menunjuk koper besar di tangan ku.

" Yeah.. ! Antarkan lah dia Max.. Aku rasa kalian bisa lebih dekat lagi" Jawab Grace langsung ku sikuk perut nya.

" Iya donk! Kan tadi kamu datang juga dengan nya tidak masalah donk pulang nya juga" Timpal anak ini lagi.

" Aah Max. Jangan dengarkan. Aku bisa panggil taxi"

" Cukup berbahaya kalau pergi seorang diri! Ikut pulang dengan ku saja" Kata Max sambil memasukan tangan nya kedalam sakunya. Itu tak lepas dari penglihatan Grace ia tampak mengagumi gaya Max barusan terlihat dari kilatan matanya.

" Lebih berbahaya lagi tidak membiarkan mu untuk mehabiskan malam bersama Ale-

" Aah ayo Max. Aku rasa racun di otak Grace belum berfungsi. Kata kata nya hanya akan mencemarkan telinga " Sela ku langsung mendapat pelototan oleh nya. Aku segera menarik koper ku.

Grace berseru " Kamu akan menyukai nya Alena... " Teriak nya benar benar membuat ku harus menyembunyikan raut merah ku. Aku harap Max tidak berpikir aneh aneh tentang ku.

" Aah sorry! Grace memang rada konyol! Tapi apakah tidak masalah aku kembali menumpang??"

Max mengendikan bahu.

" Tentu saja tidak! Kita punya tujuan yang searah bukan!"

Aku mengangguk kikuk.

Dan kami sampai di parkiran. Aku pikir aku kembali menaiki truk yang tadi ku tumpangi. Ternyata mobil sedan hitam.

" Aku meninggalkan truk di bengkel! Dia perlu di rawat dulu! Jadi tidak usah takut mogok di jalan" Cecar nya dengan senyum yang membahayakan. Aku mengangguk dan segera masuk kedalam. Max membantu ku meletakkan Koper ke bagasi belakang.

" Apa kamu punya tempat tinggal di kota ini juga?" Tanya ku setelah Mobil ini mulai berjalan menuju aspal.

" Aku ada pekerjaan di kota! Tapi tak sering hanya 1 minggu sekali di bengkel! Selebihnya lebih menyukai peternakan Paman! " Jawab nya cukup sulit mengetahui apa pekerjaan tetap Max. Pada inti nya aku menilainya pria ini menyukai alam, ketimbang tinggal di Kota.

Sepanjang jalan kami ditemani suara music yang cukup memanjakan telinga. Max cukup menyenangkan untuk kesan pertama kenal. Dan kurasa aku bakal tak bosan tinggal di sana kalau ada Max. Dia menjanjikan akan mengenalkan ku dengan kuda kuda yang selalu ia banggakan.

Hampir 1 jam kami akhirnya sampai.

Dan aku kembali menarik nafas dalam melihat mension mewah Devan disana. Realita menanti!

Kabut malam seolah menenggelamkan pepohonan disana.

" Aku akan memandu mu jalan jalan kalau kamu mau nanti Alena" Kata Max sebelum aku turun dari mobil nya.

" Tentu! Aku rasa kamu lebih menguasai wilayah ini. Terimakasih atas tumpangannya.. , dan salam untuk Mr. Bob" Kataku menyebut nama paman nya.

Max tersenyum lagi. Ia lalu melambaikan tangan sebelum meningglkan ku di sana.

Mobil itu masuk ke suatu tempat, mungkin rumah Mr. Bob di dekat itu, dan aku segera menarik koper ini. Rasanya sudah tidak sabar untuk menemui Adela dan Jeremy.

Seorang pelayan membukan pintu.

" Malam Nona!" Sapa pelayan itu ramah.

" Malam juga Hilda! Apakah anak-anak sudah tidur?" Tanya ku.

" Tuan muda Jeremy sudah tidur Nona. Kalau Adela tadi saya dengar dia terbangun, Marissa sudah menanganinya" Jawab Hilda.

Aku jadi lega dan segera menarik koper ku lagi, kaki ku agak berhenti saat disana ada Devan.

Ia mengenakan piyama tidur dan sedang memegang segelas koktail. Mungkin kebetulan ia sedang keluar dari kamar nya.

Aku segera menunduk dan melanjutkan langkah ku dengan terburu-buru.

Aku segera membersihkan diri. Mencuci rambut dan tubuh ku. Hari ini cukup menyenangkan. Aku sambil berdendang mengingat lirik lirik yang tadi di nyanyikan. Rasanya seperti masih disana saja.

Setelah selesai aku segera mengenakan jubah mandi dan keluar dari kamar mandi. Tapi langkah ku terhenti saat kulihat ada penyusup masuk. Kalau saja tempat ini bukan miliknya. Aku pasti sudah memarahi nya. Tapi ini kamar kan khusus untuk ku! Dia lancang masuk masuk begini. Apalagi kami sudah bukan suami-istri.

Devan berdiri membelakangi ku. Ia menghadap jendela yang tertutup. Tangan nya sebelah memegang minuman nya. Bisa kulihat dari pantulan cermin. Melihat nya seperti itu aku jadi gugup. Lalu apa yang ia lakukan disini! Ini sangat tak sopan. Masuk tanpa permisi ke kamar wanita.

ตอนถัดไป