Jane sudah merasa sedikit akan mabuk sekarang, dia menyender dibahu Bobby dan memeluk lengan Bobby nyaman.
"Apa kau ingin pulang baby?" Jane menoleh kesumber suara.
"Apa kau ingin pulang?" Bukannya menjawab Jane malah balik bertanya.
"Hm, aku ingin pulang dan istirahat" Jane tersenyum lebar, dia juga ingin tidur rasanya sekarang.
"Ayo kita pulang" Bobby mengangguk, mereka beranjak dari sofa, mencari Cho untuk pamit pulang.
Pinggul ramping Jane tidak lepas dari rengkuhan tangan Bobby, memperlihatkan bahwa hubungan mereka adalah hubungan yang hangat dan untuk menunjukkan bahwa Jane hanya milik Bobby seorang.
Setiap pasang mata menatap iri terhadap Jane, terlihat sekali jika Bobby sangat memperilakukan Jane dengan sangat hati-hati seperti kaca yang mudah rapuh.
"Aku akan pulang sekarang" pamit Bobby pada Cho dengan santai. Cho sedang berdiri dengan banyak perempuan didekatnya.
"Cepat sekali! Kau sudah minum?" Cho menjauhkan diri dari gerombolan jablay didekatnya.
Bobby mengangguk sebagai jawabannya dan Jane terlihat biasa saja, padahal ia sudah sedikit mabuk.
"But your girls still wait you" ucap Cho dengan nada menggoda disertai tawa diakhir kalimatnya seraya menunjuk ke samping kiri dengan dagunya.
Bobby ikut tertawa karena perkataan Cho dan Jane hanya tersenyum lebar, laki-laki brengsek pikirnya.
Cho mendekat kearah Bobby dan membisikkan sesuatu "Shin Yu ada disini, dia datang sendiri" dapat dipastikan bahwa hanya Bobby dan Cho yang dapat mendengar.
"Bukan urusanku" balas Bobby dingin.
"Dia menanyakanmu dari kemarin apa kau datang malam ini atau tidak, aku bilang kau datang, tapi aku tidak tahu kau membawa perempuan bersamamu" Cho kembali menyesap wine yang dari tadi ia pegang di tangan kanannya.
"Ah~ jadi kau mati-matian menyuruhku datang karena wanita itu" alis Bobby menekuk tajam "sialan kau" tangan kanan Bobby memukul kepala Cho cukup keras, ia kesal betul dengn temannya satu itu.
"Maafkan aku, aku pikir kau m—"
"Mendengar namanya saja aku sudah ingin muntah, apalagi melihat wajahnya" potong Bobby langsung tanpa membiarkan Cho menyelesaikan kalimatnya.
"Let's go home babe" ucap Bobby mengelus pipi Jane sayang. Ahh~ romantis sekali. Sebenarnya Cho jijik melihat Bobby seperti ini, keterlaluan kenapa harus didepannya? Ia-Bobby kan bisa bersikap romantis ditempat lain tidak perlu dihadapannya. Namun, dipikir-pikir sudah lama sekali tidak melihat Bobby menggandeng wanita dan membiarkan wanita menyentuhnya, teman-teman Bobby tahu bahwa Bobby bukan tipe lelaki brengsek yang suka berganti-ganti wanita apalagi melakukan one night stand, ia-Bobby adalah lelaki yang sangat pemilih. Sudah sekitar 2 tahun sejak putus dengan wanita iblis itu Bobby tidak pernah terlihat membawa wanita lagi bersamanya.
Sebenarnya Jane bingung apa yang terjadi, apa yang Cho dan Bobby bicarakan ia tidak mengerti sama sekali. Masa bodoh yang penting ia ingin pulang, lagipula bukan urusannya, tidak perlu bertanya dan merasa penasaran.
Bobby langsung meninggalkan Cho yang masih terkikik geli sendiri, tangan Bobby masih setia merengkuh pinggang kekasihnya.
"B jangan lupa gunakan pengaman" teriak Cho yang masih bisa didengar samar oleh telinganya.
Bobby mengangkat tangan kirinya yang dari tadi merengkuh pinggang kekasihnya dengan menunjukkan jari tengahnya untuk Cho.
Sampai diparkiran Bobby membukakan pintu untuk Jane dan dia-Bobby masuk di kursi kemudi.
"Bobby..." suara Jane begitu tenang.
"Iya? Kau butuh sesuatu baby?" Bobby sudah menghidupkan mesin mobilnya.
"Aku ingin dipangku" Bobby hanya tersenyum kecil, Bobby mengerti Jane kalau sudah minum ya seperti ini manja dan libidonya pasti sudah naik sekarang.
"Kemarilah, biar aku pangku" Jane beranjak dari kursinya beralih ketempat Bobby dan duduk dipangkuan Bobby memeluknya erat kemudian menenggelamkan wajahnya diceruk leher Bobby, mencium harum maskulin parfume Bobby yang memabukkan.
"Kau hanya mau mengendus-ngendus leherku? Tidak mau menciumku hm?" Jane menjauhkan wajahnya dari leher Bobby, dia tersenyum manis kemudian langsung menempelkan bibirnya pada bibir Bobby.
Berawal hanya menempel, kini Jane melumat pelan bibir Bobby yang manis menurutnya, terus menyesap bagian bawah bibir Bobby satu kata nikmat. Namun seketika Bobby langsung memundurkan wajahnya membuat ciuman mereka terlepas-coret bukan ciuman mereka melainkan ciuman Jane saja karena dari tadi hanya Jane yang sibuk mencumbui bibir Bobby sedangkan Bobby hanya diam.
"Kenapa? Kau tidak mau ku cium? Ad—"
"Bukan baby, aku ingin kau mengurangi rokokmu sekarang, jangan merokok lagi hm? Paling tidak selama bersamaku"
"Kenapa? Kau tidak suka? Kau bi—"
"Bukan baby, bukan. Kau perempuan baby, jika kau laki-laki sepertiku tentu itu tidak masalah" Jane hanya diam tidak memberi respon sama sekali.
Bobby langsung memeluk erat Jane membenamkan kepala Jane didada bidangnya. "Tidak apa-apa jika kau tidak mau, paling tidak kurangilah sedikit, bukannya karena rokok aku tidak mau menciummu, aku sangat mau malah tapi aku hanya mengkhawatirkan kesehatanmu saja baby" Bobby mencium bibir Jane, menyesap benda kenyal nan manis itu dengan lumatan-lumatan lembut dan Jane hanya diam saja, sebenarnya dia bingung harus menanggapi bagaimana.
"Tidurlah, kita akan pulang sekarang" Bobby mencium pucuk kepala Jane, tangan kanannya memegang kemudi sedangkan tangan kirinya terus mengelus kepala Jane agar si kekasih tidur.
Setelah 10 menit perjalanan, Jane sudah tertidur pulas dipangkuannya dan Bobby hanya bersenandung-senandung kecil sendirian mengisi keheningan mobil, hingga tidak terasa mereka sudah sampai diapartemen Bobby.
Sesampainya Bobby menggendong Jane koala menenggelamkan wajah Jane diceruk lehernya agar wajah Jane tidak dapat dilihat orang lain dan dia sendiri menggunakan masker dan topi untuk menutupi identitasnya, ia tidak memperdulikan orang yang melirik kearah mereka dengan tatapan yang beragam, Bobby langsung menuju unit apartemennya berada, begitu sampai didepan pintu unitnya ia menekan digit angka keamanannya kemudian masuk tidak lupa mengunci pintu dan langsung menuju kamarnya untuk membaringkan Jane yang masih terlelap.