Red Light Special
- TLC -
.
Take a good look at it Look at it now
Might be the last time you'll have a go round
I'll let you touch it if you'd like to go down
I'll let you go further if you take the southern route
Don't go too fast.. Don't go too slow
You've got to let your body flow
I like 'em attentive and I like 'em in control
===========
"Erngghh..." Feiying mulai terjaga pagi ini. Rasanya ada yang aneh di bawah sana. Mencoba buka mata, ia pun dikagetkan karena Vince sudah bercokol di selatan sana melomoti klitorisnya secara intens. "V-Vinh! Errnghh~"
Vince hanya terkekeh tanpa melepaskan lomotannya. Menatap nakal ke Feiying, ia berikan kerlingan.
Feiying melenguh. Godaan Vince terlalu hebat. Dalam waktu sekejap saja gadis itu sudah terlena dan kembali biarkan Vince menusuk vaginanya.
Tak lama desah keduanya berpacu di ruangan hangat itu.
Tubuh Feiying bergetar ketika Vince memacu cepat penisnya. Sang pria berhenti sebentar, membiarkan Feiying mengatur nafas.
Setelahnya, Vince mengganti posisi menjadi doggy-style. Ia cengkeram erat pinggul Feiying sembari berikan hentakan-hentakan tegas, mengakibatkan tubuh Feiying terayun-ayun.
Erang pendek-pendek Feiying ditingkahi pacu penis Vince yang berlaga beringas.
Tak puas begitu saja, Vince tarik dua tangan Feiying ke belakang hingga si gadis tegak lurus sejajar dengan Vince.
"Vinhh! Viinh! Haah! Hagh! Agh!" Feiying berusaha mencari wajah tampan orang terkasih. Vince merespon dengan memeluk dari belakang dan satukan bibir mereka meski hentakan tidak disudahi.
Saat badan Feiying bergetar kembali, Vince berhenti sejenak. Dia masih belum klimaks. Sedangkan Feiying sudah berkali-kali. Tak heran gadis itu terlihat lemas.
Vince biarkan Feiying rebah miring di ranjang dengan peluh membanjir. Remot pendingin ruangan diraih Vince dan dinyalakan agar lebih sejuk mengimbangi bara permainan mereka.
Setelahnya, Vince ikut rebah miring di belakang Feiying, dan buka kaki teratas si gadis agar dia bisa lesakkan kembali penisnya ke lobang intim Feiying, kemudian memacu lagi sembari meremas payudara di depan sana.
"Hagh! Agh! Vinh! Vinh!"
"Enak, kan? Sayank! Fei! Feifei! Orgh! Ini sangat enak, sayank!"
"Enakh! Enakgh! Aangh! Vinh! Aku... akuuhh..."
Vince berasumsi Feiying akan menyembur lagi. Maka ia pun percepat laju sodokan penisnya. Feiying menjerit-jerit tertahan, merintih, dan akhirnya melolong panjang sebelum tubuhnya kembali kejang kecil akibat orgasme.
Vince hentikan aksinya sekejap. Ia cabut penis dan telentangkan Feiying. Menekuk dua lutut sang gadis, Vince berlutut posisikan diri. Penis masih arogan menantang gravitasi, siap ditenggelamkan kembali.
"A-aanghh..." lenguh Feiying saat penis besar Vince mengisi lubangnya hingga terasa sesak.
Tuan muda tidak membuang waktu. Dia tahan dua lutut Feiying yang membuka lebar seraya penisnya menghentak cepat.
Keduanya sama-sama berpacu dalam erangan, bersahutan. Kedua kaki Feiying pun diletakkan di bahu Vin agar pria itu bisa merunduk mendekap erat mangsanya agar tidak lepas dari jerat maut.
Hentakan kian cepat dan tegas hingga pantat Feiying agak terangkat. Feiying merintih keras, tak peduli apakah suaranya akan terdengar dari luar. Otaknya penuh akan Vince dan Vince saja, sama seperti liang vaginanya yang penuh terisi penis Tuan Muda Hong.
"Vinh! Aaaaghh!" Feiying melenguh panjang.
"Horgh! Orghh! Iya! Iya, sayank! Ayo keluar sama-sama!"
Feiying menggeleng berulang-ulang sambil peluk erat tubuh atletis Vince. "Aaaaaaakgghhh! Akuh! Akuh tak tahannnn... Viiinnhhh!"
Gadis itu mulai bergetar kejang-kejang sembari merintih keras.
Vince puas melihatnya, dan ia juga sudah akan mencapai limitnya. "Haargh! Feeiii! Oorghh! Hooghh! O-oorggkhh!"
Sang pria muda pun menyemburkan peluru cair nan hangat memenuhi liang Feiying. Lantas, keduanya saling diam berpelukan dan terengah-engah bermandi peluh.
Selang sekian menit, Vince lepaskan dekapan dan cabut penisnya. Ia kecup kening Feiying. "Kau pasti lapar. Ayo kita makan?"
Feiying mengangguk. "Tapi mandi dulu. Ini sudah pagi kah?" Mata indah Feiying mencari-cari jam.
Pria tampan di atasnya tergelak. "Ini sudah siang, Fei. Lihat, sudah jam sebelas lebih." Ia menunjuk ke arah jam dinding.
Gadis itu terpekik kaget. "Ya ampun, sudah siang sekali! Aduh, memalukan aku malah bangun siang! Maaf..." Ia malu. Bangun siang bukanlah kebiasaan dia.
"Tenang saja, gadis bodoh." Vince menggusak lembut poni Feiying, lalu kecup pipinya. "Ayo kita mandi."
Feiying patuh dan turun dari ranjang, ikut Vince ke kamar mandi.
Ternyata, di kamar mandi, Vince masih menagih jatah untuk kepuasan penisnya.
Feiying tak bisa menolak. Ia pasrah dipepet ke tembok dingin kamar mandi sembari satu kaki diangkat dan ditahan pada satu siku Vince sambil menerima sodokan penis sang pria.
"Agh! Hagh! Aghh!" Tubuh Feiying berayun, kian lama kian kencang. Ia sampai harus berpegangan ke bahu Vince agar tidak limbung dikarenakan kuatnya hentakan Vince.
Tak berselang lama, keduanya berhenti bergerak karena klimaks.
Setelah itu, mereka pun mandi dan mencuci rambut karena kusut dan lepek gara-gara permainan panas mereka semenjak malam hingga siang ini.
Vince menganjurkan Feiying agar mengeringkan rambut menggunakan hairdryer agar cepat sebelum mereka turun ke ruang makan. Pasti sudah ada makanan di meja karena ini sudah jam makan siang.
Untung saja koper Feiying sudah diambil dari hotel tadi malam. Gadis itu tidak kerepotan mengenai baju ganti.
Vince kerutkan dahi. Pakaian Feiying baginya tampak... suram. Tapi dia diam saja. "Ayo kita keluar sekarang." Ia gandeng tangan Feiying menuju lantai bawah ke ruang makan.
Tuan muda Hong menampakkan ketampanannya dengan busana semi kasual meski ada blazer dari beludru. Namun itu tampak elegan pada Vince yang memang pantas berpakaian apapun.
Baru saja mereka sampai di ambang ruang makan, terdengar pekik kaget Ruby. "Kenapa ada Ying'er?!"
Feiying meremas genggaman Vince, jelas terlihat gentar. "Tante..."
"Jangan bilang semalam kau--" Ruby tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Ia menatap kecewa ke ponakannya dan tatapan sinis pada Vince.
"Xuehua, sudah, jangan memulai perdebatan, apalagi di meja makan." Sang suami meremas lembut tangan Ruby.
"Ayo sayank, kita maka di luar saja. Di sini ada yang hobi marah-marah seolah dia tak punya dosa." Vince langsung cekal tangan Feiying dan keduanya berlalu dari ruangan itu.
Ruby bagai tersodok ulu hatinya mendengar sindiran Vince. Ia langsung berpikir bagaimana jika suaminya menanya Vince maksud kalimat sindiran tadi?
Tuan Hong memandang istrinya. "Mau sampai kapan kalian seperti itu? Lama-lama aku pusing, Xuehua. Cobalah untuk lebih santai menanggapi mereka. Namanya juga anak muda. Kau juga pernah muda, ya kan?"
Ruby menunduk. "A-ahh, iya, maaf. Aku... aku hanya terlalu protektif ke Ying'er."
Benetton menepuk-nepuk punggung tangan istrinya di atas meja. "Ya sudah, panggil mereka. Semoga belum sempat masuk mobil. Aku ingin punya keluarga yang harmonis di sisa hidupku."
Ruby patuh dan setengah berlari mengejar Vince serta Feiying. "Kalian! Wei, kalian, Vin, Ying'er!" panggil Ruby ketika melihat dua muda-mudi itu akan mencapai pintu ruang depan.
Keduanya sontak berhenti dan menoleh sambil memutar badan.
"Tante..." Feiying takut-takut balas pandangan Ruby.
Tangan Feiying pun diraih Ruby. "Ayo, makan bersama kami saja. Jangan makan di luar. Maaf, Tante tadi saking kagetnya. Habisnya, kau tidak cerita dulu, sih kalau menginap."
Tanpa perdulikan Vince, Ruby gamit lengan Feiying sambil membimbing ke ruang makan. Vince hela napas tak percaya. Begitu cepat mantan kekasihnya berubah sikap.
=============
Baby it's yours.. All yours.. If you want it tonight
I'll give you the red light special.. All through the night
Baby it's yours.. All yours.. If you want it tonight
Just come through my door.. Take off my clothes
And turn on the red light
.
- Red Light Special by TLC -
pesan moral dr gw: "Jangan gampang percaya ma rayuan gombal gambil cowok"
:"v
kalian hanya boleh percaya ama rayuan gw aja /ehem!/
Yok di-vote, yak! Pake vote PS boleh... vote star jg boleh... en sekalian minta ulasan juga donk!
Sankyuu! /kiss & hugs/