Saat matahari baru muncul Georgina sudah selesai berlari lima putaran, ia bahkan saat ini sedang bermain tali untuk memperkuat otot-otot kakinya. Tak berlatih selama empat bulan membuatnya merasa tak nyaman, saat Gina sedang beristirahat untuk minum ia mendengar percakapan beberapa pekerja wanita yang sedang menunggu bus di dekat tempat Gina istirahat.
"Yang aku dengar ketiga pria yang sering mengganggu gadis muda saat ini sedang ditahan di kantor polisi setelah sempat mendapatkan perawatan di sebuah klinik karena lukanya, "
"Di rawat di klinik? Memangnya mereka kenapa?"
"Menurut selentingan yang aku dengar tadi malam mereka diserang oleh kelompok lain."
"Benarkah?"
"Iya, bahkan mereka ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Terikat di tiang listrik dalam keaadaan nyaris bugil."
Gina terkekeh mendengar perkataan para wanita itu. "Di serang kelompok lain, hmmm sepertinya harga diri mereka tinggi sekali. Tapi baguslah setidaknya orang-orang tak akan tahu kalau aku yang memberi mereka pelajaran."
Karena bus sudah datang para pekerja wanita itupun langsung meninggalkan halte, dari tempatnya duduk saat ini Gina memperhatikan para wanita yang sudah masuk ke dalam bus itu tanpa berkedip. Tiba-tiba dalam otaknya terlintas keinginan untuk bekerja, meskipun tanpa bekerja Gina masih bisa hidup enak dalam waktu lima tahun kedepan. Uang tabungan peninggalan ibunya cukup untuk membautnya hidup nyaman, apalagi ada beberapa yang Gina depositkan yang mana bunga dari deposit itu cukup besar dan bisa Gina andalkan. Akan tetapi Gina tak bisa seperti ini terus menerus selama satu tahun kedepan, ia harus bekerja untuk mengalihkan kegiatannya. Gina tak bisa meneruskan kuliahnya karena kampus yang memiliki jurusan yang ia inginkan sudah penuh dan tak menerima mahasiswa lagi, karena itu Gina harus menunggu tahun depan. Sebenarnya Gina bisa saja kuliah dikampus lain, akan tetapi hal itu tak ia lakukan karena menurutnya akan membuang-buang waktu dan uang saja jika ia kuliah tak sesuai dengan minatnya. Sejak dulu Gina ingin menjadi dokter hewan, kecintaannya pada hewan-hewan yang terancam punah membuat Gina ingin sekali menjadi bagian dari mereka. Karena itu saat kemarin Gina mengetahui kampus yang membuka jurusan kedokteran hewan sudah full akhirnya Gina memutuskan untuk bersabar dan menunggu sampai tahun depan, setidaknya saat ini namanya sudah tertera sebagai calon mahasiswa kedokteran hewan tahun depan.
Setelah merasa keringatnya sudah kering Georgina memutuskan untuk naik ke apartemennya, hari ini ia tak mau datang ke kediaman keluarga ayahnya yang semua identitas penghuninya sudah ia ketahui termasuk anak hasil pernikahan ibu tirinya dengan mantan suaminya dulu Diego Alvarez.
Seperti biasanya Gina lebih memilih naik melewati tangga darurat ketimbang lift, hal itu ia lakukan semata-mata untuk kekuatan kakinya. Setidaknya dengan naik lewat tangga Gina mendapatkan tambahan latihan lagi, namun pagi ini saat Gina hampir sampai di lantai tempat kamarnya berada secara tak sengaja ia memergoki sepasang kekasih yang sedang bercumbu di tangga darurat. Damn, sepagi ini.
"Woo wooo wooo...im sorry, anggap aku tak melihatnya,"ucap Georgina dengan keras sambil mengalihkan wajahnya ke arah lain, menghindari kemesraan pasangan kekasih yang sedang menggila itu.
"Kau, kau sengaja mengintip kan?"hardik sang pria dengan keras sembari merapikan resleting celana panjangnya dengan buru-buru.
Gina yang sudah sampai dibagian atas langsung menoleh dan menatap pria yang baru saja menuduhnya yang tidak-tidak itu. "Kau pikir aku mau menodai mataku yang suci dipagi hari ini dengan kegiatan gila kalian itu? Jangan gila anak muda, lagipula ini adalah jalan umum. Kalian saja yang tak tahu tempat dan waktu, kalau kalian memang mau bercinta carilah kamar hotel. Bukankah banyak hotel murah di kota ini yang dihargai perjam?"sahut Georgina tanpa rasa takut menyentil ego pasangan kekasih mesum itu.
"K-kau.."
Gina langsung mengangkat tangannya ke udara menghentikan perkataan pria itu. "Sudahlah aku mau kembali ke kamarku, kalau kalian sudah tak tahan lanjutkan saja aktivitas kalian tadi. Anggap saja aku tak melihatnya, bye."
Tanpa rasa bersalah Gina langsung melanjutkan langkahnya meninggalkan pasangan kekasih yang wajahnya sudah sangat merah menahan malu itu.
"Dia..."
"Jangan Pedro, jangan teruskan. Lebih baik kita segera pergi dari tempat ini, jangan sampai ada yang melihat kita lagi,"ucap sang wanita dengan cepat melarang kekasihnya mengejar Georgina.
Pria bernama Pedro itu pun akhirnya mengikuti kemauan kekasihnya, keduanya lantas pergi meninggalkan area tangga darurat yang sebelumnya dijadikan tempat bercumbu mereka. Dari lantai atas Gina tersenyum mendengar percakapan pasangan kekasih itu, senyumnya mengembang saat mengingat apa yang mereka lakukan.
Gina pun meneruskan langkahnya kembali untuk naik ke kamarnya, cacing-cacing dalam perutnya sudah berdemo minta diisi. Tak lama kemudian Gina akhirnya sampai dikamarnya, ia pun langsung bergegeas menuju mini dapurnya untuk membuat roti panggang dengan selai coklat untuk pengganjal perutnya.
Setelah selesai makan Gina bergegas mandi dan bersiap untuk mencari pekerjaan, Gina lupa kalau untuk mencari pekerjaan bagi warga negara asing sepertinya tak akan mudah. Banyak berkas penting yang harus ia siapkan, tapi Gina yang tak menyiapkan apa-apa itu hanya membawa identitasnya saja tanpa membawa apa-apa lagi. Dengan penuh percaya diri Gina menyusuri jalanan Barcelona untuk mencari pekerjaan yang ia sendiri juga tak tahu ingin bekerja sebagai apa, tapi tak ada salahnya mencoba bukan? Ya itulah yang saat ini ada dibenak Gina, seorang gadis umur 18 tahun yang berada di negara asing seorang diri tanpa sanak saudara. Setidaknya dengan kemampuan bela dirinya yang tak bisa diremehkan Gina berani berjalan-jalan seorang diri di tempat baru tanpa rasa takut.
Bersambung