webnovel

Kesalahpahaman

***

Jari lentik yang kukunya berwarna merah pekat, mengetuk-ngetuk di atas meja. Iris hitamnya menatap seseorang di hadapaannya sambil menunjukan wajah polosnya.

Dalam satu tarikan napas, perempuan itu berkata, "tolong jauhi Daniel, Se."

Sejeong tercekat. Ia diam untuk beberapa detik, menyerap apa yang baru saja perempuan itu katakan. "Apa maumu yang sebenarnya? Kenapa kau memintaku untuk menjauhi Daniel?" jawabnya menantang.

Perempuan itu menatap Sejeong, lalu membuang arah pandangnya. "Terserah, detik ini juga akan kuceritakan semuanya pada Daniel kalau kau telah membohonginya," ucapnya seperti merajuk.

"Kau mengancamku? Park Hyera?" tanya Sejeong penuh penekanan.

Wanita bersurai cokelat itu meremas ujung roknya. Ia mulai emosi pada perempuan di hadapannya. Apa maksudnya dengan memintanya menjauhi Daniel? Bahkan memaksa untuk bertemu saat ia baru saja keluar dari rumah sakit.

Ya, sudah seminggu sejak kejadian di mana Hyera memeluk Daniel. Saat itulah awal mula perempuan itu mulai memanipulasi perasaannya pada Doyoung, karena laki-laki bermarga Kang itu telah masuk ke dalam permainannya.

Perempuan yang bernama Hyera itu mencebik. "Ck, kau pikir Daniel akan tetap di sisimu kalau dia tahu kau telah membohonginya?" tanyanya dengan ujung bibirnya yang terangkat ke atas.

"Lagi pula, kau pernah bilang padaku kalau kau ingin membuatnya bahagia. Sekarang waktu yang tepat, kau lepaskan Daniel untukku," lanjutnya lagi.

Sejeong terdiam, ia tidak bisa menahan emosinya lagi. Bahkan kini buliran bening menetes begitu saja dari kedua matanya.

Ia tak habis pikir dengan perempuan di depannya itu. Pasalnya selama ini wanita itu berpikir kalau Hyera hanya menyukai Doyoung, namun ia salah. Ternyata perasaannya yang dulu untuk Daniel, kini muncul kembali.

Tanpa menjawab perkataan Hyera, wanita itu pergi begitu saja dari restoran tempat pertemuan mereka sore ini. Dengan perasaan sesak dan juga rasa bersalah. Semua yang perempuan itu katakan ada benarnya, dalam hal ini ia salah karena telah membohongi lelaki yang begitu mencintainya.

Hyera, perempuan itu menghela napas panjang dan menatap punggung Sejeong yang semakin menjauh dengan tatapan sendu. Kini mata yang tadinya terlihat tegas, berubah menjadi sendu. Ia tak sampai hati melakukan semua ini pada temannya itu.

Tidak lama kemudian, Doyoung datang menghampiri Hyera yang sedang menopang dagunya dengan satu tangan.

"Hyera-ya. Ada apa? Kenapa memintaku menemuimu di sini?" tanya laki-laki bermarga Kim itu.

Hyera membenarkan posisi duduknya. "Ah, kau sudah datang? Tidak ada apa-apa. Aku hanya rindu, itu saja," jawabnya dengan lesu.

Doyoung mengernyitkan dahinya, lalu duduk di kursi yang sebelumnya ditempati oleh Sejeong.

"Jangan membohongiku Hye, aku tahu kau sedang ada masalah. Ceritakan padaku kalau kau ingin," ucapnya dengan nada khawatir.

Hyera mengingat kejadian seminggu lalu saat bertemu dengan Daniel.

***

Hyera sedang menyetir dengan tujuan ke kantornya yang terletak di daerah gangnam, tidak jauh dari perusahaan milik Daniel. Namun tiba-tiba ponselnya berdering, ternyata dari Tuan Park —appa-nya yang berada di Hannam-Dong. Ia pun menepikan mobilnya dan menerima panggilan itu.

"Yeoboseyo appa."

[Park Hyera, kau di mana? Appa-mu sakit, ia ingin bertemu denganmu.]

Ternyata yang berbicara di telepon adalah Nyonya Park —eomma-nya.

"Eomma jangan membohongiku seperti terakhir kali. Aku tetap tidak ingin dijodohkan oleh pria pilihan appa. Aku mencintai pria lain, jadi kumohon eomma jangan membawa-bawa penyakit appa. Karena itu kelemahanku."

[Sayang, aemi tidak berbohong kali ini. Untuk hal itu, aemi minta maaf sudah membohongimu. Tapi aemi mohon kali ini kau harus percaya.]

"Kenapa eomma? Kenapa bukan eonnie saja yang kalian jodohkan. Kenapa harus aku? Aku tidak akan kembali ke rumah."

Hyera memutuskan panggilannya sambil menghentak-hentakan kakinya. Ia menggerutu pelan sambil menahan emosinya. Sudah cukup terakhir kali ia dibohongi dengan alasan yang sama —Tuan Park sakit. Tapi nyatanya, saat ia pulang ke rumah sedang ada jamuan makan malam dengan kedua keluarga. Sejak saat itu, Hyera meninggalkan rumah dan memilih untuk menetap di apartemen miliknya.

"Kenapa mereka selalu membohongiku dengan alasan penyakit appa. Mereka tahu kelemahanku. Aku benci itu!" gerutunya sambil menangis.

Ia pun keluar dari mobil untuk menghirup udara bebas sebanyak-banyaknya. Terasa sangat sesak saat ini —menurutnya. Namun saat ia sedang menangis di samping mobilnya, ada seseorang yang menyerukan namanya.

"Hyera-ssi. Ada apa?" tanyanya.

Hyera menoleh dan mendapati Daniel yang sedang melihatnya kebingungan. Entah pikiran dari mana, intinya saat itu ia sangat membutuhkan seseorang. Jadilah ia memeluk sang pemilik bahu lebar dan menangis sesegukan. Membuat lekaki itu tersentak kaget sekaligus bingung dengan tindakan Hyera.

Daniel mencoba untuk menjauhkan perempuan itu dari pelukannya. "Apa maksudmu Hyera-ssi!" sentaknya.

Hyera menjauhkan dirinya dari Daniel. "Maaf, aku tidak bermaksud Niel. Hanya saja... aku...," ucapnya ragu-ragu.

Lelaki berjas hitam itu mengernyitkan dahinya. "Apa yang membuatmu menangis di tepi jalan? Kukira mobilmu mogok," ujarnya.

Hyera mulai menceritakan soal perjodohan itu pada Daniel. Saat ini mereka sedang berada di salah satu cafe kenalannya, Kim Jaehwan.

"Kenapa kau tidak memberitahu mereka kalau kau mencintai Doyoung?" tanya Daniel.

Hyera menghela napas pelan. "Kau tahu 'kan? Kalau Doyoung belum bisa mencintaiku. Ia hanya mencintai satu orang wanita selama ini," jawabnya.

"Siapa? Kenapa aku tidak pernah tahu?" tanya Daniel, lagi.

Memang, Daniel belum mengetahui kalau wanita yang Doyoung cintai adalah Kim Sejeong. Lelaki itu bahkan tidak tahu kalau mereka sempat dijodohkan, namun Doyoung membatalkan sebelum wanita itu dioperasi.

"Kau akan tahu nantinya Niel," jawab Hyera lirih.

Daniel semakin bingung dengan arah pembicaraan mereka. Namun, tiba-tiba terlintas dalam benaknya kalau ia akan meminta bantuan Hyera untuk membuat Sejeong jujur padanya.

"Hye, aku ingin meminta tolong padamu." Daniel mulai menyusun rencana bersama wanita itu.

***

"Ya! Kenapa kau diam saja Hye? Apa yang sedang kau pikirkan eoh?" pekik Doyoung gemas karena perempuan di hadapannya hanya menatap lurus ke arahnya namun dengan pandangan kosong.

Pria itu sempat berpikir kalau Hyera terpana oleh penampilan barunya. Pasalnya Doyoung baru saja merubah warna rambutnya menjadi dark grey. Tapi, pemikiran itu menguap begitu saja saat ia menyadari pandangan perempuan itu kosong.

Hyera tersentak dari lamunannya dan berkata, "eung? Ada apa Doyoung?"

Lelaki marga Kim itu hanya menghela napas pelan. Dugaannya benar, perempuan itu sedang melamun. "Tidak ada. Jawab pertanyaanku sebelumnya, untuk apa kau mengajakku bertemu di sini?" tanyanya penasaran.

"Sudah kubilang 'kan, kalau aku hanya sedang merindukanmu. Kau tidak percaya eoh?" jawab perempuan itu sambil terkekeh.

Doyoung, laki-laki itu tersenyum kecil melihat sahabatnya bertingkah seperti biasanya lagi. Setelah dua hari lalu wanit itu bertingkah aneh —menurut Doyoung.

"Kau tidak pesan makanan? Kulihat hanya ada minuman, tapi kenapa ada dua gelas?" tanya pria itu sambil mengernyitkan dahinya melihat ke arah gelas lain.

Hyera terkesiap. "Ah, itu... aku yang memesannya," jawabnya dengan gugup.

"Kau yakin? Kau 'kan tidak suka tiramishu latte," cecar Doyoung sambil menaikkan sebelah alis matanya.

Perempuan itu semakin gugup karena ia asal menjawab tapi malah menjadi boomerang untuknya. Dalam hati itu merutuki kebodohannya itu.

Dengan percaya diri, ia menutupi kebohongannya dengan mengalihkan pembicaraan. "Kapan kau pulang dari Jepang? Kau tidak membawa apa-apa untukku, eoh?" tanyanya sambil mengerucutkan bibir.

"Ck, jangan mengalihkan pembicaraan Park Hyera. Jawab pertanyaanku dengan jujur. Kau habis bertemu dengan siapa?" Doyoung, pria itu sangat mengenal karakter Hyera. Perempuan itu tidak akan berani menatap matanya saat sedang berbohong.

Ini minuman kesukaan Sejeong. Jangan bilang kau habis bertemu dengannya. Batin Doyoung.

Hyera semakin tercekat karena pria di depannya itu tidak mudah dibohongi. "Heum, itu ... ak—"

"Park Hyera?" Tiba-tiba ada seseorang yang menyerukan namanya.

Hyera bangkit dari duduknya. "Kau?"

Sedang di sisi lain, Sejeong sedang termangu di dalam mobilnya. Pasalnya ia masih tidak percaya kalau teman yang sudah dianggap sahabatnya itu malah memintanya untuk menjauhi Daniel.

"Aku tidak menyangka, kau seperti itu padaku Hye," gumamnya.

Dengan tekad yang kuat, akhirnya Sejeong melajukan mobilnya menuju kantor Daniel. Ia akan mengatakan yang sejujurnya pada pria itu. Wanita itu sudah tidak sanggup untuk menutupi kenyataan bahwa ia telah mengingat lelaki yang selama ini memenuhi hati dan pikirannya.

Seperti seminggu lalu, saat dirinya masih terbaring di rumah sakit dan Daniel demam. Ingin rasanya wanita itu memberikan perhatian padanya, namun harus ia tahan agar kebohongannya tidak terbongkar. Itu sungguh menyiksa —menurut Sejeong.

Kurang lebih lima belas menit, Sejeong sampai di lobi perusahaan milik Daniel. Wanita itu memarkirkan mobilnya dan meraih ponselnya.

Dialing My Bear ❤ ...

[Yeoboseyo Se.]

"Yeoboseyo Niel. Apa kau ada di kantor?"

[Waeyo? Kau mau ke kantorku?]

"Jawab saja."

[Iya aku ada di kantor. Tap—]

Belum sempat Daniel menyelesaikan ucapannya, panggilan telepon diputuskan secara sepihak oleh Sejeong. Wanita itu langsung mengarahkan tungkainya masuk ke dalam kantor dengan langkah sedikit tergesa-gesa.

***

ตอนถัดไป