Massimo membuka kaos turtleneck yang melekat di tubuhnya dengan kasar di dalam kamar mandinya, begitu kaos itu terlepas dari tubuhnya terlihat jelas dua luka yang memanjang di leher sebelah kirinya.
Bukannya marah, Massimo justru tersenyum saat melihat luka yang kini menghiasi leher jenjangnya itu.
"Aku anggap ini hutang, Gina. Cepat atau lambat kau akan membayarnya,"ucap Massimo pelan sambil tersenyum.
Massimo tertawa saat mengingat kembali bagaimana ia mendapatkan luka di lehernya, Gina seperti kucing liar saat dibangunkan dari tidurnya. Gadis itu tidak sedang berpura-pura atau berakting seperti gadis-gadis yang selama ini masih beli dari para mucikarinya, keterkejutan dan kemarahan yang Gina berikan sangat alami. Karena kalau tidak mana mungkin Gina sampai berani meninggalkan cakaran di leher seorang Massimo del Cano.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com