Gina membatalkan niatnya dan memilih mengikuti perintah orang-orang itu untuk menyingkir dari trotoar mengikuti para pejalan kaki yang lain, sungguh tak masuk akal pejalan kaki tak boleh menggunakan trotoar. Karena Gina berdiri dibaris paling belakang ia tak bisa melihat orang arogan yang minta trotoar dikosongkan, yang Gina lihat hanya iring-iringan mobil berwarna hitam yang terus melaju ke arah yang yang berlawan dengan tujuan Gina kali ini.
"Tahan, Gina. Kau tak boleh bersikap konyol, kau orang baru dikota ini. Jangan buat masalah, ingat tujuan utamamu." Gina bicara dalam hati mencoba menangkan dirinya.
Setelah iring-iringan mobil itu melintas Gina dan yang lain akhirnya diizinkan menggunakan trotoar kembali, karena tak mau ambil pusing Gina pun memilih melanjutkan langkahnya lagi. Masih banyak hal yang harus ia ketahui, Gina ingin menguasai medan sebelum terjun. Sebagai seorang karateka pemegang sabuk hitam hal-hal seperti itu sudah dipahami dengan baik oleh Gina, karena itu hari ini ia ingin berkeliling daerah sekitar kediaman keluarga Sanders.
Sudah beberapa kali Gina bertanya pada beberapa orang yang ia temui di sepanjang jalan dan semua orang itu memberikan jawaban yang sama, mereka tahu siapa keluarga Sanders. Fix keluarga Sanders adalah keluarga yang paling terpandang di daerah itu, sebenarnya Gina sudah bisa menebak saat melihat betapa kokoh dan besarnya rumah bercat putih tadi.
"Oh keluarga itu, tak ada orang didaerah sini yang tak tahu betapa berkuasanya keluarga itu."
"Hampir dua pertiga wilayah di sekitar wilayah ini adalah milik mereka, mereka benar-benar tuan tanah yang kaya."
"Perkebunan anggur mereka sangat terkenal, para anak muda yang tak melanjutkan pekerjaannya direkrut oleh keluarga mereka untuk bekerja di perkebunan."
"Iya benar, banyak orang yang sudah terbantu keluarga itu."
"Tapi sayang, semua anak dari keluarga itu angkuh. Tak ada yang mau bertegur sapa dengan warga disini."
"Wajar saja, keluarga Sanders kan kaya raya."
Gina tersenyum mendengar perkataan orang-orang yang ada dihadapannya saat ini, keluarga ayahnya benar-benar keluarga kaya. Tak ada satupun orang yang tak tahu siapa mereka, bahkan pelayan cafe tempatnya berada saat ini juga tahu siapa keluarga Sanders. Gina pun semakin memutar otak mencari cara untuk bisa masuk ke keluarga itu, banyak pertimbangan yang harus ia pikirkan saat ini setelah tahu betapa berkuasanya keluarga ayahnya itu. Gina tak boleh merusak namanya, karena jika itu terjadi maka kesempatannya untuk bisa masuk ke keluarga itu semakin kecil.
Karena merasa informasi yang ia butuhkan hari ini cukup Gina pun memutuskan untuk kembali ke apartemennya, berada di luar ruangan selama hampir lebih dari enam jam membuatnya lelah. Namun Gina senang karena semua informasi dasar yang ia butuhkan sudah ia dapatkan, yang ingin Gina lakukan saat ini adalah segera pulang dan mencari informasi secara mendalam soal kedua saudara tirinya termasuk anak dari ibu tirinya yang merupakan hasil pernikahannya dengan mantan suaminya yang sudah meninggal.
Damn, ayahnya terpaksa untuk menikahi seorang janda. Sungguh Julian Sanders yang bodoh.
Saat berada di dalam bus selama dalam perjalanan pulang Gina tidak tidur, pasalnya kondisi bus sedang sangat penuh. Ia bahkan terpaksa mengalah dan memilih berdiri karena ada ibu hamil yang sedang membawa anaknya naik ke dalam bus yang cukup penuh itu.
"Cantik, sepertinya dia orang baru,"ucap seorang pria yang berdiri dibelakang Gina lirih pada temannya.
"Iya kau benar, ini gadis baru. Lihat saja tubuhnya begitu indah meski dibalut jaket,"sahut temannya yang lain sambil tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari Gina yang berdiri didekat pintu keluar.
Seorang pria lainnya yang berdiri paling dekat dengan Gina nampak terkekeh, lidahnya berkecap-kecap sambil terus menatap tubuh Gina dari atas sampai bawah. Padahal pakaian yang digunakan Gina saat ini sangat sopan dan tertutup, hanya bagian tangannya sajalah yang tak terutup. Selebihnya terutup rapat dengan celana panjang dan jaket yang cukup tebal dan tak membentuk tubuhnya.
Gina hanya diam saat ia menjadi bahan pembicaraan ketiga pria itu, ia berusaha tenang. Dalam prinsipnya ia tak boleh menyerang terlebih dahulu sebelum diserang, hal itu adalah sumpah pentingnya yang ia ucapkan dihadapan dua guru karatenya dua tahun lalu saat ia meraih sabuk hitamnya.
"Nona, cepat turun. Kau sedang menjadi incaran pria-pria mesum ini."Seorang wanita tua berbisik lirih pada Gina dengan pura-pura melihat peta yang ada disamping Gina.
Gina menoleh dan tersenyum pada wanita baik hati itu. "Tenang saja Nyonya, ada Tuhan yang akan menjagaku."
Bersambung