Wanita ini tak tahu malu, ingin sekali aku memarang lehernya. Jika bukan karena kutukan yang ia tananamkan pada ibuku, mungkin aku sudah membuatnya tinggal nama saja.
"Mari kita buat kesepakatan," katanya .
Aku hanya diam. "Kau ingin membunuhnya Yang Mulia?", tanya Huo padaku. Pisau terbang yang ada di tangannya sudah siap dengan racun yang mematikan.
"Huo, kita lihat apa wanita ini masih berguna atau tidak." Kataku.
Ia tertawa dengan keras. "Dengar jika kau membunuhku. Maka ibumu juga akan mati. Kami terhubung satu sama lain. Bukankah kau sudah mendengarnya sendiri?" tanya wanita itu.
"Begini saja, jika kau membiarkan ku hidup sebagai permaisuri. Aku beri jaminan ibumu akan tetap hidup. Aku tidak berniat mengambil tahta atau pun bermusuhan denganmu. Aku hanya ingin hidup bahagia seperti kalian. Dicintai Kaisar dan menikmati kemewahan. Dengan membiarkanku menjadi permasuri, aku jamin aku akan tetap membantumu mengambil keputusan apapun."
"Tidak tahu diri! Memalukan!", celetuk Huo.
"Apa gunanya kau membunuhku? Aku mati. Ibumu mati. Dan kau? Juga akan kehilangan semua kedudukanmu saat ini. Ingat aku memiliki banyak anak buah. Aku mati, aku pastikan seluruh rakyatmu juga akan menjadi santapan bagi kami para siluman." Gertaknya.
"Jika aku menjadi permaisuri, maka ibumu hidup. Kau tetap dengan posisimu. Rakyat akan hidup aman, karena para siluman itu berada di bawah kendaliku. Mereka tida akan pernah mengusik siapapun. Aku tidak menginginkan jabatan. Hanya ingin hidup bahagia."
Ayah, apa ku dengar? Jika aku membiarkan wanita ini hidup. Maka ia lah yang akan menemanimu memerintah.
"Mengapa kau ingin menjadi permaisuri, jika tak ingin mengambil alih kekuasaan?"
Dia tertawa dan bangkit. Aku melihat luka ditangannya perlahan sembuh. Memang dia seperti iblis.
"Aku pernah jatuh cinta kepada seorang pangeran. Tapi ia menolakku, karena aku buruk rupa. Maka aku menjual jiwaku kepada iblis. Hingga kau lihat tidak ada seorang pria pun bisa menolakku. Aku hanya ingin menemukan pangeran itu dengan kekuasaanku. Lalu membalas dendam."
"Kau sangat egois."
Wanita itu melempar sesuatu dari telapak tangannya. Selang sedikit saja aku menghindar, aku pasti mati.
"Tau apa kau soal hati? Kau yang seornag bangsawan, tidak akan pernah tau rasanya sakit hati."
"Aku mencintai pangeran itu, dan ia berjanji akan datang. Tapi, ia meninggalkan aku. Dan anakku mati karena kemiskinanku. Aku hanya ingin balas dendam."
"Lalu mengapa kau tak balas dendam langsung saja kepada pria itu? Dengan kekuatanmu sekarang, bukankah kau bisa membalas dendam bahkan membunuhnya?"
Ia membalikkan bandan ke arah Huo.
"Aku ingin, ia menyesali perbuatannya. Dan lagi, ia adalah kaisar dari kerajaan tetangga. Ia memiliki banyak sekali ahli sihir yang melindunginya. Aku ingin membuatnya menjadi tawanan dan menyesali perbuatannya."
"Itukah, alasan kau menggunakan ibuku? Agar kau bisa masuk ke wilayahnya? Atau agar kau bisa mengundangnya masuk ke wilayahmu?"
Wanita itu menyibakkan rambutnya. "Gadis pintar. Harusnya, wajahmulah yang aku ambil."
"Katakan, apa kau bisa mengembalikan wajah ibuku?"
"Tidak ada cara. Kami para iblis hanya melakukan tugas satu sarah saja.Jika kau ingin mengembaliknya, tidak ada cara selain membunuh kami berdua."
Jika tidak ada cara maka artinya aku tak ada pilihan lagi. Aku menggeser pintu. Melihat pembawa pesan yang berlutut.
"Apa selir Njoo terluka parah?"
Ia mengepalkan tangnnya. "Benar, darah mengucur hebat dan tiba-tiba sekelompok mahluk aneh datang membawanya. Apa yang harus kami lakukan?"
Ayah, apa yang harus aku lakukan? Kau dengar sendiri bukan.
"Pergilah." Kataku.
Aku kembali keruangan yang mengisolasi permaisuri gadungan.
"Hi, iblis kau bawa kemana peraisuri?" tanyaku.
"Ke tempat kami. Jika kau menyetujui permintaanku. Aku akan menujukknanya. Jika tidak, maka aku akan membunuhnya. Jika aku membunuhnya. Akau akan tetap hidup dan pastinya, kau dan rakyatmu selanjutnya. Tapi jika kau membunuhku, ia juga akan mati secara perlahan dan semua siluman pengikutku akan membabi buta menyerang kerajaan ini."
"Apa jaminan kau tidak akan melanggar sumpahmu?"
Wanita di depanku diam. Jika ia tak menjawab, maka aku harus membunuhnya dan mencari cara lain agar kerajaan ini tidak menjadi rusuh.
Ia mengambil sesuatu dari jubahnya. Sebuah cermin. Ia melemparkannya padaku.
"Kau lihat sendiri"
Aku melihatnya dan melihat selir Njoo berada di sebuah ruangan yang aneh. Dengan dikelilingi para iblis berwujud tidak jelas. Mereka membaringkanya dan ia kesakitan.
"Aku bisa membunuhnya kapan saja. Kau mau ikut dengan permintaanku atau tidak?"
"Yang Mulia, mohon pertimbangkan masak-masak."
"Huo, kau diam saja. Tidak ada pertimbangan. Putuskan saja. Kau lihat iblis di sana sangat kelaparan. Dengan satu perintah dariku. Maka ia akan menjadi santapan mereka semua."
Aku mengamat-amati mereka. Ada lebih dari lima mahluk aneh. Mendekat dan darah ibu terlihat mengalir deras. Salah seorang dari mereka menjilat darah yang tertetes dilantai. Akau harus membuat keputusan yang tepat.
"Bagimana kau bisa membereskan semua kekacauan ini? Dan bagimana jika kaisar mengetahui hal ini?"
"Mudah saja. Aku adalah pembuat sekenario yang baik Putri. Aku akan tetap membuatmu menjadi putri dan tidak akan ada yang menyadari perbedaan kami. Aku akan membuat ayahmu, memberikan hukuman pengasingan bagi selir Njoo. Bukan hukuman pancung. Selebihnya, biar aku yang tangani dendamku. Aku tetap jalankan tugasmu. Tidak akan ada yang rugi."
Ayah, habislah kau. Jagan salahkan aku atas setiap keputusan ini.
"Aku setuju" jawabku singkat.
Wanita itu tertawa kecil dengan kepuasan. "Huo ayo pergi, biarkan wanita ini membereskan semua sekenarionya."
"Kau sangat pintar Puri Sian, aku tersanjung. Aku akan meminta salah satu pengikutku membawamu ke ibumu secepatnya."
Aku berjalan keluar dari ruang isolasi. Aku membuka pintu dengan memberinya peringatan.
"Jika kau tidak menepati janjimu, maka aku tidak keberatan membuhmu sekaligus membunuh ibuku. Bagiku, menjadi putri atau tidak. Bukanlah masalah."