Ketika dia membuka mata, hal pertama yang Raja Reijin lihat ialah seorang wanita duduk tak jauh di sampingnya. Gadis itu tidur dengan posisi duduk. Punggungnya bersandar ke tiang Gasebo.
Raja Reijin mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menyadari bahwa matahari hampir terbit. Ia pun tertegun ketika tubuh bagian depannya berselimut kain. Atau lebih tepatnya atasan wanita.
Raja Reijin mengernyit. Ursulla tidur dengan kedua tangan memeluk dirinya sendiri. Bentuk pertahanan diri dari udara dingin. Gadis itu sengaja melepas lapisan luar pakaiannya untuk menyelimuti dirinya?
Raja Reijin mendengkus. Padahal ia sudah mengenakan mantel. Seharusnya Ursulla tak perlu repot menyelimuti dirinya, sedangkan ia sendiri hanya mengenakan pakaian berlapis yang bahkan tidak cukup menghangatkan dari udara malam.
Raja Reijin melirik Panglima Hito yang ternyata sudah berdiri di belakangnya. Ia pun bangkit dan dengan segera Panglima Hito mendekat lalu membungkuk hormat.
"Berapa lama kau di sini?"
"Beberapa jam yang lalu." Panglima Hito tampak merasa bersalah, "Maaf Yang Mulia, seharusnya hamba tidak membiarkan anda tidur di sini. Namun melihat anda tertidur lelap, hamba tidak berani membangunkan Yang Mulia."
Raja Reijin mengangguk mengerti. Tatapannya kembali terarah pada Ursulla.
"Apa saya perlu membangunkannya?" Tanya Panglima Hito menyadari atensi Raja Reijin terarah padanya.
"Tidak perlu. Dia pasti baru saja tidur." Raja Reijin melangkah untuk menyelimuti Ursulla.
Saat dirinya maju dan melihat wajah Ursulla dari dekat, entah kenapa ada sesuatu yang berdesir dalam hatinya. Ia pun buru-buru menjauh lalu memerintahkan pengawalnya untuk menjaga Ursulla sampai wanita itu membuka mata.
****
"Yang Mulia."
Selir Gun segera berlari menghampiri Raja Reijin begitu melihat sosok yang ia nanti. Wanita cantik itu bergelayut manja di lengan Raja Reijin, "Yang Mulia, Anda sudah sarapan?"
"Nanti setelah membersihkan diri." Jawab Raja Reijin acuh. Ia melepas pelukan selir Gun lantas bergegas masuk ke dalam kediamannya.
"Tidak kah anda perlu bantuan?"
Raja Reijin mengerutkan kening, mengerti akan maksud selirnya. Iris cokelatnya memandang wanita di depannya seksama. Selir Gun merupakan selir tertinggi di istana Cheon. Parasnya cantik, kulitnya putih bersih hasil perawatan intensif anak keluarga bangsawan. Tubuhnya pun juga indah. Sempurna sebagai wanita idaman pria. Namun Raja Reijin sama sekali tidak tertarik.
"Tak perlu." Jawab Raja Reijin, lalu tanpa memedulikan selir Gun ia masuk ke dalam kediamannya membuat selir Gun berdecak kesal.
Tadi ia mendengar kabar bahwa Yang Mulia sejak semalam tidak berada di dalam kamarnya. Melainkan tidur di tempat lain. Hal itu membuatnya penasaran. Tidak mungkin raja Reijin bermalam ke tempat salah satu selirnya. Oleh karena itu dia sengaja datang untuk menyambut Raja Reijin, berharap bisa melayaninya dan memastikan kabar tersebut tak benar. Namun apa yang ia dapat malah sebaliknya, Raja Reijin baru saja datang setelah semalam tidak berada di kediamannya.
Apa Yang Mulia benar-benar bermalam dengan salah satu selir?
Memikirkan hal itu, darahnya mendidih. Ia pasti akan memberi pelajaran pada selir yang berani menggoda Raja Reijin. Yang Mulia hanya miliknya. Tidak ada perempuan yang boleh menepati hati Raja Reijin selain dirinya. Jika ia menjadi permaisuri, ia akan menyingkirkan segala selir yang mengganggu. Dia harus cepat menduduki posisi itu.
****
Plak.
Sebuah tamparan mendarat di pipinya. Selir Liu meringis perih, matanya berkaca-kaca nyaris menangis.
"Sungguh, semalam Yang Mulia tidak mengunjungi saya."
"Benarkah?" Selir Gun berdiri angkuh, sorot matanya menajam. Setiap selir sudah ia datangi dan tak ada satu pun yang mengaku bahwa Raja Reijin bermalam bersama.
"Jika kau bohong, aku tidak segan mendepak mu dari istana."
Ya, selir Gun bisa melakukannya. Dengan koneksi dan statusnya sebagai anak Perdana Menteri, ia bisa melakukan apa saja termasuk menyingkirkan selir-selir lainnya. Oleh karena itu tidak ada satu selir pun yang berani kepadanya. Bahkan selir Gun sudah dianggap ratu. Semua selir tunduk padanya.
"Kalau bukan satu di antara kalian, kemana Yang Mulia tidur semalam?"
Melihat murka selir Gun. Salah satu dayang maju dan berujar, "Ampun Yang Mulia selir Gun, saya dengar Raja Reijin semalam tertidur di taman bunga."
"Benarkah?"
Dayang tersebut mengangguk yakin, membuat selir Gun bernafas lega. Dia tidak perlu khawatir Raja akan berpaling darinya.
"Tapi...." Dayang tersebut menelan ludah. Berujar takut-takut.
"Tapi apa?" Selir Gun mengernyit. Mendesak sang dayang meneruskan kalimatnya.
"Tapi saya dengar Yang Mulia tertidur di istana dengan dijaga gadis asing itu."
"Gadis asing?" Selir Gun mengerutkan kening berpikir.
"Maksud mu Ursulla?" Selir Liu menyahut. Siapa lagi orang asing di istana Cheon kalau bukan wanita itu.
"Kau kenal dia?"
Selir Liu mengangguk, "Ya, perempuan yang bernyanyi di festival Hanyang." Tangannya terkepal emosi, "Perempuan itu memang kerap mendekati Raja Reijin. Huh, dasar jalang."
"Apa? Berani-beraninya dia mendekati Yang Mulia." Selir Gun melirik dayang setianya, "Kau, cari Ursulla. Dan peringati dia agar menjauh dari Yang Mulia." Perintah selir Gun yang langsung mendapat anggukkan dari sang dayang.
Sebaiknya perempuan asing itu tak bertingkah selagi ia berbaik hati memberinya peringatan terlebih dulu.