webnovel

Jangan tinggalkan aku

นักเขียน: cris9
แฟนตาซี
กำลังดำเนินการ · 21.7K จำนวนคนดู
  • 6 ตอน
    เนื้อหา
  • เรตติ้ง
  • N/A
    สนับสนุน
เรื่องย่อ

seorang gadis yang tidak lagi ingin ditinggalkan sendirian

Chapter 1Prologue

Prologue

Disana, ditempat yang sunyi jauh dari keramaian, terlihat seorang gadis tengah duduk belunjur dibawah pohon yang rindang dengan ditemani berhelai-helai kertas dipangkuannya.

" Terkurung dalam sangkar

Tersiksa menorehkan luka

Membekas dalam jiwa

Terpendam dalam diam

Tak terlihat

Tertutupi sandiwara

Tenggelam dalam keheningan

Terlelap dalam kegelapan

Terkadang menyenangkan

Tetapi menyakitkan

Terkadang membuat melayang

Lalu dijatuhkan

Terasa hampa

Terasa rindu

Terasa sepi

Terasa hilang

Tak bisa digambarkan

Hanya bisa dirasakan

Tak bisa dituliskan

Hanya bisa dibayangkan

Bunuh rasa sesak ini

Tuk hilangkan jiwa yang sakit

Hapuskan memori ini

Tuk hilangkan kenangan pahit

Rasa takut ini selalu menghantui

Tak pernah hilang

Dan selalu kembali

Disaat diriku sendiri "

Kata-kata itu mengalir dengan sendirinya dari hati dan pikiran si gadis penyendiri, yang kemudian ia tuangkan ke dalam berhelai-helai kertas dengan bantuan tinta hitam dari pena yang ia genggam sedari tadi.

~§~

Dialah Yuri Leuciana seorang gadis dari keluarga kelas menengah, menganyam pendidikan disekolah menengah atas.

Yuri memiliki kepribadian ceria, selalu berekspresi seperti orang bahagia, dan tidak pernah terlihat berbicara serius tentang isi hatinya, membuat semua orang menganggap dirinya orang yang selalu bahagia dan terkadang ada juga yang menganggap ia anak manja.

Semua orang telah berhasil ia bohongi dengan topeng kebahagiaan semu. Tidak tahukah kalian jika didalam hati dan pikirannya tersimpan begitu banyak luka yang tidak pernah ia bagi, selalu ia pendam dan ia tutupi dengan sebuah senyuman, senyuman yang menyimpan begitu banyak kepedihan.

Yuri bahkan tidak pernah bercerita kepada  kedua orang tuanya tentang luka yang ia pendam, ia percaya bahwa perasaan itu bersifat pribadi, bukan untuk dibagi kepada siapapun termasuk orang tua atau keluarga bahkan teman ataupun orang lain.

Jika ia merasa lelah dan putus asa, ia akan mencari sebuah tempat untuk merenung, dan menyendiri. Disanalah ia akan menjadi seorang Yuri yang sebenarnya, bukan Yuri yang selalu tersenyum tetapi menjadi seorang Yuri yang juga akan menangis.

~ Yuri Leuciana ~

Kualihkan pandanganku dari barisan kata di dalam setumpuk kertas digenggamanku menuju hamparan lahan hijau yang dihiasi berbagai macam warna dihadapanku saat ini. Kuletakkan kertas-kertas ini disebelah kursi hijau yang kududuki, menghela nafas sembari menyandarkan punggungku pada pohon besar dibelakangku.

Begitu teduh dan nyamannya, hanya ditempat inilah aku dapat merasakan apa itu ketentraman, dimana tak ada suara berisik manusia ataupun suara bising kendaraan yang memekakan telinga.

Ku pejamkan mata ini sembari merasakan hembusan udara lembut yang membelai wajah dan meniupkan helaian rambut panjangku. Dengan nada-nada yang mengalun indah lewat kabel yang terpasang ditelinga, terbuai suasana, terbawa kebawah alam sadar, terlelap dalam kesepian yang tak kunjung tersembuhkan, berbantalkan kayu yang berdiri kokoh.

Aku selalu menyempatkan datang ketempat ini, tempat favoritku untuk mencari suasana yang bisa membuat diriku nyaman dan damai, dimana aku dapat melepas semua topengku didepan orang lain, menjadi sosok lain, sosok yang dingin, dan suka menyendiri, merenung, bersedih, kecewa, bahkan terluka.

Terluka bukan karena cinta tetapi kebahagiaan yang jauh disana. Sangat jauh sehingga membuatku sulit untuk meraihnya, membuat diriku yang lemah ini hampir putus asa untuk menggenggamnya. Jika tidak ada mereka yang telah melahirkan dan mengurusku sedari kecil mungkin aku akan berakhir didalam tanah sendirian dengan ditemani cacing-cacing yang kelaparan dan bersiap akan memakan.

~§~

Lama Yuri terdiam disana sampai akhirnya membuat ia terlelap dalam kesedihan yang sulit dimengerti orang. Getaran dari benda tipis disaku celana jeansnya membuat Yuri tersadar dari lelap, mengerjapkan mata dan mengeluarkan benda itu dari sarangnya. Terpampang jelas nama "mamah" didalam layar benda tipis itu, ia menekan tombol hijau dan menjawab sapaan dari seberang.

"Baiklah aku pulang sekarang" Jawabnya kemudian memutuskan sambungan telepon, ia memasukan kembali benda tipis itu kedalam tempat semula.

Setelah mendapat telepon dari sang mamah tercinta agar cepat pulang. Ditutupnya lembaran kertas yang sedari tadi dikotorinya dengan tinta-tinta hitam dari sebuah pena, menaruhnya kedalam sebuah kain yang kemudian diselendangkan pada pundaknya.

Menata buku-buku yang berserakan disekeliling dan menumpuknya menjadi satu yang kemudian dipeluknya. Sejenak ia alihkan pandangan matanya lurus kedepan dimana disana terlihat sang surya yang mulai menunjukan warna jingga kekuning-kuningan, dan perlahan-lahan mulai tenggelam.

Setelah puas memandangnya ia mulai beranjak dari tempat yang nyaman itu, dan berjalan menjauh dari sana. Terbesit rasa tak rela dihatinya meninggalkan tempat itu, tetapi mengingat seseorang sedang menantinya pulang kerumah dengan tatapan lembut yang selalu mencemaskan dirinya disaat pulang telat waktu.

Dengan senang hati dia akan pulang dan memulai skenario yang telah disiapkannya. Menggunakan kembali topengnya dan menyembunyikan perasaannnya.

~§~

Yuri Leuciana seorang gadis berusia 18 tahun, setelah lulus dari sekolah menengah pertama ia tinggal bersama kedua orang tua kandungnya di korea selatan. Sebelumnya ia tinggal di Indonesia bersama keluarga besar dari mamanya. Saat dia masih tinggal bersama keluarga besar mamanya semua orang selalu mengucilkannya, ia selalu sendirian, dijauhi para keluarganya dengan alasan dia merepotkan mereka, dan selalu diasingkan. Ia kira setelah pergi dari tempat menyesakkan itu ia akan merasakan kehangatan, tapi sayangnya meskipun ia kini tinggal bersama kedua orang tuanya ia tetap tidak merasakan kehangatan sebuah keluarga, karena kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan mereka, terkadang Yuri merasa iri pada orang lain yang memiliki keluarga yang sangat rukun, dan orang tua yang menyempatkan diri mereka untuk pergi jalan-jalan atau makan bersama.

~~~~~~~~~~`∞`~~~~~~~~~~

♥♪ Tidak semua orang bisa mempercayakan isi hatinya kepada orang lain, dan tidak semua orang yang selalu tertawa itu bahagia ♪♥

คุณอาจชอบ

Last Boss

Kenapa Iblis itu harus dibunuh? Pertanyaan itu muncul di kepalanya ketika ia diminta untuk mengisi kuisioner setelah dirinya berhasil mengakhiri game yang baru saja keluar kemarin. Edward, dia adalah seorang pelajar SMA tahun terakhir yang memiliki hobi bermain game. Dia adalah seorang maniak, hampir semua game yang dikeluarkan 2 atau 3 tahun sudah ia selesaikan. Game baru keluar, Aester World, ia menamatkannya hanya dalam waktu kurang dari 48 jam. Game menunjukkan credit staff yang terlibat bergerak ke atas sebagai tanda akhir dari permainan, namun ketika kredit selesai muncul sebuah pertanyaan. Ia berpikir jika itu hanya ulasan untuk iklan game mereka, namun semakin lama muncul pertanyaan yang semakin aneh. Hingga terakhir muncul sebuah pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Kalau begitu, bagaimana jika Kamu menjadi Raja Iblis? Monitor seketika berubah menjadi warna putih, cahaya dari layar menjadi sangat terang daripada biasanya sampai membutakan matanya untuk sesaat, lampu kamar tiba-tiba menyala sangat terang lalu meledak. Ruangannya bergetar hebat seolah di terjang gempa, ia melompat dari kursi karena panik, berlari kearah pintu keluar. Ketika matanya terbuka, semuanya berubah. Tidak ada lagi ruangan sempit yang berantakan, tidak ada lagi cahaya monitor yang menjadi sumber cahaya ruangannya. Semuanya berubah, hanya ada ruangan luas dengan cat merah gelap, ranjang yang luas, dan seorang perempuan yang siap melayaninya kapan saja. Ia berubah menjadi Boss Terakhir dari game Aester World, mungkin itu terdengar sangat luar biasa namun tidak untuknya ketika tahu takdirnya akan berakhir di tangan sang pahlawan. "Jangan bercanda! Aku tidak mau hidup ku berakhir! Aku akan bertahan hidup dan mengubah takdir ku!"

Sonzai · แฟนตาซี
4.7
181 Chs

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
89 Chs