webnovel

Tiga Puluh Empat

Elara melihat ku dengan miris, wajah nya makin pucat setiap menjadi penerjemah ku. Karena yang berdebat dengan ku adalah Manager Tiffany.

Beberapa selang sebelumnya aku membuat keributan di tempat itu.

Menjambak, mencakar Model disana, Tiffany atau sepupu J sendiri.

Setelah adik nya Twice lari keluar toilet memanggil orang orang untuk meminta pertolongan.

Dan sekarang aku di bawa ke pihak keamanan. Bahkan Jack teman Alera ikut menemani, ia merasa terlibat karena mengizinkan aku juga Alera masuk ku tempat itu.

Perdebatan pun masih berlangsung.

Tiffany berhasil ku cakar di wajah dan ini berdampak buruk padaku, wajah, badan nya merupakan aset baginya dan sekarang Manager nya ikut tak terima dengan luka cakar di wajah anak model nya. Beruntung Ibu Jack ikut membela ku. Ya walau bagaimana juga aku yang di katakan salah karena menyerang lebih dulu.

Sial nya lagi wajah Tiffany di asuransikan, padahal hanya goresan dan 2 hari juga sembuh, tapi mereka terlihat mempersulit ku.

Sedangkan aku sendiri juga mengalami cedera.

" 36 ribu dolar amerika kak .. Atau 33 Euro" Kata Alera dengan panik menyampaikan nya.

Kepala ku langsung berputar menghitung berapa banyak uang kalau dirupiahkan... Mata ku melebar angka sekitar 500 jt hanya goresan di pipi itu, itu 1 gores bagaimana kalau ada goresan lain??

Kulihat Tiffany menyeringai senyum melihat keterkejutan ku.

" Bagaimana kalau kita kasih tahu Jordan" Saran Alera frustasi.

" Tidak! Ini masalah ku! Dia jangan dikasih tau! Aku akan bayar kalau memang bersalah! Kasih tahu aku minta pembuktian dari asuransi nya. Kirim saja kalau semua surat rincian kalau aku salah" Kata ku dengan yakin.

Tiffany kembali bersuara keras disana.

" Kalau kamu memang ga matrealistis ga usah ngadu ke Jordan! Pakai uang sendiri! Sanggup ga" Cecar nya disana yang ku artikan seperti itu. Tiffany masih menggunakn bahasa Inggris, berbeda dengn Manager nya yang berbahasa Itali.

" Aku ga takut! " Sahut ku disana kembali di lerai pihak keamanan. Elara juga berusaha menenangkan ku.

Dan akhir nya kami di pulangkan setelah meninggalkan identitas disana. Paspor ku tentu nya.

Mood ku masih sangat buruk. Emosi sesaat memang membawa petaka, tak seharusnya tadi aku menyerang Tifanny! Kalau tau dia menuntut ku begini aku lebih baik menahan amarah.

Aaaaaaggggggh..

Rasanya mau makan orang aja kalau otak ngadat begini.

33.000 ⍷, bukan duit sedikit!!

" Mungkin mereka hanya menakut nakuti saja! " Kata Alera mencoba menghibur. Ia tau betul dengan yang aku pikirkan.

" Kasih tau sama Jordan saja! Kalau sepupu nya yang mulai duluan! Menjelek-jelekkan kakak. Aku saksi nya" Ucap Alera dengan wajah mendukung. Ya Alera saksi Tiffany dan adik nya membela diri mereka saat di lerai dan mengulang kata kata mereka, bahkan bilang aku ini hanya wanita tidak baik-baik, Tiffany menyampaikan kalau aku mencoreng nama keluarga besar nya, dan aku sangat bersalah.

Bagian itu aku tak mengerti. Di bagian mana aku mencoreng nama keluarga besar nya.

Aku mendengus menggeleng, perkataan Tiffany yang terakhir tadi tentu salah satu bukti aku bukan matrealistis.

Tapi aku mana ada uang sebegitu banyak. Kepala ku kembali mumet.

Aku memang ada di beri kartu tanpa limit oleh Jordan dan kartu dari Devan.

Bahkan aku yakin aku bisa bayar lebih dari tuntutan dari yang mereka pinta tapi kalau Jorda  tentu aku enggan apalagi Devan. Bisa bisa ia melacak keberadaan ku di sini.

Dan ada 1 barang yang mungkin bisa aku jual, hanya saja aku masih meragukan untuk melakukan nya.

Ponsel ku berdering ada nama Jordan disana.

Aku memberitahu Alera dengan memperlihatkan layar ku. Alera mengangguk mengerti. Ia lalu ikut sibuk menekuri ponsel nya sendiri.

Kulihat ke cermin di bagian jidat ku agak memar, ga terlalu parah sih tapi nyeri saja dan masih bisa di tutupi dengan rambut baru ku angkat Video Call dari Jordan.

Pria itu memakai kemeja putih dengan vest berwarna merah bergaris.

Wajah nya terlihat tampan seperti biasa. Apalagi manik biru disana yang selalu teduh melihat nya.

Jordan seperti nya berada di dalam ruang kerja nya.

" Hey.. " Sapa ku melebarkan senyum, mehapus jejak gelisah diwajah ku.

Kening J mengerut " Kamu ada dimana? Seperti nya di perjalanan...

Ku arahkan camera ke pada Elara dan dashboard mobil juga keluar jendela mobil.

" Hmm..Kami baru selesai mengantar pesanan, ini mau balik.. "

" Kalian ke kota? Kebetulan sekali. Mampir dulu kesini, padahal tadi aku mau menjemput mu.. Untuk ke suatu tempat" Kata J disana sambil menikmati secangir minuman.

Ku lihat kearah Alera yang mengedikan bahu.

" Baiklah, tapi dimana kantor mu... Beri aku location nya"

J mengangguk disana lalu ia mematikan telepon berganti location yang ia beri.

Kalau di kota aku mengandalkan Alera untuk menyetir.

20 menit kemudian kami sampai di depan gedung perusahaan pencakar langit.  Ya ga sampai kelangit sih. Tapi cukup tinggi juga megah. Ini perusahaan Papa nya Jordan yang mengelola perindustrian Minyak itu.

" Apa kamu yakin Jordan ga bakal curiga dengan keadaan mu kak?" Tanya Alera memberitahu ku dengan sobekan di bahu ku.

" Ga masalah! Aku banyak kata ngeles, Alera " Sahut ku sambil tersenyum dan melebarkan syal yang aku pakai, menutupi sobekan di bahu kanan ku juga ada bekas cakaran disana. "

Dia bilang Mr. Diego akan menjemput di sini. Nah itu dia..

Kata ku melihat lelaki berumur 45 tahunan baru keluar dari pintu di parkiran ini. Laki laki dengan sedikit botak, berumur tapi masih sangat segar bugar.

Aku membunyikan klakson untuk memberitahu kan keberadaan mobil ku.

Pria berpostur tinggi kurus itu mendekat.

" Siang Nona.. " Sapa nya dengan bahasa inggris yang jelas.

" Ya siang Diego! Jadi dimana Jordan?" Tanya ku menunggu nya di luar mobil dengan Alera.

"Kalian bisa ikuti saya" Mr. Diego memberi kami jalan. Dan aneh nya ada jalan khusus yang seperti nya tersembunyi.

Aku dan Alera hanya mengikuti jalan khusus itu. Hingga mempertemukan kami ke dalam lift dan membawa kami ke suatu ruangan yang tentunya besar. Berada di lantai yang cukup tinggi.

Jordan di sana sedang menelepon tanpa mengetahui kedatangan kami.

" Hapus semua beritanya jangan sampai Alena tau"

Deg..

Nama ku disebut. Berita apa, ku lihat kearah Diego yang tampak kaget, ia lalu mendehem keras hingga Jordan berbalik dan wajah terkejut nya juga terpantry.

" Berita apa?" Tanya ku penasaran.  Firasat ku ini ada hubungan nya dengan yang Tiffany sampaikan barusan. Aku mencemarkan nama baik keluarga mereka. Apa berita itu??

Jordan melirik pada Diego. Ia lalu mendehem.

" Hanya pemberitaan tak penting! Tapi sudah diatasi. " Jawab nya.

Aku mengawasi wajah Jordan. Lalu mencari kotak sampah. Biasa nya ada yang bisa ditemukan disana. Pengalaman dulu kerja di kantor dulu.

Dan benar saja aku menemukan sebuah majalah bisnis yang diremas disana.

Kuambil majalah itu

Ada berita disampul nya tentang Jordan yang membawa lari istri pengusaha bernama Devano AH, pengusaha asal Indonesia dan wajah ku saat anniversary juga terpampang jelas.

Rasanya ada udara keluar dari kepala ku.

Bruuusssh... Seperti itu

" Semua pemberitaan sudah ditarik, kamu jangan khawatir" Kata Jordan menenangkan ku.

Aku cukup lega mendengarnya, tapi tetap saja ini tandanya aku membuat J jadi terbebani.

" Diego!! Cari Daniel" Kata Jordan disana, kembali memerintah.

Dan pria itu langsung keluar setelah mengangguk dengan segan.

Jordan kembali mendekati ku.

" Jangan terlalu dipikirkan. Ini sudah biasa untuk menurunkan harga saham di perusahaan " Kata Jordan disana. Ia tampak biasa biasa saja tapi aku yang merasa berat.

"Oh ya Kalian belum makan kan. Kita makan sama-sama" J membuka suasana baru, " Ada masakan Indonesia yang sangat enak. Kurasa Arela akan suka" Kata J lagi kearah Arela.

Di sana Alera yang tampak tak mau ikut campur juga terlihat mau membuat suasana nyaman lagi.

Dan ruangan tengah Jordan malah di buat lesehan, dengan beberapa pelayan masuk membawakan makanan yang sangat indonesia sekali. Ini ala sunda.

Ada urap, ayam goreng sambel, pete dan sayuran mentah lalap lain nya.

Kami makan dengan bersila di sana, membuat Alera ini hal baru yang membuat nya sangat antusias menikmati makan siang ini di tengah ruangan di kelilingi estelase terbuka membuat seperti berada di atas  langit.

" Aku ingin pergi dengan Alena, kamu bawa saja mobil Alena, nanti dia aku antar" Kata Jordan pada gadis itu yang langsung ia angguki, dan Alera segera keluar dari sana setelah perut nya kenyang terisi.

" Kita mau kemana?"

" Ikut saja! Bukan kejutan kalau aku bilang" Kata Jordan sambil mengambil mantel nya dan syal nya.

Aku menurut saja saat J membawa ku keluar ke jalur yang sama. Kami menggunakan mobil nya yang terparkir tidak jauh dari mobil ku.

Saat keluar dari area perusahaan tampak beberapa security sedang mengatasi orang orang yang membawa kamera. Dan jumlah nya lebih dari 10.

Perasaan saat aku kesana tadi tidak ada wartawan didepan sana.

Lalu salah satu dari mereka menunjuk kearah mobil J.

Orang orang itu lantas menuju kearah mobil, dengan cepat Jordan mundur dari sana. Kalau maju ia pasti akan menabrak salah satu nya. Wartawan ini tampak sangat antusias.

Mobil kembali mundur dan di halau oleh security yang menghambat para wartawan itu.

" Mereka wartawan? Apa mereka kesini karena berita tadi? Pekik ku kaget juga syok. Terlebih kaca mobil ini terang. Mereka dengan cepat mengambil foto kami disana tadi sebelum mobil mundur.

" Tadi kami kesini semua nya baik baik saja" Kata ku merasa sangat aneh.

" Ini pasti ada yang mengatur nya!" Kata J yang di sana. Lalu kembali ke parkiran sebelum nya.

Ia memasang interkom di telinga nya.

" Urus wartawan di depan! Cari tau siapa dalang nya" Kata nya disana dan Utus orang Buccellati ke kantor! Bawa aja yang terbaru"

Selesai ia bicara disana J dan aku segera keluar dari mobil. Menuju jalan khusus tadi yang juga di jaga beberapa orang.

" Apa berita ini akan membuat kalian rugi besar?" Tanya ku tak nyaman.

" Tentu tidak! Sama sekali tidak ada pengaruh nya" Sahut J lebih terdengar hanya ingin membuat ku tenang.

" Tapi keluarga kalian jadi tercemar "

" Kalau berita berita menjatuhkan seperti ini bukan hanya sekali! Ini hanya permainan  politik saja Alena! Kebetulan masalah ini diangkat"

Kecemasan ku sedikit berkurang.

Hingga kami sampai kembali di ruangan J yang tadi.

" Apa mungkin Devan yang melakukan nya?" Tanya ku lagi.

Jordan mengambil kacang dalam toples dan memakan nya satu persatu.

" Seperti nya bukan! Dia tidak punya waktu mengurusi nama baik ku! Kalau ia yang melakukan nya dia pasti sudah muncul!" Perkataan J ada benarnya, karena Devan tipe seperti itu, aku sedikit merasa lega lagi.

Jadi ini adalah salah satu serangan dari keluarga J, apalagi keluarga besar nya tidak menyetujui aku yang menjadi istri J.

" J.. Apa kamu memang akan menikahi ku??" Tanya ku membuat nya bergeming. Dan ia berhenti mengunyah kacang itu. Ia malah melempari ku dengan kacang itu.

Yaa.. Hey.. Jordan.... Hentikan..

Teriak ku bersembunyi dari serangan nya.

" Kamu ini lemot atau apa sih Alena... Tentu aku akan menikahi mu!

Kata nya disana terus melempari ku dengan kacang. Bahkan ada 1 dari mulut nya.

Aku berteriak histeris " Itu jorooook"

Ia malah tak peduli dan makin intens melempari ku dengan kacang.

" Apa aku ini monyet? Kamu lempar dengan kacang hah.." Aki lari ke belakang sofa.

Jordan hanya tertawa saja. " Habis kamu selalu buat pertanyaan yang aneh! "

Aku mengintip setelah serangan nya berhenti  " Itu bukan pertanyaan yang aneh! Aku hanya berpikir! Kamu terlalu cepat mengambil keputusan"

Kulihat anak itu mengitari meja dan duduk di tempat asal ku barusan dengan kepala condong ke bawah.  Aku jongkok disana melihat kearah nya dengan linglung.

" Apa lagi yang harus di pikirkan! Nunggu ada yang ngambil kesempatan lagi??" Kata nya kali ini lebih terdengar serius. Senyum nya membentuk lengkungan seperti bulan sabit.

Aku keluar dari sana " Bukan begitu! Aku merasa kamu sebagai pelarian ku saja! Lagian ini sangat penting! Wanita yang bersama mu harus nya setara dengan kamu! Bukan wanita miskin seperti aku kan Jord!!!

Jordan meraih tangan ku dan menempatkan ku di sebelah nya, kegugupan menguasai ku.

" Aku merasa terhormat permaisuri!!! " Ia lalu mencium tangan ku seperti aku ini benaran seorang ratu. Tapi tetap saja J menyelipkan senyum candaan nya. Hingga nada nya  kembali serius. "Sudah aku bilang itu bukan pelarian tapi tanggung jawab dari masalah yang aju buat! Jangan meragukan aku okey!!!"  Ada selip nada menekan di belakang, membuat ku merasa terintimidasi. Kemudian senyum indah nya kembali terlihat dengan manik biru yang terlihat bercahaya disana. Lalu Jordan menarik tubuh ku dan mencium bibir ku singkat. Aku sampai kaget dan hanya diam saja.

" Aku hanya mengambil apa yang jadi milik ku..." Kata nya lagi dan  kembali mencium ku kali ini lebih lama. Mendapat serangan seperti itu membuat ku sulit mengontrol diri. Dengan cepat aku urai ciuman Jordan.

" Kamu harus mengantongi surat cerai resmi ku dulu Jord!! " Ku tatap manik biru nya dengan dalam. Detak jantung ku dengan cepat kembali normal.

Aku merasa beban setiap bersentuhan dengan Jordan! Ada kata kata yang membuat ku benci mengingat nya.

Ucapan Devan waktu itu yang mengijinkan ku bersama Jordan tapi tidak untuk meninggalkan nya, seolah ia sudah tau perihal anak nya terbongkar tapi Ia masih berharap aku tetap memilihnya.

Mungkin karena status menggantung yang masih ada saat ini. Berdekatan dengan pria lain dalam status istri orang membuat harga diri ku terasa rendah.

Mata indah sebiru batu jambrut ini kembali teduh dari kabut gairah.

" Itu pasti!" Jawab nya singkat.

" Apakah proses nya sangat susah? " Tanya ku untuk pertama kali. Selama ini aku berusaha menahan diri menanyakan proses perceraian ku dengan Devan, ada sesuatu yang aku takutkan. Entah apa itu.

Aku takut terlalu banyak mendengar dan menyebut nama itu membuat benak memar disini terasa sakit. Sakit marah dan...

Tidak! Pria itu hanya penipu dan pembuat sakit hati.

" Dia hanya tidak mau menandatangi surat cerai nya! Tekanan yang aku berikan ia abaikan!"

" Tekanan?" Kulihat Jordan dengan makna dalam. Lebih kepada apa saja yang Jordan lakukan. Tekanan apa? Apa ia melakukan semacam tekanan fisik? Atau moril.

Apa ia mencelekai Devan? Atau apa.

Ini yang aku cemaskan. Aku merasa khawatir dengan Devan.

Mata Jordan beralih ke arah lain seolah enggan menjawab nya.

" Jangan terlalu banyak berpikir! Pria itu sudah memperlakukan mu dengan buruk. Dia tidak perlu kamu pikirkan lagi Alena.

Hanya aku! Kita sama sama mencintai okey...

Kata kata nya ibarat sebuah mantera dalam otak ku. Aku mengangguk menuruti perkataan Jordan. Kebimbangan ku sirna setelah mendengar nya.

Ucapan nya memang benar.

Aku tak sepantasnya memikirkan Devan. Dia pria jahat yang berkali kali melukai ku.

Dan di depan ku ini pria yang dulu selalu ada disaat aku diabaikan keluarga ku. Dan mencintai ku dengan tulus. Yang aku perlukan hanya cinta dari seseorang pria yang bisa membahagiakan ku.

Beberapa menit kemudian aku kedatangan beberapa orang dengan pakaian sangat rapi. Mereka membawakan banyak model pasangan cincin yang sangat indah.

" Aku ingin mengajak mu langsung kesana, tapi kondisi sedang kacau. Pilih saja yang kamu sukai Alena! Ini cincin untuk pertunangan kita lusa!

ตอนถัดไป